jpnn.com, JAKARTA - Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menyampaikan bahwa akan terjadi perlambatan ekonomi secara global karena tiga faktor utama.
Menurut Bhima, berdasarkan International Monetary Fund (IMF) ketiga faktor tersebut adalah inflasi yang cukup tinggi, masih berlangsungnya pandemi, dan gangguan rantai pasok.
BACA JUGA: Bhima Yudhistira Optimistis Program Food Estate Bakal Berkembang Pesat, Begini Alasannya
"Kenaikan harga komoditas seperti sawit dan batu bara tidak bisa diprediksi apakah sampai 2023 atau tidak," ungkap Bhima saat dikonfirmasi, Sabtu (19/2).
Bhima menjelaskan gangguan rantai pasok atau disrupsi logistik membuat biaya produksi naik cukup signifikan. Biaya pengiriman untuk ekspor, misalnya naik tiga sampai empat kali lipat.
BACA JUGA: Kepala BIN Sebut IKN Nusantara Sebagai Pembangkit Pertumbuhan Ekonomi Baru
Selanjutnya, tantangan lainnya, yakni adanya pemulihan global yang lebih lambat dari perkiraan awal, kemudian tantangan yang sifatnya struktural, contohnya perizinan di Indonesia masih rumit meskipun sudah ada UU Cipta kerja.
"Masalah terkait dengan SDM, jadi masih ada skill gap, khususnya dalam mengejar ketertinggalan ekonomi digital," tambah Bhima.
BACA JUGA: Wow! Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Salip China
Di samping itu, menurut Bhima faktor nilai tambah ekspor yang dihasilkan masih relatif kecil karena masih bergantung dengan ekspor komoditas olahan primer yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan menjual hasil bumi.
"Yang berikutnya lagi tentunya masih besarnya tingkat korupsi di tanah air sehingga membuat investasi tidak berkualitas," kata Bhima Yudhistira.
Bhima menambahkan bahwa indikator incremental capital-output ratio (Icore) di Indonesia yang ada diposisi delapan. Artinya, semakin tinggi Icore semakin banyak modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan output yang sama.
"Di antara negara-negara asean lainnya Icore Indonesia salah satu yang tertinggi dan ini membuat para inevstor mengalihkan investasi ke negara tertangga, seperti Malaysia dan Vietnam.(mcr28/jpnn)
Redaktur : Friederich
Reporter : Wenti Ayu