jpnn.com - Mereka yang meninggal dunia tanpa identitas, biasanya bakal berakhir di pusara Taman Pemakaman Umum (TPU), Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Marshan, 43 dan kawan-kawannya bertugas mengubur para korban pembunuhan, kecelakaan lalu lintas dan korban tenggelam tanpa identitas
----------------
BACA JUGA: Asyik.. Ahok Janji Gratiskan Tiket Masuk Dufan
KEHENINGAN siang hari di ujung taman peristirahatan terakhir Tegal Alur menyisakan cekam yang menggeliat. Gundukan tanah merah yang amburadul mengundang imajinasi mistis yang menyengat bulu kuduk. Kebanyakan makam di area itu tanpa epitaph (nisan).
Sebagian yang jelas bertuliskan Mr dan Mrs X. Sebagian lainnya, hanya batang kayu, dan ranting kering sebagai pertanda. Lantas, siapa yang terbaring di gelapnya liang lahat alam barzah sana? Tuan dan nyonya siapa? Bisa jadi mereka itu dulunya orang baik, atau penjahat bertato yang ditemukan tewas mengambang di kali.
”Bisa siapa aja,” tutur Marshan kepada INDOPOS (JPNN Group) saat ditemui bersama tiga rekan seprofesinya, Andriansyah, 28; Syamsul, 30 dan Rahman, 30.
BACA JUGA: Tersangka dan Barang Bukti Korupsi UPS segera Dilimpahkan
Para perawat dan penggali makam TPU Tegal Alur itu dengan ramah menyapa INDOPOS, Selasa (25/8) siang lalu saat datang ke tempat kerjanya.
Spesialisasi pemuda asli Tegal Alur ini memang menggali kubur. Tak terkecuali, lubang khusus bagi tuan dan nyonya tanpa nama itu. Lokasinya nun jauh di area belakang taman. Di tanah merah yang tak berumput, dulunya bekas lapangan sepak bola.
Kontras dengan makam umum yang disediakan untuk warga yang beridentitas. Rumputnya hijau, di batu nisan nama dan identitas mereka ditulis jelas. ”Tanah makam di area Mr X itu kalau hujan becek, kalau macul musim panas kerasnya minta ampun,” ujar Marshan yang bertopi putih.
Jenazah-jenazah itu datangnya dari berbagai rumah sakit ternama di Jakarta. Seperti dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat; Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan; dan Rumah Sakit RS Polri di kawasan Jakarta Timur.
Bandeng istilahnya, kata Marshan, jenazah itu korban temuan kepolisian. Bisa jadi korban pembunuhan, residivis, kecelakaan lalu lintas. Bisa juga gelandangan tanpa identitas yang meninggal dunia di jalan.
”Itu mayat-mayat lama yang sudah berbulan-bulan di rumah sakit. Sudah divisum, karena tempat penyimpanannya penuh, terus dikirim ke sini untuk dikubur,” katanya.
Sebagian lainnya kiriman dari panti-panti sosial di seantero Ibu Kota. Lelaki berkumis tebal itu menyebut, penghuni panti yang meninggal dunia karena sakit maupun ketuaan, tapi tidak ada keluarga yang mengurus. Paling banyak menerima dari panti sosial itu enam jenazah.
BACA JUGA: Ketua DPRD DKI: Go-Jek Harus Ada Payung Hukum
”Mereka dikirim ke sini sudah dibungkus kain kafan, dipocongin gitu, tinggal dikubur aja," ucapnya. (asep ananjaya/bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hai Anjal Jakarta yang Bandel! Ahok Bakal Masukkan Kalian ke Markas Militer
Redaktur : Tim Redaksi