BI Rate Turun Jadi 8,25 Persen

Kamis, 05 Februari 2009 – 06:25 WIB
TERPICU BI RATE: Penurunan BI Rate sebesar 0,5% menjadi 8,25%, mampu menggerakkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Beberapa saham yang terimbas sentimen positif penurunan BI rate kembali naik. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (4/2), IHSG naik 16,032 poin (1,23%) menjadi 1.320,363. Tampak perdagangan di BEI menjelang penutupan sesi kedua, Rabu (04/2). Foto: Muhamad Ali/ JAWA POS
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan bunga acuan atau BI rate sebesar 50 bps menjadi 8,25 persenIni adalah penurunan 50 bps dalam dua bulan beruntun.

Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom mengatakan penurunan suku bunga itu masih akan berlanjut

BACA JUGA: Bakrie Telekom Incar 10 Pelanggan

Terutama jika inflasi masih cukup landai dan ekonomi dunia masih belum menentu.

"Kalau bulan depan data-data menunjukkan bahwa tekanan inflasi sudah semakin berkurang, kemudian kami melihat kembali perekonomian dunia demikian masih belum pasti, kami tetap membuka ruang untuk penurunan suku bunga," kata Miranda di Jakarta, Rabu (4/2).

Miranda mengatakan penurunan kembali BI rate merupakan sinyal keinginan BI agar perbankan menurunkan kredit
"Kita juga mengharap dan mengimbau kepada perbankan, bahwa penurunan suku bunga dari BI itu untuk (agar) bank memberikan kredit lebih banyak

BACA JUGA: IMF: Ekonomi Asia Pulih Tahun Depan

Itu hendaknya direspons lebih baik oleh perbankan," kata Miranda.

Miranda mengakui penurunan bunga kredit masih membutuhkan waktu
Biasanya penurunan bunga langsung tercermin pada deposito

BACA JUGA: Januari, Produksi Gas Tembus 7.643 Juta Kaki Kubik Per Hari

"Sedangkan untuk suku bunga kredit baru akan terlihat kemudian," katanya.

Miranda mengatakan saat ini masih banyak pengusaha yang memiliki prospek cukup baikTermasuk UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi saat krisis.

Miranda mengatakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 4,5 persen, dibutuhkan koordinasi yang baik dari otoritas fiskal dan moneter dalam menciptakan stimulus bagi sektor riil.

"Ini adalah kesempatan yang baik untuk memberikan suatu keyakinan kepada pasar bahwa BI memahami kebijakan yang diperlukan pada situasi seperti ini," katanya.

BI juga optimistis penurunan BI rate ini tidak akan melemahkan rupiahPelemahan ini lebih disebabkan ketidakpastian ekonomi duniaMiranda berpendapat saat ini sudah tidak ada hubungan antara pergerakan suku bunga dan rupiah.

"Sudah terlihat mulai terputusnya sedikit hubungan antara suku bunga dan rupiahPergerakan rupiah tidak lagi karena suku bunga yang menurun," kata Miranda.

Bank sentral memandang berbagai kondisi mutakhir menunjukkan perkekonomian 2009 lebih suram daripada yang diperkirakan beberapa bulan yang laluDi dalam negeri, dampaknya makin terasa terutama terhadap sektor-sektor yang terkait dengan perdagangan luar negeri atau sektor tradableUntuk sektor non tradble, perkembangannya masih relatif stabil.

Pertumbuhan kredit perbankan melambat dibanding semester II-2008Tekanan inflasi terus mereda dengan deflasi dua bulan berturut-turutBank sentral melihat kondisi perbankan nasional masih cukup baik, seperti tercermin dari perkembangan rasio kecukupan modal (CAR) dan kredit bermasalah (NPL) yang masih batas amanSementara kondisi likuiditas perbankan termasuk dalam pasar uang antarbank, mulai membaik.

Sementara cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2009 tercatat sebesar sebesar USD 50,9 miliar atau setara 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.(sof/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Lengser, Arie Soemarno Blak-blakan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler