Biadab! Sopir Angkot Sodomi 23 Siswa SMP

Selasa, 06 September 2016 – 17:13 WIB
Ilustrasi. Foto: dok. Jawapos.com

SURABAYA – Namanya Triono Agus Widianto. Dia adalah sopir angkot di Surabaya.  Pria yang akrab disapa Aan itu sudah mencabuli puluhan siswa SMP di kawasan Surabaya Barat. Hingga saat ini, baru 23 siswa yang mengaku diperlakukan tidak senonoh.

Mereka menyebut, masih banyak korban lain di sekolah-sekolah yang berbeda. Predator ini sudah lama dia beraksi memangsa para remaja. Meski begitu, kasus tersebut baru mencuat pada periode Februari hingga Maret 2016.

 Berdasar laporan korban ke Polsek Benowo, ada yang mengaku dicabuli sejak 2014. Ada juga yang sejak 2015. Tapi, kebanyakan aktivitas pencabulan itu berakhir pada Februari 2016.

Terungkapnya perbuatan tersebut berawal dari membolosnya siswa-siswa di sebuah SMP negeri tanpa alasan yang jelas. Sekolah melakukan penelusuran. Salah satunya memanggil orang tua siswa. Para wali murid itu ditanyai alasan anak-anaknya tidak masuk sekolah.

Dari sanalah baru terungkap kejadian yang sebenarnya. Hasilnya cukup menakutkan. Anak-anak itu enggan berangkat sekolah karena takut kepada Aan yang sering mencabuli mereka. Rahasia kelam yang selama ini dikubur si predator pun mulai tersingkap.

BACA JUGA: Binsar Ditembak Mati, Keluarga: Kami Akan Menempuh Jalur Hukum

 Kepada guru BK, seorang siswa membeberkan perlakuan jorok Aan. Dari mulut siswa itu pula, muncul nama-nama siswa lain yang mendapat perlakuan sama. Dari sanalah, tabir pencabulan semakin benderang.

Seluruh korban adalah siswa kelas IX dari sekolah yang sama. Pada saat kelulusan Juni 2016, terdeteksi ada 23 siswa (semua cowok) yang mengaku pernah menjadi korban. Mereka rata-rata diperlakukan sama. Namun, hanya ada tujuh siswa yang berani melaporkan kasus tersebut kepada polisi.

Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos, perbuatan pelaku dirancang dan dilaksanakan dengan sangat sistematis. Aan melakukan pendekatan secara alami kepada calon korban. Sebelum dicabuli, korban benar-benar diistimewakan. Aan pun bisa mendekati para mangsanya tanpa dicurigai.

Pendekatan tersebut diawali dari angkot. Pekerjaan Aan. Setiap hari para korban naik lin yang dikemudikan Aan. Gurauan dan sapaan hangat membuat hubungan sopir dan siswa itu seperti teman sendiri. Mereka semakin akrab dan dekat ketika Aan menolak uang yang diberikan siswa saat naik angkot.

Hal tersebut tidak dilakukan kepada satu siswa. Tapi, semua penumpang siswa berseragam di angkotnya. Pengistimewaan itu dilakukan tidak hanya sekali. Hingga beberapa kali sampai korban merasa nyaman saat naik angkot Aan. Mereka pun semakin dekat.

Kabar kebaikan Aan merebak di kalangan para siswa. Ada yang tertarik dan akhirnya ikut naik angkot tersebut karena menganggap dia adalah sosok pria baik dan ringan tangan.

Sampai akhirnya mereka mencari angkot tersebut saat pulang sekolah. Mereka pun terkadang sampai rela menunggu ketika Aan belum mangkal di dekat sekolah.

''Kebaikan'' itu tidak berhenti di situ. Saat pulang sekolah, para siswa diajak mampir di sebuah warung makan yang lokasinya tidak jauh dari rumah pelaku.

BACA JUGA: Ini Pengakuan Tetangga Pemalak yang Tewas di Dor Polisi, Ternyata…

 Di sana, mereka dipersilakan untuk memesan makan dan minum. Aan membuat korban semakin nyaman dengan kalimat pendahuluan: dia yang akan mentraktir semuanya.

Anak-anak semakin nyaman dengan perlakuan tersebut. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk terus mendekati korban dengan mengobrol santai di warung. Apalagi di warung itu, Aan membuat kelompok bimbingan belajar dadakan.

 Jika ada siswa yang kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah, Aan berusaha membantunya. Pertemuan di warung tersebut terkadang menjadi diskusi pelajaran antara siswa dan Aan.

Jurus berikutnya adalah Aan meminta para siswa itu bermain ke rumahnya. Permintaan tersebut disampaikan kepada perorangan melalui pesan singkat. Dengan begitu, korban tidak datang gerudukan ke rumahnya. Bisa jadi, cara itu dilakukan agar dia mudah dalam melakukan aksi cabulnya.

Perbuatan nyeleneh mulai dilakukan ketika satu per satu ''anak didiknya'' datang ke rumahnya. Biasanya sebelum datang, korban mengirim pesan singkat. Dengan begitu, pelaku datang ke rumah tersebut saat Aan tidak sedang narik angkot. Guna menepis kecurigaan, pelaku menyediakan aneka jajan untuk menyambut kedatangan korban.

Misalnya, yang dialami YW. Dalam penyidikan, dia mengaku tidak curiga saat mendatangi rumah Aan sendirian. Sebelumnya, dia di-SMS dan memenuhi panggilan Aan untuk bermain di rumahnya.

BACA JUGA: Bidik Kaki Kena Pinggang, Polisi Tembak Mati Pemalak

Di tengah obrolan tersebut, Aan mulai menjalankan aksinya. Berawal dari merangkul dan berlanjut dengan meraba bagian dada dan kemaluannya.

YW yang risi berontak. Penolakan itu membuat Aan tersinggung berat. Pelaku kemudian memukul perut YW sambil mengancam. Korban takut bukan main.

Aan yang selama ini dianggap orang baik mulai menunjukkan sisi predatornya. Ketakutan tersebut membuat dia diam saja ketika Aan melakukan perbuatan yang semakin jauh.

Aan pun makin merajalela. Dia mulai memain-mainkan sisi baiknya yang dipadukan dengan tekanan psikologis kepada korban. Ketakutan para mangsanya itu membuatnya bisa mengulangi perbuatan tersebut di lain hari hingga berulang-ulang. Dalam laporan kepada polisi, YW mengaku mendapat perlakuan itu sejak Maret 2015 sampai Februari 2016. YW juga pernah dicabuli bersama temannya yang lain dalam satu kamar, tapi bergantian.

Perlakuan Aan bukan hanya pencabulan. Kepada AN, Aan juga melakukan kekerasan. Dengan modus yang sama, korban dipaksa untuk diam selama dia melakukan kegiatan cabul

. Ancamannya, AN tidak akan lagi diajak dalam lingkungan teman yang selama ini dibangun. Pelaku menyebut bahwa korban akan dijauhi semua teman-temannya.

Setelah korban menyerah, pelaku tidak hanya mencabuli. Dia juga menjepit puting payudara korban dengan menggunakan klip hitam, penjepit kertas yang terbuat dari logam. Saat korban kesakitan, Aan mencabulinya.

Kebejatan Aan memang banyak. Dia juga menyodomi AD hingga remaja 14 tahun itu kesulitan buang air besar. Dan seperti biasa, kebejatan tersebut selalu ditutup dengan ancaman. Jika ada yang buka mulut, upahnya adalah jotosan. Karena itu, para korban dengan terpaksa datang saat dipanggil Aan.

Ancaman itu seolah mengekang hidup para korban. Sebab, Aan tahu jam berapa mereka berangkat dan pulang sekolah. Ketakutan itulah yang membuat mereka akhirnya mendapat perlakuan cabul hingga Februari 2016.

Sejak kasus itu mencuat, satu korban melaporkan kasus tersebut ke Polsek Benowo. Setelah laporan dianggap lengkap, Aan ditetapkan sebagai tersangka. Hanya, ketika ditangkap, dia tidak berada di rumah.

Aan kemudian menyerahkan diri dengan diantar keluarganya ke polsek. Dia langsung ditahan. Proses pemeriksaan berjalan maraton. Sering kali, permintaan keterangan hingga malam. Pada saat penyidikan, Aan didampingi pengacara Kholil Askohar, pengacara yang berkantor di Mojokerto.

Saat dihubungi Jawa Pos, Kholil membenarkan bahwa dirinya pernah menandatangani surat kuasa untuk mendampingi Aan. Dia pun menemani kliennya selama pemeriksaan. Kepada pengacara yang biasa disapa Alex tersebut, Aan mengaku hanya mencabuli satu orang. Karena itu, Alex bersedia mendampingi Aan untuk melindungi hak hukum si klien.

Hanya, ketika penyidikan berjalan, korban yang muncul ternyata bukan hanya satu. Melainkan 23 orang. Alex kaget bukan main. Sebab, dia siap menjadi pendamping saat pelaku mengaku korbannya hanya satu orang. "Saya terus terang bingung bagaimana membelanya," ucapnya.

Dia berdiskusi dengan keluarga Aan. Dari sanalah, keluarga Aan menyatakan bahwa tersangka tidak perlu didampingi pengacara lagi. Sejak itu pula, Alex tidak lagi mendampingi Aan selama proses penyidikan.

Kepala Kejari Tanjung Perak M. Rawi mengatakan, berdasar berkas yang diterimanya, korban pencabulan berjumlah tujuh orang. Mereka mengaku diperlakukan cabul oleh pelaku dengan cara yang nyaris sama. "Intinya, ada ancaman kekerasan dan pencabulan," jelasnya.

Menurut dia, perbuatan tersebut dilakukan di sela-sela tersangka menjalankan mata pencahariannya sebagai sopir angkot. Pelaku mendekati korban dengan berbagai modus. Mulai menggratiskan biaya angkot sampai mentraktir. Setelah itu, pelaku baru menjalankan aksinya.

Saat ini, kasus tersebut sedang dalam masa persiapan untuk dilimpahkan ke pengadilan. Rawi sudah menunjuk jaksa khusus untuk menyidangkan perkara tersebut. Dia memperkirakan, pekan ini kasus itu dilimpahkan ke pengadilan. (eko/c6/dos/flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Bupati OI Terlibat Narkoba Siap Tebus Kesalahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler