Bikin Tari Buku agar Anak-Anak Suka Membaca

Jumat, 23 Mei 2014 – 07:30 WIB
JATUH BERANTAI: Komunitas Arek-Arek Kreatif, relawan TBM Mawar, tim Barpus Surabaya, dan siswa SDN Rungkut Menanggal 1 membuat domino buku. Foto: Phaksy Sukowati/Jawa Pos

jpnn.com - PUSTAKAWAN modern bukan orang yang ngendon di ruang baca dan menanti pengunjung datang. Bukan. Pustakawan masa kini bukan sekadar tukang jaga ruang perpustakaan. Mereka harus berani terjun ke lapangan, berperan konkret, untuk mencerdaskan masyarakat agar melek huruf dan haus buku.

* * *

BACA JUGA: Fisika Dapat 10, Matematika Raih 9,75

HARI masih pagi. Pukul 08.00. Matahari pun masih berjuang naik melampaui atap-atap rumah dan pepohonan. Tapi, ruang Balai RW 03 Kelurahan Rungkut Menanggal sudah riuh oleh geliat puluhan siswa SDN Rungkut Menanggal 1.

Mereka terlihat asyik sekali menikmati kegiatan Komunitas Arek-Arek Kreatif, Taman Baca Masyarakat (TBM) Mawar, serta pustakawan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya.

BACA JUGA: Guru Kaget saat Tiba-Tiba Digerebek Mucikari

Yang mereka lakukan pada Sabtu (17/5) itu memang dalam rangka peringatan Hari Buku Nasional. Kegiatannya pun cukup asyik. Yakni, membuat domino buku. Puluhan anak berseragam pramuka itu pun larut di tengah-tengah ruangan balai untuk menyusun 2 ribu buku menjadi pola rangkaian kartu domino yang siap disenggol agar bisa jatuh berantai.

Tugas itu, tampaknya, mudah. Tapi, kerap bikin geregetan. Betapa tidak, berkali-kali mereka harus mendirikan kembali susunan buku karena tak sengaja jatuh. Ada pula buku yang memang sengaja disenggol anak jail.

BACA JUGA: Anang Hermansyah, Belum Mengerti Gaya Orang Senayan

Bukan cuma anak, sejatinya. Angin yang ’’jail’’ juga ikut-ikutan merobohkan buku yang sudah tertata. ’’Biasa. Kalau main domino buku memang harus sabar,’’ kata Dicki Agus Nugroho, koordinator utama Komunitas Arek-Arek Kreatif.

Menurut Dicki, acara hari itu memang dikemas secara fun, kreatif, dan heboh. Sebab, jarang sekali Hari Buku Nasional diperingati secara istimewa. Jangankan itu, bisa jadi banyak orang yang tak tahu tanggal peringatan Hari Buku Nasional. Bisa jadi pula, ada orang yang bahkan tidak tahu bahwa Hari Buku Nasional itu ada.

Karena itu, Komunitas Arek-Arek Kreatif berjuang agar Hari Buku Nasional kian dikenal orang. Yang dilakukan komunitas beranggota puluhan pustakawan dan penggiat literasi tersebut bukan hanya itu.

Rencananya, mereka juga menyusun menara buku, workshop membikin mading (majalah dinding), serta membuat mading tiga dimensi bertema buku. Itu semua dilakukan dengan menggandeng siswa-siswi dan arek-arek Surabaya yang berminat.

Komunitas Arek-Arek Kreatif memang getol mengadakan aksi-aksi atau demonstrasi unik dan menarik bagi masyarakat. Komunitas yang dibentuk pada Oktober 2013 itu juga tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) tatlaka mengadakan tarian buku.

Tari itu diikuti 1.022 anak sekolah dasar. Tari yang diadakan bulan lalu tersebut mengampanyekan peningkatan minat baca anak-anak sekolah. Itu disimbolkan dalam rangkaian gerak tari nan seru dan menyenangkan bagi anak-anak.

Tari itu lantas diadopsi sebagai tari nasional oleh Badan Arsip Nasional. Artinya, tari tersebut bebas disebarkan dalam rangka kampanye mengajak anak se-Nusantara untuk gemar membaca.

’’Sekarang kan lagi tren goyang dan tari dengan gerak unik. Di TV banyak. Akhirnya, kami putuskan bikin tari,’’ kata Dicki. Untuk mematangkan gerak tari itu, mereka menggandeng koreografer dan instruktur Surabaya yang berpengalaman.

Meski baru seumur jagung, komunitas tersebut tak mau surut ide. Tiap bulan mereka membikin aksi-aksi unik dan kreatif. ’’Selama ini, alhamdulillah, tidak pernah ada bulan yang kosong kegiatan. Pasti ada peristiwa menarik yang bisa dijadikan tema kegiatan,’’ kata Dicki.

Alumnus jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro tersebut memaparkan, tim mereka memang selalu hunting tanggal-tanggal menarik atau penting hingga dua bulan ke depan. Rangkaian tanggal itu lantas dipaparkan dalam rapat, satu per satu, untuk dibahas. Jangan bayangkan rapat itu hanya duduk-duduk dalam satu ruangan.

Mereka memanfaatkan gadget untuk tukar ide dan sumbang saran. Misalnya, menandai foto (tagging) di Facebook. Pesan berantai lewat BlackBerry Messenger (BBM) hingga jaringan komunikasi berbasis pesan singkat lainnya. Itu kudu dilakukan lantaran anggota komunitas tersebut memang tersebar di beberapa wilayah dan universitas di Surabaya.

Dalam rapat virtual itu, mereka menyaring ide-ide paling jos. Baik dari sisi kreativitas maupun kebaruan. ’’Biasanya kami googling ide-ide itu. Yang paling unik dan belum pernah diadakan yang akan dipilih,’’ ujar Dicki.

Untuk lebih mendekatkan diri terhadap masyarakat, Komunitas Arek-Arek Kreatif juga peka terhadap isu-isu urban. Misalnya, soal lingkungan atau menggandeng tokoh-tokoh inspiratif Surabaya.

Salah satunya adalah soal kematian beberapa satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang mereka jadikan topik edukasi. ”Anak-anak dikumpulkan untuk dapat wawasan pentingnya kehidupan satwa liar bagi manusia. Mereka juga kami ajari jenis-jenis satwa langka,’’ kata Diki. Kegiatan itu juga diwarnai pemasangan puzzle besar bertema hewan-hewan punah.

Saat Nelson Mandela, tokoh antiapartheid dari Afrika Selatan mangkat, misalnya, komunitas tersebut juga membikin acara penyampaian pesan-pesan dari anak-anak kepada mendiang Mandela. ’’Persiapan kami hanya tiga hari. Tapi, respons masyarakat dan media cukup baik,’’ jelas Dicki. Tak cuma media lokal, kantor berita asing seperti Reuters dan AFP pun ikut meliput.

Segala suka boleh mereka alami. Tapi, itu tidak berarti mereka tak pernah mengalami hal pahit. Misalnya, mereka digusur satpol PP saat beraksi di Taman Bungkul. Komunitas itu diusir karena menggelar terpal di sekitar taman untuk memajang koleksi buku. Harapannya, buku-buku tersebut dibaca masyarakat yang sedang santai di momen car free day. ’’Mungkin, dikira kami membuka lapak,’’ kata Dicki.

Padahal, saat itu mereka mengangkat tema inspirasi Andi Alfian Mallarangeng. Mantan Menpora yang terkena kasus korupsi tersebut memang tetap suka membaca meski sedang menginap di hotel gratisan (prodeo).

Yang dikritik memang bukan kasus hukumnya. Tapi, kecintaan seseorang terhadap buku dalam situasi apa pun. Ketika itu, komunitas tersebut juga melakukan aksi teatrikal dengan memakai topeng Andi, menenteng novel Inferno, lantas menarik koper yang penuh buku.

Bagi komunitas itu, memberi semangat dan mengedukasi masyarakat secara sukarela memang menimbulkan kepuasan batin. Sebab, masyarakat kerap tersentuh dan trenyuh. Pada perayaan Hari Ibu, 22 Desember, misalnya, Komunitas Arek-Arek Kreatif mengadakan lomba adu kecepatan gendong istri yang diikuti puluhan pasangan.

Beberapa di antara peserta menyatakan terharu karena sebelumnya tidak pernah digendong mesra suaminya. ”Kami merasa ikut senang dan lega. Saat itu ibu-ibu mengatakan senangnya hati mereka dengan mata berkaca-kaca,” ungkap Dicki.

Muhammad Afri, mahasiswa Stikom, salah seorang anggota komunitas, begitu menyukai aktivitas dengan anak-anak. Itu terlihat saat dia dengan sabar menghadapi anak yang kadang meruntuhkan susunan domino buku. Dengan begitu, domino buku baru bisa benar-benar berdiri sempurna –untuk kemudian dirobohkan secara resmi– setelah satu jam berjuang.

Siti Masruhatur, mahasiswi UIN Sunan Ampel, juga punya kesan mendalam tentang berbagai kegiatan Komunitas Arek-Arek Kreatif. Misalnya, ketika mereka menggagas aksi pengumpulan koin untuk korban letusan Gunung Kelud.

Penggalangan dana itu cukup unik. Yakni, mereka menyusun koin menjadi tulisan PRAY4KELUD. Ternyata aksi tersebut sangat sukses. ”Saya senang lihat anak masih kecil saat itu ikut menyumbangkan recehannya demi membantu sesama,” cerita perempuan berjilbab itu.

Kepala Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI) Trini Haryanti yang menyokong Komunitas Arek-Arek Kreatif tak kalah bangga. Dia ingin agar komunitas kreatif lain terus tumbuh secara tulus untuk ikut mencerdaskan masyarakat. Salah satunya adalah menyebarkan virus budaya literasi. (Phaksy Sukowati/c7/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Geliat Klub-Klub Rugbi Indonesia Mencetak Pemain-pemain Andal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler