jpnn.com - JAKARTA –Azrul, 6, duduk memeluk lututnya di depan reruntuhan pemukiman Kalijodo, Penjaringan siang ini, Senin (29/2). Ia menatap nanar pemukiman yang salah satunya adalah rumahnya diluluh lantakkan oleh kendaraan berat (beckhoe) .
Azrul duduk dan pasrah melihat tempatnya sejak lahir rata dengan tanah. Isak tangis tertahan terdengar dari bocah bertubuh kurus itu. Entah apa yang dipikirkannya. Saat diajak berbicara Azrul hanya membisu. Hanya air matanya yang terus berurai. Napasnya memburu, karena menangis tanpa suara.
BACA JUGA: Menengok Dapur Tim Kreatif Indonesia Animation Army
Saat ditanya di mana bapak dan ibunya, Azrul juga hanya terdiam. Setiap kali ada anggota polisi dan TNI yang lewat, Azrul hanya memberikan tatapan tajam. Seolah ia tengah menyimpan dendam atas semua yang disaksikannya hari ini.
Azrul memakai baju kaus yang tidak terlalu tebal, berlengan panjang serta celana seadanya. Pakaian itu mungkin tidak bisa membantunya menahan dingin saat gerimis membasahi Kalijodo di sela-sela penggusuran itu. Azrul tidak berteduh dari gerimis dan rintik. Ia tetap duduk dan menyaksikan rumah masa kecilnya menghilang dari pandangan.
BACA JUGA: Merasakan Keharuan dalam Kebaktian Terakhir di Kalijodo
Seperti diketahui, pemerintah provinsi DKI Jakarta mewacanakan lokalisasi Kalijodo sebagai ruang terbuka hijau. Semua bangunan-bangunan liar, dirobohkan untuk program tersebut. (Mg4/jpnn)
BACA JUGA: Gerhana Matahari: Hewan Ternak Diolesi Warna Merah, Ibu Hamil Dimandikan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aplikasi Fox Logger, Ungkap Perselingkuhan Suami
Redaktur : Tim Redaksi