Bibi di Tengah Badai Kontroversi dan Korupsi

Minggu, 06 Agustus 2017 – 11:24 WIB
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu. Foto: Middle East Eye

jpnn.com, TEL AVIV - Di jalanan Israel, kerap ada tanda yang menunjukkan lokasi pernikahan. Sepekan lalu, entah siapa, membuat tanda serupa di Kota Lod yang menunjukkan arah ke pusat unit kepolisian Lahav 433. Itu adalah unit khusus yang menyelidiki kasus korupsi.

Tanda itu bertulisan ’’Menuju ke penyelidikan Bibi dan Sara”. Bibi adalah panggilan untuk Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang telah menjabat empat periode. Dan, Sara adalah nama sang istri.

BACA JUGA: Sukamta Serukan Negara-Negara Islam Kompak Tundukkan Israel

Belakangan, sorotan untuk kasus korupsi yang membelit Netanyahu dan istri memang kian tajam. Itu diperburuk ulah kontroversial putra sulungnya dari pernikahannya dengan Sara, Yair, yang dikenal kasar dan bergaya hidup hedon.

Rabu lalu (2/8), Sara, perempuan ketiga yang dinikahi Netanyahu, menjalani pemeriksaan selama beberapa jam. Itu terkait penggunaan uang negara untuk keperluan di rumah pribadi serta pembayaran pengasuh untuk ayahnya.

BACA JUGA: Khatib Bilang Israel Telah Menempatkan Bahan Kimia Berbahaya di Masjid Al Aqsa

Netanyahu memang tak ikut dipanggil untuk proses interogasi. Tapi, sangat mungkin panggilan itu segera datang. Sebab, mantan kepala stafnya dulu, Ari Harow, telah membuat kesepakatan dengan Kejaksaan Agung Jumat lalu (4/8).

Harow akan bersaksi melawan Netanyahu. Sebagai imbalannya, Harow yang terlibat skandal korupsi tersebut tidak akan mendekam di balik jeruji besi. Dia hanya dikenai hukuman pelayanan masyarakat selama 6 bulan dan denda USD 193 ribu atau setara Rp 2,6 miliar.

BACA JUGA: Pemerintah RI Terus Dorong Kemerdekaan Palestina

’’Saya tidak memperhatikan keributan di belakang dan saya akan terus bekerja untuk Anda,’’ ujar Netanyahu dalam video yang diunggah di akun Facebook beberapa jam setelah berita kesepakatan Harow dan Kejaksaan Agung Israel beredar.

Harow akan bersaksi tentang hadiah-hadiah mahal yang diterima Netanyahu dari para pengusaha. Atau yang oleh pihak kepolisian dinamai Case 1000.

Hadiah-hadiah itu berasal dari produser film Hollywood kelahiran Israel, Arnon Milchan, dan pengusaha Australia James Packer. Sebagai gantinya, Netanyahu membantu melobi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry agar memberikan visa selama 10 tahun kepada Milchan.

Lobi itu tentu saja sukses. Packer di sisi lain meminta status sebagai penduduk permanen Israel serta membantunya terkait dengan pajak.

Kasus kedua yang akan membuat ketua Likud, partai berideologi tengah-kanan, itu kian terpojok adalah perjanjian rahasianya dengan Arnon Mozes, pemilik grup media Yedioth Ahronoth. Mozes yang kerap mengkritik pemerintah bertemu dengan Netanyahu pada akhir 2014 dan awal 2015.

Pertemuan itu sebenarnya sangat rahasia dan dirancang sedemikian rupa. Namun, ternyata Harow merekam setiap detiknya yang bisa menjadi barang bukti untuk memberatkan Netanyahu.

Para kritikus menilai, dalam kasus yang disebut sebagai Case 2000 itu, Netanyahu tak belajar dari Skandal Watergate yang akhirnya melengserkan mantan Presiden AS Richard Nixon.

Harow disebut telah menyerahkan berbagai informasi pada polisi terkait dua penyelidikan itu. Kendati demikian, Netanyahu, tampaknya, tak bakal kehilangan jabatan.

’’Berdasar hukum, PM tidak harus mundur jika dia jadi tersangka. Jadi, mari menunggu dan lihat yang terjadi nanti,’’ ujar Menteri Kehakiman Israel Ayeled Shaked.

Namun, bukan berarti kepemimpinannya bakal mulus. Sebab, selain skandal yang membelitnya, dia harus menyelesaikan ulah keluarganya.

Sara, sang istri, harus bolak-balik menjalani pemeriksaan karena kasus penggunaan uang negara. Perempuan 58 tahun itu pernah kalah dalam satu kasus melawan mantan bodyguard-nya, Meni Naftali, karena bersikap kasar. Februari 2015 lalu Sara akhirnya harus membayar Rp 623,5 juta kepada Naftali.

Baik Netanyahu maupun Sara selalu menegaskan bahwa mereka tak bersalah. Pasangan tersebut berdalih bahwa serangan terhadap mereka merupakan kampanye negatif yang dilakukan oleh lawan politiknya dan media sayap kiri.

’’Mereka tidak akan menemukan apa-apa karena memang tidak ada yang terjadi,’’ ujar Netanyahu beberapa kali jika ditanya terkait dengan kasus-kasusnya.

Berbagai prediksi bermunculan terkait gelombang kasus yang membelit keluarga Netanyahu. Salah satunya adalah ketidakpuasan kelompok ultrakanan atas kepemimpinannya. Netanyahu dinilai lemah dalam menghadapi tekanan terkait penyelesaian konflik Palestina.

Yang terakhir adalah kasus penutupan dan pemasangan alat deteksi logam di kompleks Haram al-Sharif pertengahan Juli lalu. Begitu tekanan datang bertubi-tubi dan bentrok terjadi di berbagai titik, Netanyahu menyerah. Dia mengembalikan kompleks yang di dalamnya terdapat Masjidilaqsa dan Dome of the Rock itu seperti semula.

Salah satu yang paling keras mengecam adalah Pemimpin Jewish Home Party Naftali Bennett. Di Israel, tokoh yang menjabat menteri pendidikan itu merupakan sosok populer kedua di media sosial setelah Netanyahu.

Bennett sangat mengincar posisi yang kini diduduki Bibi. Dalam konferensi tahunan Institute for National Security Studies bulan lalu, Bennett menghujat Netanyahu habis-habisan, meski dia tidak menyebut nama sang PM secara langsung.

Meski demikian, jika memang pemilu dipercepat, peluang Netanyahu terpilih kembali menjadi PM masih besar. Sebab, masyarakat masih percaya bahwa dia bisa menjaga keamanan di Israel. Tapi, kalau dia dan keluarga terus digerogoti kasus, pemerintahannya jelas tak akan berjalan efektif. (AFP/CNN/Hareetz/Aljazeera/c17/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Usulan Indonesia soal Perlindungan Masjid Al Aqsa jadi Pembicaraan Dunia


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler