jpnn.com - JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yakni premium, idealnya harus dilakukan sebesar Rp 3000 per liter.
Dengan kenaikan sebesar Rp 3.000 per liter kata Mirza, akan memberikan ruang fiskal pemerintah baru dan sesuai dengan harga keekonomian.
BACA JUGA: BI Berharap BBM Naik Sebelum Februari 2015
"Kalau BBM naik seribu itu kan tetap saja terjadi inflasi, tapi mengatasi defisit anggaran untuk tahun anggaran 2015 lebih kecil. Minyak kan begitu, sehingga nanti 2015 perlu dinaikkan lagi Rp 2.000, ya lebih baik langsung dinaikkan sekali Rp 3.000 per liter," ujar Mirza di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (12/9).
Di samping itu, menurutnya, daripada pemerintah dua kali menaikkan harga BBM di tahun 2015 dengan respon yang sama dari masyarakat, lebih baik kenaikan tersebut dilakukan sekaligus.
BACA JUGA: Minggu Depan, Tarif Tol Arah Bandara Soetta Naik
"Itu lebih baik dilakukan sekarang mengingat kenaikan berapapun harga BBM akan memiliki respon yang sama dari masyarakat dan hal itu akan menjadikan pemerintahan ke depan jauh lebih baik," katanya.
Namun, jika pemerintah tetap memilih opsi menaikkan harga BBM secara bertahap, itu berarti pemerintah juga harus bisa menjamin untuk menekan kenaikan harga-harga pokok lainnya pasca kenaikan harga BBM.
BACA JUGA: Berebut Investasi Rp 15,349 Miliar
"Pemerintah juga harus mengurangi resiko yang mungkin bakal terjadi kalau menaikkan harga BBM secara bertahap," tandas Mirza. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertumbuhan Kredit Bank Tak Capai Rencana Bisnis
Redaktur : Tim Redaksi