BI Rilis Regulasi Tata Cara Beli Devisa

BI Tangkal Spekulasi Rupiah

Kamis, 13 November 2008 – 09:03 WIB
JAKARTA - Sektor finansial tanah air masih diselimuti kabut tebalBursa saham maupun nilai tukar rupiah terus didera pelemahan

BACA JUGA: 2010, TDL Berlaku Regional

Rabu (12/11) nilai tukar rupiah di pasar valas lunglai, hingga akhirnya drop 400 poin menuju Rp 11.500 per dolar AS.

Sedangkan di pasar modal, aksi jual saham-saham unggulan membawa indeks harga saham gabungan (IHSG) tergelincir tipis 9,9 poin (0,74 persen) membentuk level 1.326,62
Terus melemahnya rupiah menyebabkan Bank Indonesia (BI) sekali lagi mengambil langkah antisipatif.

Mulai hari ini bank sentral mencegah transaksi valuta asing untuk kegiatan spekulatif

BACA JUGA: Importir Sambut Positif Perpanjangan Ijin Impor Alat Berat Bekas

Seluruh pihak, selain bank, harus memiliki underlying transaksi untuk perdagangan valas di atas USD 100 ribu per bulan
Dan, nasabah individu diwajibkan mencantumkan nomor pokok wajib pajak (NPWP) untuk transaksi dalam jumlah itu.

Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia No

BACA JUGA: Investasi Listrik Merugi, Elektrifikasi Terhambat

10/28/PBI/2008 tentang Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada BankDeputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom mengatakan, peraturan tersebut tetap berlandasan sistem devisa bebas yang dianut Indonesia''Perlu ditegaskan, ketentuan ini bukan merupakan kebijakan kontrol devisa atau kontrol kapital yang membatasi arus modal lintas negara,'' kata Miranda di gedung BI, Jakarta, kemarin (12/11).

Ketentuan terbaru itu, lanjut dia, hanya sebatas mengatur tata cara perolehan devisa melalui bank dengan memenuhi persyaratan tertentuDengan begitu, kebebasan pelaku ekonomi atas penggunaan devisa yang telah dimiliki tidak dibatasi.

Pelaku ekonomi selain bank, yaitu nasabah individu, badan hukum Indonesia, dan pihak asing, dapat dengan bebas membeli valuta asingBaik melalui transaksi spot, forward, maupun transaksi derivatifKeharusan pencantuman tujuan penggunaan valas untuk perdagangan di atas USD 100 ribu dimaksudkan untuk mengurangi aksi spekulasi.

Hal itu juga dimaksudkan untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah''Transaksi valuta asing yang dilakukan nasabah bank, baik individu, badan hukum Indonesia, maupun pihak asing, harus memiliki tujuan penggunaan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan serta bermanfaat bagi sektor riil,'' kata Miranda.

Guru besar Universitas Indonesia itu menegaskan, pelemahan rupiah saat ini bukan karena ada aksi spekulasi''Ini bukan spekulasi, tapi karena kurangnya pasokan USDAda capital outflow di Indonesia,'' ujar perempuan yang selalu mewarnai rambutnya itu.

Hal senada diungkapkan ekonom Standard Chartered Bank Fauzi IchsanMenurut dia, saat ini ada pelarian dana asing sehingga menyebabkan pasokan USD berkurang''Masalahnya, dana dari asing yang biasanya masuk di pasar saham juga berhenti sehingga likuiditas USD makin ketat,'' ujarnya.

Dia menilai, semua transaksi atau aksi beli USD yang dilakukan pelaku pasar bukan untuk spekulasi''Orang beli USD saat ini ada alasannyaAda yang bayar utang, untuk impor, dan sebagainyaSaat ini rupiah belum pada tahap yang benar-benar sangat lemah sehingga berpotensi dijadikan spekulasi,'' jelasnyaSeandainya ada investor ritel yang membeli dolar AS sebanyak USD 5 ribu-USD 10 ribu untuk spekulasi, dia menilai, jumlahnya tidak signifikan.

Fauzi mengatakan, solusi utama untuk memperkuat rupiah ialah menambah pasokan USDSalah satu cara yang bisa ditempuh adalah mengembalikan uang WNI yang diparkir di luar negeri''Caranya banyak, salah satu di antaranya adalah tax amnesty,'' ujarnyaKadin sudah mengusulkan hal tersebut kepada otoritas agar likuiditas di dalam negeri longgar

Secara terpisah, Kepala Ekonom BNI Tony Prasentiantono mengatakan, ada indikasi pelarian dana nasabah kakap di tanah air ke bank-bank di luar negeri dengan alasan keamanan atas penjaminan dana simpanannyaBagaimanapun, kata dia, emerging market masih dinilai rentan oleh nasabah-nasabah kakap''Sejak awal saya merasa pemerintah terlambat melakukan blanket guaranteeYang bisa membuat rupiah menguat adalah blanket guarantee,'' ujarnyaDia berharap, jika suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) turun menjadi 0,5 persen, akan ada hot money yang masuk ke tanah air.

Pengusaha Minta Stimulus

Sehari sebelum bertolak ke Amerika Serikat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengumpulkan komunitas pengusaha dan perbankanPresiden SBY ingin memastikan situasi perekonomian benar-benar kondusif saat ditinggal dua pekan ke luar negeri.

Dalam pertemuan itu, Kadin meminta pemerintah dan BI membuat stimulus atau kebijakan populer dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit dan harga BBM bersubsidi untuk solarKadin berpendapat, saat ini banyak perusahaan terancam bangkrutSelain itu, sejumlah perusahaan juga ancang-ancang melakukan PHK besar-besaran.

''Butuh stimulan, di antaranya dengan menurunkan suku bunga kredit dan investasi, menurunkan harga BBM bersubsidi, termasuk solar, dan menyederhanakan peraturan,'' kata Bambang Soesatyo, ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin, setelah pertemuan dengan SBY di gedung utama Sekretariat Negara kemarin.

Menurut Bambang, penghentian produksi yang dilakukan perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa bisa menular ke IndonesiaTermasuk soal PHKAlasannya, semua permintaan barang turun drastisKarena tidak bisa melakukan ekspor, bisa saja perusahaan di Indonesia sementara menutup pabrik dan merumahkan karyawan

PHK, kata Bambang, merupakan alternatif pertama sebelum memutuskan menutup pabrikKalau tidak diantisipasi, hal itu akan menimbulkan banyak persoalan bagi sektor riil.

Ketua Umum Kadin M.SHidayat juga melakukan presentasi di hadapan SBY serta kalangan pengusaha dan perbankanHidayat menegaskan mendesaknya program stimulus ekonomi tersebutSebab, kondisi terberat diyakini terjadi pada pertengahan tahun depan.

SBY, kata Hidayat, belum memberikan keputusan apa punDalam pertemuan kemarin, SBY hanya menjelaskan masalah makro terkait kunjungan kerjanya ke luar negeri''Tadi dialog dibatalkanTapi, beliau memberikan wewenang kepada Wapres untuk melakukan dialog sektor per sektor,'' katanya.

Selain itu, kata Hidayat, para Dirut perusahaan yang hadir sebetulnya ingin menyampaikan bahwa dibutuhkan full guarantee dari pemerintah untuk menjamin penyimpanan deposan ataupun interbankDengan begitu, tidak perlu menyimpan uang ke luar negeri karena bank di Indonesia sudah tepercaya

''Selain itu, agar dana masyarakat bunganya turunSekarang ini bunga deposito sampai 15 persenJadi, lending rate berapa, kan 18 persen lebihGak ada yang kuatPerbankan sudah membuat statemen, mereka mau menurunkan suku bunga 2-3 persenItu yang menolong sektor riil,'' jelasnya

Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo menjelaskan, pertemuan kemarin baru tahap brainstormingNamun, perbankan sepakat diperlukan stimulus dalam arti memperkuat ekspor, untuk mendatangkan lebih banyak foreign direct investment, dan stimulus untuk meningkatkan suasana bisnis di Indonesia''Tiga itu aja konsentrasinya,'' katanya(sof/eri/tom/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Solar Harus Turun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler