Bilal Salat Id Meninggal Usai Persilakan Khotib Naik Mimbar

Senin, 06 Oktober 2014 – 09:03 WIB
Suasana duka di kediaman almarhum Ahmad Sarkowi di Dusun Jajangsurat. Foto: Dedy Jumhardiyanto/Radar Banyuwangi/JPNN

jpnn.com - BANYUWANGI – Suasana Salat Id di Masjid Baitul Atiq, Dusun Jajangsurat, Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Minggu (5/10) mendadak gempar. Kehebohan tersebut tidak disebabkan ternak kurban yang mengamuk. Tetapi, Ahmad Sarkowi, 50, petugas bilal tsani pagi itu, mendadak ambruk dan langsung meninggal.

Bapak tiga anak tersebut mengembuskan napas terakhir setelah menunaikan salat Idul Adha dan hendak mempersilakan khotib untuk naik mimbar.

BACA JUGA: Semua UMK 2015 di Atas Rp 1 Juta

Mohamad Nasih, pengurus takmir Masjid Baitul Atiq, menuturkan, saat ambruk, kondisi Sarkowi memegang tongkat bilal dan mikrofon.

"Setelah membaca takbir tiga kali, kemudian membaca anshitu, tubuh Kang Kowi (Ahmad Sarkowi, Red) langsung ambruk ke kiri," tuturnya.

BACA JUGA: Wow! Kambing Lumajang Pecahkan Rekor Dunia

Begitu terjatuh ke kiri, tepat di depan mimbar, jamaah Salat Id langsung kacau dan menolong Sarkowi. Beberapa jamaah sontak menggotong tubuh suami Hanik tersebut ke ruang takmir masjid sebelum dibawa ke RSIA PKU Muhammadiyah, Rogojampi.

Salat Id pun dilanjutkan dengan khotib KH Abdul Ghofar. Dia lantas menyiarkan berita meninggalnya Sarkowi melalui pengeras suara masjid. Begitu mendengar berita duka tersebut, jamaah yang baru pulang dari masjid langsung berhamburan untuk melayat ke rumah duka. Tidak sedikit di antara para jamaah yang langsung meneteskan air mata.

BACA JUGA: Buruh Tolak Usulan UMK 2015

Menurut Nasih, petugas Salat Id pagi itu adalah Ustad Husaini, imam; Abdan, bilal satu; Ahmad Sarkowi, bilal dua; dan KH Abdul Ghofar, khotib.

Mohammad Nidham, salah seorang pemuda setempat, menyatakan sangat kehilangan Sarkowi. Semasa hidup almarhum dikenal sebagai orang yang suka bersedekah. Selain itu, dia tergolong orang yang rajin beribadah dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Bahkan, dua hari sebelum meninggal, Sarkowi memberikan kerupuk dagangannya kepada para tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

"Suara beliau kalau adzan dan bilal sangat merdu," ucap Nidham.

Sementara itu, Hanik mengungkapkan, sejak tiga hari terakhir suaminya selalu mengenakan pakaian baru dan wangi-wangian. Yang paling tidak bisa dilupakan, sebelum berangkat ke masjid, suaminya minta dibuatkan wedang jahe, kemudian mencium pipi kanan dan kirinya, lantas berwudhu dan berpamitan ke masjid.

"Tidak seperti biasanya. Saya dipamiti dan dicium. Sepulang dari masjid, baru biasanya saya yang menciumnya," ungkap ibu tiga anak tersebut.

Hal lain juga dirasakan anak sulung almarhum, Ahmad Ridho, yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari. Sejak Jumat lalu, dia menyatakan kangen rumah dan kampung halaman. Keinginan pulang tersebut baru kesampaian setelah mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal saat menjadi bilal Salat Id.

"Insya Allah saya akan teruskan perjuangan ayah menjadi bilal di masjid," papar kakak dari Ibnu Qushoiyi dan Nayla itu.

Ghofar yang saat itu bertindak sebagai khotib menuturkan sangat terkejut dengan meninggalnya Sarkowi. Maklum, kejadian itu dinilai sebagai peristiwa langka. Apalagi peristiwa tersebut terjadi di hadapannya langsung.

"Ini kejadian sejuta satu. Tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup. Setelah mengucap takbir sembilan kali dan ’la ilaha illallah’ tiga kali langsung meninggal dunia," ungkapnya.

Meninggalnya Sarkowi, lanjut dia, adalah wafat yang khusnul khotimah dan jarang ditemukan di tempat lain. Apalagi momennya juga sangat luar biasa, yakni sewaktu Salat Id. Bahkan, menurut keterangan salah satu hadits, siapa yang akhir hidupnya membaca kalimat tauhid, ’’la ilaha illallah’’, dijamin masuk surga.

"Insya Allah surga jaminannya," jelasnya. (ddy/aif)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cegah Saling Contek, 80 Ribu Soal Tes CPNS Diacak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler