jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah tokoh Flobamora NTT Diaspora di Jakarta bertemu Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar di Kantor BNPT Jakarta, Selasa (6/10/2020). Mereka terdiri dari Petrus Selestinus, Willyam Nuwa Wea, Hilarius Bame, Ignatius, Didi Nong Say, Audi Nena Wea dan Friederich Batari.
Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membangun kerja sama antara Komunitas Diaspora Flobamora NTT di Jakarta dengan BNPT guna meningkatkan daya tangkal dan daya tahan Masyarakat NTT menghadapi ancaman bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme dengan mengedepankan kearifan lokal.
BACA JUGA: Tokoh NTT Menyoroti Persoalan Perdagangan Manusia Berkedok TKI Ilegal
Dalam dialog itu, Petrus Selestinus dan Willyam Nuwa Wea, secara bergantian menginformasikan kondisi terkini NTT terkait dengan isu intoleransi dan radikalisme yang mulai muncul di NTT (Kupang, Flores dan Sumba) yang ditenggarai sedang dikembangkan oleh para mantan anggota atau pengurus HTI NTT.
Menjaga Kohesivitas
BACA JUGA: Tokoh Muda NTT Ajak Generasi Milenial Tidak Golput
Upaya menanamkan ideologi Khilafah di beberapa Kabupaten di NTT oleh para mantan HTI, meski dilakukan atas nama dakwa, tetapi pesan-pesan benada kebencian antarumat sangat terasa.
“Oleh karena itu, meskipun dalam skala yang kecil, kami dari Diaspora NTT tidak mau terlambat untuk mencegah, karena sudah mulai mengganggu kohesivitas antarumat beragama yaitu (Katolik, Kristen, Muslim, Hindu dan lain-lain) dalam ikatan kultur yang beragam tetapi tetap solid,” kata Petrus Selestinus.
BACA JUGA: Lewat Cara ini Pegadaian Berkomitmen Dukung BNPT Cegah Radikalisme dan Terorisme Â
Willyam Nuwa Wea selaku Koordinator Forum Masyarakat Flobamora untuk Kesetaraan dan Toleransi di NTT, meminta kepada Kepala BPNPT agar institusi BNPT bekerja sama Ormas-Ormas Diaspora NTT, mengedukasi Kelompok Pemuda NTT, memberikan pembekalan tentang metode membangun kesadaran masyarakat dalam meningkatkan daya tangkal dan daya tahan untuk menangkal radikalisme dan intoleransi melalui pendekatan budaya atau kearifan lokal.
Sementara Petrus Selestinus, menekankan perlunya mewadahi kelompok generasi muda dalam suatu wadah Ormas dengan kemasan budaya (seperti Pecalang di Bali), diberikan pelatihan dan pembekalan tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila.
Selain itu, merawat kebinekaan sebagai kekayaan budaya warisan nenek moyang sehingga Ormas-Ormas ini menjadi mitra pemerintah atau BNPT dalam kerja sama mencegah dan memberantas intoleransi, radikalisme dan terorisme, yang mulai muncul di beberapa Kabupaten di NTT.
Mewadahi Kelompok Orang Tua
Menyikapi masukan dan usul para tokoh Flobamora Diaspora NTT, Kepala BNPT Boy Rafli Amar menyambut baik dan meminta agar Tokoh-Tokoh Flobamora Diaspora NTT segera mengkoordinasi Kelompok Orang Muda NTT di setiap Kabupaten, diwadahi agar diberi pembekalan, pelatihan hingga terampil dan mendorong kelompok Ormas-Ormas Pemuda untuk berperan aktif dalam mencegah radikalisme, intoleransi dan terorisme.
BNPT siap menerjunkan timnya ke NTT termasuk ke Flores, Sumba, untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan Kelompok Masyarakat Adat, Ormas-Ormas Adat agar berperan aktif menjaga dan merawat adat budayanya guna menangkal bahaya intoleransi dan radikalisme, agar kepentingan strategis nasional yaitu menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI serta mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat, tidak terhalang oleh gerakan radikalisme.
Pemberdayaan Masyarakat NTT dan membangun kerja sama BNPT dengan masyarakat dalam hal ini Masyarakat Flobamora Diaspora NTT Jakarta, merupakan hal yang positif. Pasalnya, BNPT pun memerlukan peran partisipasi masyarakat, memberdayakan masyarakat NTT untuk meningkatkan daya tahan dan daya tangkal menghadapi ancaman radikaliame dengan mengedepankan kearifan lokal.(fri/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Friederich