Gerhana Matahari: Hewan Ternak Diolesi Warna Merah, Ibu Hamil Dimandikan

Senin, 29 Februari 2016 – 00:14 WIB
NGURI-URI BUDAYA: Warga Dusun Pangle, Desa/Kecamatan Sambungmacan, Sragen, membikin kentongan kemarin. Foto: AHMAD KHAIRUDIN/JAWA POS RADAR SOLO

jpnn.com - WARGA Dusun Pangle, Desa/Kecamatan Sambungmacan, Sragen, berupaya tetap melestarikan tradisi dan budaya leluhur. Menyongsong gerhana matahari, mereka juga akan menerapkan cara yang dilakukan para leluhur.

AHMAD KHAIRUDIN, Sragen 

BACA JUGA: Aplikasi Fox Logger, Ungkap Perselingkuhan Suami

WARGA Dusun Pangle RT 30, Desa/Kecamatan Sambungmacan, Sragen, sejak pagi kemarin (28/2) terlihat sibuk di pelataran rumah. 

Sebagian memotong bambu sebagai bahan membikin kentongan, sebagian lagi mengaduk cairan sombo, yakni pewarna merah untuk dioleskan ke tanaman produksi dan hewan ternak.

BACA JUGA: Di Depan Kapolda Warga Teriak: Mati Anak-Istri Saya kalau Bohong

Mereka menyiapkan peralatan maupun perlengkapan tersebut untuk menyambut gerhana matahari total. Pasalnya, sebagian wilayah Indonesia, termasuk Sragen diprediksi pada 9 Maret nanti dapat melihat gerhana matahari. 

Untuk itu mereka mulai persiapan,  membikin kentongan hingga membersihkan lokasi untuk menggelar ritual budaya. Tradisi ini akan diikuti seluruh penduduk Dusun Pangle.

BACA JUGA: Kisah Polisi Hebat, Menyekolahkan Kembali Ratusan Anak

Selain membuat kentongan dan membersihkan lokasi untuk ritual bancaan, warga juga menjaga tradisi mengoleskan cairan sombo pada tubuh hewan yang sedang bunting dan tumbuh-tumbuhan. 

Warga meyakini warna merah yang dioleskan bisa menolak segala malapetaka yang ditimbulkan dari kejadian alam, seperti gerhana matahari dan gerhana bulan.

Menurut salah seorang tokoh masyarakat dusun setempat, Musimin, tradisi seperti ini sudah menjadi kebiasaan warga setempat untuk menyambut  akan terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan. 

”Bahkan tradisi seperti ini sudah turun temurun dari nenek moyangnya terdahulu,” ujar pria berusia 49 tahun ini.

Pada umumnya ritual ini dilakukan dengan memukul kentongan untuk memberi tahu warga adanya gerhana. Selanjutnya dilakukan salat serhana bersama masyarakat sekitar. 

Kemudikan dilakukan kenduri syukuran makan bersama. Jika ada wanita hamil akan dimandikan sebagai tolak bala.

Hal ini dilakukan untuk menjaga tradisi. Jika pada jaman dahulu, sebagian warga setempat meyakini jika tradisi seperti ini sengaja ditinggalkan, malapetaka akan menimpa dukuh tersebut. 

Namun kepercayaan semacam itu semakin hilang dan ini merupakan kegiatan untuk melestarikan tradisi leluhur saja agar tidak hilang ditelan zaman.(*/un)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kantong Plastik Berbayar, Uang Rp 200 Milik Siapa?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler