BI Rate Naik setelah Bertahan 18 Bulan

Sabtu, 05 Februari 2011 – 04:44 WIB

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akhirnya menyerah kepada tekanan investor yang menginginkan suku bunga acuan alias BI rate dinaikkanRapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin menaikkan BI rate 25 basis poin, yakni dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen.
 
Kepala Biro Humas BI Difi A

BACA JUGA: RUU JPSK Akan Diajukan Lagi

Johansyah mengungkapkan, keputusan menaikkan BI rate itu diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat
Peningkatan ekspektasi inflasi, lanjut dia, terutama dipicu kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi serta kenaikan harga komoditas global, termasuk minyak dan rencana kebijakan pemerintah di bidang komoditas strategis

BACA JUGA: Hatta Tolak Legalisasi Daging Ilegal


 
"BI akan terus mencermati perkembangan inflasi ke depan dan memperkuat kebijakan nilai tukar rupiah yang sesuai dengan upaya mengurangi tekanan inflasi ke depan
Juga, kebijakan makroprudensial untuk pengendalian likuiditas yang ditempuh sejak 2010," jelas Difi di gedung BI kemarin (4/2).
 
Sejak bulan lalu, pasar terus menekan bank sentral agar menaikkan BI rate

BACA JUGA: Minyak Dunia Naik, Pengaruhi Stabilitas Anggaran

Pasar khawatir terhadap ekspektasi inflasi tinggi yang dicemaskan akan makin mempersempit real interest rate atau selisih suku bunga terhadap inflasiSuku bunga acuan 6,5 persen sebelumnya bertahan selama 18 bulan.
 
Dewan gubernur berpandangan, meningkatnya ekspektasi inflasi perlu direspons secara tepat agar tidak menimbulkan tekanan inflasi ke depanInflasi pada Januari 2011 mencapai 0,89 persen (mtm) atau 7,02 persen (yoy)Tingginya inflasi terutama disebabkan adanya inflasi kelompok volatile foods yang mencapai 18,25 persen (yoy) karena berlanjutnya gangguan produksi serta distribusi bahan pangan, khususnya beras dan bumbu-bumbuan
 
Meski kelompok administered prices dan inflasi relatif terkendali, bank sentral mulai melihat ekspektasi inflasi yang cenderung meningkatHal itu tecermin pada indikator ekspektasi inflasi dari survei ekspektasi konsumen, survei produsen, dan harga aset finansial"Meningkatnya ekspektasi inflasi juga didorong kenaikan harga komoditas global serta rencana kebijakan pemerintah, khususnya pengurangan subsidi BBM," kata Difi.
 
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, BI telah memperhitungkan ekspektasi pasar dengan menaikkan BI rateNamun, dia berharap perbankan tidak langsung menaikkan suku bunga pinjaman"Jangan latahNanti perbankan menaikkan lending (lending rate/suku bunga pinjaman)," ujarnya di kantornya kemarin.
 
Dia menuturkan, saat ini spread (selisih suku bunga pinjaman dan deposito) masih tinggi"Paling tidak, jangan dulu dinaikkanPerbankan juga kami harap menjaga spread ituIdealnya, itu kan tidak sampai 4?5 persen," tegas Hatta.
 
Sementara itu, posisi cadangan devisa per 31 Januari 2011 tercatat USD 95,3 miliar atau setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintahCadangan devisa tersebut turun dibanding posisi akhir Desember 2010 sebesar USD 96,2 miliar.
 
Secara umum, neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2011 diperkirakan masih mencatat surplus yang besarTransaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 diperkirakan masih mencatat surplus yang cukup besar.
 
Nilai tukar rupiah sempat tertekan sebagai akibat aliran modal keluarRupiah melemah disertai volatilitas yang sedikit meningkatHal itu dipicu, antara lain, kekhawatiran pelaku pasar terhadap meningkatnya tekanan inflasiNilai tukar rupiah pada Januari 2011 melemah rata-rata 0,1 persen menjadi Rp 9.034 per USD"Dewan gubernur meyakini bahwa aliran keluar modal asing dan pelemahan rupiah tersebut lebih bersifat temporer karena faktor fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat," jelas Difi.
 
Keyakinan terhadap fundamental yang masih baik, menurut bank sentral, ditunjukkan oleh penilaian lembaga Rating Moody"s yang menaikkan sovereign credit rating Indonesia menjadi Ba1 dengan outlook stabil"Selain itu, kebijakan Bank Indonesia melalui stabilisasi nilai tukar mendorong cepat pulihnya kestabilan nilai tukar rupiah," ujarnya.

Di sisi lain, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankanHal tersebut tecermin dari pertumbuhan kredit yang terus meningkat yang pada 2010 mencapai 22,8 persen(sof/c5/agm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Minyak Kian Tinggi, Menkeu Tetap Optimis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler