jpnn.com, PROBOLINGGO - Setelah menempuh perjalanan darat sekitar 4 jam lebih dari Kabupaten Malang, Ketua DPR Setya Novanto dan rombongan tiba di Kabupaten Probolinggo, Jatim, Minggu (22/10), untuk menghadiri peringatan Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Syekh Abdul Qodir Al Jailani.
Novanto datang bersama Bupati Probolinggo Puput Tantriana, Ketua Komisi II DPR RI Zainudin Amali, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Roem Kono, Wakil Ketua Komisi VII Satya Yudha, Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan yang juga Anggota Komisi III DPR RI Adies Kadir.
BACA JUGA: Kiai Said Minta Penentang Pancasila Tinggalkan Indonesia
Juga anggota Komisi XI DPR RI Bapak Misbakhun, Anggota Komisi VII Eni M Saragih, Anggota Komisi VIII Hasan Aminuddin, serta Staff Khusus Ketua DPR RI Yahya Zaini.
Novanto terlihat mengenakan kopiah dan sarung, ciri khas warga Nahdiyin. Novanto juga mendapatkan sorban tanda kehormatan dari pengasuh pondok pesantren KH Hafid Aminuddin.
BACA JUGA: Hari Santri Nasional, Janji Jokowi yang Terealisasi
“Kehadiran saya di sini tidak semata karena kedudukan sebagai Ketua DPR, tetapi juga karena saya warga Nahdliyin. Beberapa bulan lalu saya mendapat kehormatan menerima Kartu Tanda Anggota NU yang diberikan langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, sehingga sejak saat itu saya resmi menjadi warga Nahdliyin. Oleh karena itu, saya ingin selalu dekat dengan para ulama dan santri, seperti pada hari ini.” ujar Novanto dalam sambutannya.
Menurut Novanto, peran kiai dan santri dalam perjuangan merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan mendapat tempat yang terhormat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BACA JUGA: Anies Baswedan: Ini Bukan Akhir dari Puncak Baru
Karena itu, DPR RI mendukung Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
“Kebijakan tersebut merupakan hadiah terindah dari Presiden Joko Widodo yang akan dikenang sepanjang masa oleh ummat Nahdliyin.” kata Novanto.
Pengakuan terhadap kiprah ulama dan santri tidak lepas dari Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari, yang saat itu sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama, pada 22 Oktober 1945.
“Tanpa Resolusi Jihad NU tersebut, tidak akan pernah ada peristiwa 10 November di Surabaya yang diperingati sebagai Hari Pahlawan. Saya sangat bangga menjadi warga NU,” ujar Novanto. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebelum Terbang, Setya Novanto Salat Duha di Bandara Halim
Redaktur : Tim Redaksi