jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina menggandeng perusahaan minyak asal Oman dalam membangun proyek kilang Bontang di Kalimantan Timur (Kaltim).
Calon mitra tersebut adalah Overseas Oil and Gas LLC (OOG), yang juga menggandeng perusahaan trading Cosmo Oil International Pte Ltd (COI).
BACA JUGA: Good, Jurus Pertamina Bangun Kilang Bontang Memang Yahud
Nilai pembangunan proyek itu diperkirakan mencapai USD 10 miliar atau sekitar Rp 130 triliun.
Pembangunan kilang Bontang merupakan program pemerintah untuk membangun kilang baru atau grass root refinery (GRR).
BACA JUGA: Pertamina Target Kapasitas Kilang 2 Juta Barel Per Hari
Tujuannya, Indonesia mempunyai ketahanan dan kemandirian energi. Dalam kemitraan itu, Pertamina tidak ikut mendanai proyek.
Namun, Pertamina mendapatkan sepuluh persen saham dari proyek tersebut tanpa mengeluarkan biaya.
BACA JUGA: Gagal Kerja di Pertamina, Uang Pelicin Rp 90 Juta Melayang
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso menyatakan, jumlah kepemilikan saham sepuluh persen berlaku sebelum periode sebelum keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID).
”Setelah FID selesai, kami akan kembali mengkaji potensi penambahan kepemilikan saham di sana. Dengan begitu, bisa saja setelah FID, kepemilikan kami di atas sepuluh persen,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (30/1).
Kepemilikan saham sebelum FID diupayakan bisa didapatkan secara cuma-cuma alias gratis.
Menurut Gigih, kepemilikan saham Pertamina pada proyek Kilang Bontang memang sangat kecil. Pertamina pun tidak akan mempunyai hak suara.
Namun, Pertamina masih mempunyai power dengan cara meminta produk untuk dijual sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri alias tidak untuk diekspor.
Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ardy Mokobombang menambahkan, Pertamina berhak memasok sampai 20 persen dari minyak mentah GRR Bontang.
”Pertamina tidak memberikan jaminan offtake serta bersedia bekerja sama untuk joint marketing,” paparnya.
OOG sendiri mendapat dukungan penuh dari pemerintah Oman untuk pendanaan proyek dan penyediaan pasokan minyak mentah.
Di sisi lain, COI unggul dalam hal dukungan teknis dan pemasaran produk.
Pembangunan kilang di Bontang diharapkan dapat memberi penambahan kapasitas pengolahan 300 ribu barel per hari (bopd).
Produk utamanya berupa gasolin dan diesel. Pembangunan kilang tersebut diperkirakan akan memberi lapangan kerja baru hingga lebih dari 20.000 orang saat proyek pembangunan dan sekitar 1.600 orang saat kilang beroperasi.
”Tahapan selanjutnya, kami dan para mitra akan menandatangani perjanjian dan melaksanakan feasibility study yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019. Dan dilanjutkan dengan penyusunan engineering package atau front end engineering design (FEED) hingga akhir 2020,” kata Ardy.
Dia menargetkan kilang Bontang dapat beroperasi pada 2025. (rin/c21/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Holding Migas Tak Beri Nilai Tambah Bagi Perusahaan Induk
Redaktur & Reporter : Ragil