BI Ogah Buru-Buru Genjot Suku Bunga, Begini Alasannya

Kamis, 23 Juni 2022 – 06:40 WIB
Tren kenaikan suku bunga acuan telah dimulai sejak beberapa waktu yang lalu. Bank Indonesia bagaimana? Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Tren kenaikan suku bunga acuan telah dimulai sejak beberapa waktu yang lalu.

Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve System (The Fed) bahkan sangat agresif meningkatkan suku bunganya. Hal itu disusul oleh bank sentral dari berbagai negara termasuk Jepang dan Eropa.

BACA JUGA: The Fed Mengamuk, Suku Bunga Digenjot 75 Basis Poin, Terbesar Sejak 1994

Bagaimana dengan kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI)?

Gubernur (BI) Perry Warjiyo menjawab Indonesia tak perlu terburu-buru untuk meningkatkan suku bunga acuan.

BACA JUGA: Kenaikan Suku Bunga The Masih Akan Berlanjut, Indonesia Wajib Bersiap!

Pasalnya, BI menilai kondisi inflasi yang masih rendah.

"Kami akan mengatur kebijakan suku bunga rendah kami sebesar 3,5 persen sampai terdapat tekanan fundamental pada inflasi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Peluncuran Laporan "Indonesia Economic Prospects June 2022" di Jakarta, Rabu (22/6).

BACA JUGA: BI Tak Perlu Ikut Agresif soal Suku Bunga Acuan, Tenang Saja

Namun, BI tetapi akan terus melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah dan memulai normalisasi likuiditas untuk mengarahkan kebijakan moneter yang mendukung stabilitas perekonomian tahun ini.

Dia menjelaskan normalisasi likuiditas dilakukan melalui peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi enam persen pada Juni 2022, kemudian menjadi tujuh persen pada Juli 2022, dan September 2022 menjadi sembilan persen.

"Kondisi likuiditas tersebut masih cukup bagi perbankan untuk memberikan kredit, serta berpartisipasi dalam operasi pemerintah," ungkapnya.

Di sisi lain, BI terus melakukan digitalisasi sistem pembayaran untuk membangun ekonomi dan keuangan digital nasional.

BI membidik target untuk mencapai inklusi ekonomi dan keuangan guna mendukung UMKM, termasuk untuk wanita dan pemuda.

"Jadi saat kebijakan moneter mendukung stabilitas, kebijakan lainnya seperti makroprudensial dan sistem pembayaran digital masih akan didorong untuk pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Selain itu, Perry menegaskan terus mengoptimalkan bauran kebijakan bersama dengan pemerintah untuk memastikan stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Dengan demikian pemulihan ekonomi Indonesia ke depannya akan terus berlanjut dan menuju ke prospek jangka menengah, yaitu pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat," tegas Perry. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler