Dia jelaskan, kebijakan BI yang mengeluarkan SPS itu berakibat kian terbatasnya kucuran kredit ke sektor riil
BACA JUGA: Waspadai Sikap Parlemen Eropa Soal Papua
Otomatis industri-industri lokal kesulitan mendapatkan dana untuk meningkatkan produk unggulanya di pasar internasional, terutama dalam menghadapi AC FTAAirlangga juga mempertanyakan bagaimana mungkin mengkonsulidasikan bank-bank "plat merah" menjadi satu karena masing-masing bank punya core bisnis yang berbeda
BACA JUGA: Jangan Boroskan Uang Negara demi Obama
"BRI konsentrasi di UMKM, Bank Mandiri untuk coorporate besar, sedangkan BTN pada perumahan."Politikus Partai Golkar itu mencurigai ada agenda tersembunyi untuk melemahkan daya saing produk Indonesia menghadapi ACFTA ini
BACA JUGA: 110 Pengacara Bela Bachtiar Chamsyah
"Saya curiga ini ada agenda terselubung dengan kebijakan itu, padahal yang harus diutamakan adalah menyelamatkan kepentingan nasional," imbuhnya.Kebijakan SPS BI yang diberlakukan tahun 2010 ini membuat "darah" perbankan tidak jalanAkibat lain dari kebijakan ini bisa jadi membuat Temasek mempertahankan Bank Danamon dan menjual BII ke Maybank, lalu dilakukan merger Lippo dan Niaga oleh CIMB"Sementara untuk pemerintah yang memiliki Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN merupakan hal yang dilematis menggabungkan semuanya karena akan membatasi intermediasi pembangunan sektor riil," ungkapnya.
Kebijakan BI itu, kata Airlangga, bukan saja jadi keprihatinan DPRMeneteri Negara BUMN pun sudah minta penangguhan hingga 2 tahun ke depan"Demikian pula Komisi VI DPR menilai kebijakan ini tidak tepat dilaksanakan di IndonesiaAlasanya mengingat Bank BUMN merupakan Bank Nasional yang tersisa di tengah-tengah Bank Swasta dan Bank Asing," tandasnya(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggodo Akui Suaranya
Redaktur : Auri Jaya