jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil memberikan masukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pembangunan Ibu Kota negara yang baru di Kalimantan Timur (Kaltim), ketika bertemu di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (28/8).
Emil -sapaan Ridwan Kamil- diundang Kepala Negara ke Istana membahas pembangunan daerah yang dia pimpin. Sebelumnya beberapa gubernur juga sudah pernah dipanggil Jokowi terkait hal yang sama, antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara hingga Bali.
BACA JUGA: Pemindahan Ibu Kota Bikin Rakyat Makin Sejahtera
Nah, di sela-sela itulah suami Atalia Praratya Kamil itu memberanikan diri memberikan masukan. "Masukannya, kalkulasinya, luas-luasan yang hasil pengalaman saya sebagai dosen perkotaan, asumsinya terlalu luas. Harus dikaji ulang, jangan sampai menghasilkan kota yang terlalu luas, berorientasi mobil lagi," kata Kang Emil.
Hal itu menurutnya, dikarenakan di masa depan kota futuristik itu kota yang mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Kantor, rumah, sekolah harus berdekatan, sehingga cukup jalan kaki.
BACA JUGA: Yakin Pemindahan Ibu Kota Tuntas sebelum Masa Jabatan Jokowi Berakhir
"Kalau kepepet baru public transport, terakhir baru mobil. Jangan dibalik. Jangan mendesain ibu kota baru yang mayoritas untuk mobil, untuk bangunan, tapi kemanusiaannya tidak maksimal," jelas gubernur berlatar belakang arsitek itu.
BACA JUGA: Pemindahan Ibu Kota Bikin Rakyat Makin Sejahtera
BACA JUGA: Lihat, Warga Dayak Paser Gelar Ritual Adat Dukung Pemindahan Ibu Kota
Pemimpin 47 tahun itu mengaku belum melihat detail perencanannya, tetapi baru asumsi. Apalagi total luasan lahan yang telah diungkap ke publik untuk ibu kota baru di Kaltim mencapai 180 ribu hektare. untuk keseluruhan perkotaannya mencapai 40 ribu hektare. "Saya belum lihat detail, ini kan asumsi," kata Emil.
Namun dia memberkan gambaran bahwa dari seluruh ibu kota yang dipindah dalam sejarah perkotaan di berbagai negara, yang terbaik itu Washington DC. Orang bisa jalan kaki, jam 17.00 kantor tutup namun kotanya masih ramai.
"Jangan sampai kejadian dengan ibu kota baru lain, malam hari sepi. Karena apa? Tidak ada tempat retail, orang juga rumahnya jauh-jauh. Hidup di kota bukan hanya urusan kerja, tetapi percampuran kegiatan kemanusiaan harus ada," tuturnya.
BACA JUGA: Yakin Pemindahan Ibu Kota Tuntas sebelum Masa Jabatan Jokowi Berakhir
Saat ditanya berapa luas lahan ideal untuk sebuah ibu kota negara, mantan Wali Kota Bandung ini menjadikan Washington DC sebagai pembanding.
"Kalau pakai teori Washington DC, sekitar 17.000 hektare. Maksimal 30-an ribu hektare. Itu sudah cukup. Enggak usah 180.000 hektare. 30 berbanding 180. Itu kan ibu kota Amerika sudah teruji berabad-abad dan hasilnya berdasarkan teori ilmiah, itu ibu kota terbaik," jelasnya. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MenPAN-RB: PNS Akan Lebih Bahagia Hidup di Ibu Kota Baru
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam