jpnn.com - INSIDEN pembakaran dan kisruh antarwarga di Kabupaten Tolikara, Papua sempat menggerkan kerukunan hidup beragama di Indonesia. Peristiwa itu terjadi ketika umat muslim akan menjalankan salat Idul Fitri di Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga, Tolikara Jumat (17/7).
Atas peristiwa itu, Badan Intelijen Negara (BIN) menjadi salah satu lembaga yang ikut disalahkan. BIN yang baru saja dipimpin Letjen (purn) Sutiyoso alias Bang Yos dituding lamban dalam mendeteksi peristiwa tersebut.
BACA JUGA: OC Tutup Kantor, Profesi Advokat Dibuat Kehilangan
Baru saja dilantik Presiden Joko Widodo, 8 Juli lalu, pria asal Semarang, Jateng itu sudah langsung dihadapkan pada peristiwa Tolikara. Namun, mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu dengan tegas menampik bahwa BIN terlambat mencegah peristiwa itu.
Apa dan bagaimana penjelasan Bang Yos soal peristiwa Tolikara tersebut? Berikut wawancara dengan mantan Wakil Komandan Jenderal Kopassus tersebut di kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/7).
BACA JUGA: Ada yang Tak Suka TNI-Polri Kompak
Sebagian kalangan menyalahkan BIN karena dianggap lamban mencegah peristiwa Tolikara. Bagaimana tanggapan Anda?
Mereka salah alamat. Enggak mengerti tupoksi BIN. Tugasnya BIN itu memberikan informasi. Informasi sudah kami berikan 11 Juli. Saat itu direspon aparat. Polres langsung rapat muspida, melibatkan bupati, tokoh agama, semuanya sudah dilibatkan termasuk juga melibatkan Presiden GIDI. Itu respon yang baik.
BACA JUGA: Teriak-teriak di Jalan Tak Mengubah Bangsa
Pada hari H-nya, 17 Juli makanya mereka (aparat keamanan) jaga di lokasi. Kalau enggak ada informasi dari kami dari mana aparat dapat informasi itu.
Jadi anda jangan salah ya, orang itu memanfaatkan peristiwa ini untuk menyerang Pak Jokowi (Joko Widodo), menyerang pemerintahan, menyerang saya sebagai Kepala BIN, menyerang Kapolri. Itu sudah biasa.
Bagaimana dengan surat yang dianggap provokatif itu? Apa BIN juga sudah tahu sebelumnya?
Kami sudah tahu pada 11 Juli itu. Pada 13 Juli kapolres merespon, dia melakukan rapat muspida dengan ulama dan Presiden GIDI. Semua pihak termasuk presiden GIDI sepakat salat id tetap dilaksanakan.
Saat itu presiden GIDI akan mencabut surat edaran itu. Surat itu kan hanya dibuat salah satu pengurus dan sekretaris saja. Jadi, direspon lagi dengan aparat berjaga saat hari H. Cuma di kota kecil kayak gitu kan pasukan terbatas. Pasukan hanya 42 jumlahnya.
Lagian kan semua pihak sudah setuju (salat id tetap dilaksanakan) termasuk presiden GIDI. Nah ternyata diserbu seperti itu dengan massa yang banyak dan liar.
Jadi siapa yang Anda maksud mencari kesempatan dalam peristiwa itu?
Ya kalian cari aja. Bolak balik kan nyalahin kami terus. Nah bagaimana salahnya? Ya enggak ada salahnya, karena menghadapi massa brutal. Terjadi bukan di Tolikara aja, di mana-mana kalau menghadapi massa brutal ya seperti itu.
Bagaimana dengan aparat keamanan yang menembak warga saat itu?
Tunggu aja investigasi polisi sudah sesuai prosedur atau belum. Kami semua ingin fair-fair aja. Kalau ada salah aparat, polisi akan mengatakan ada yang salah, tapi kan itu perlu waktu.
Yang pasti kepolisian sudah dengan cepat, sudah memanggil beberapa orang untuk diperiksa, terutama para koordinator lapangan. Tapi kami tidak akan berhenti sampai di situ. Kami akan cari aktor intelektualnya.
Apa benar ada faktor kesengajaan karena ada aktor intelektualnya?
Ya tanya polisi aja. Harus ada investigasi untuk jawab itu. Kami enggak bisa menuduh sembarang orang. Penyelidikan polisi masih panjang. Bisa aja kan keterlibatan pihak asing.
Jadi kesimpulan sementara apa atas penyebab insiden Tolikara?
Ya kami enggak ngerti, kan harus ada bukti semuanya.
Tadi anda bilang itu untuk menyerang presiden dan BIN, maksudnya?
Kan mereka kan bilang BIN lambat. BIN kan bukan eksekutor, tugasnya memberikan informasi. Ya tahulah anda waktu saya mau dilantik ada yang pro dan kontra juga.
Bagaimana BIN mengantisipasi agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi?
Untuk jajaran BIN ya, seluruh Kabinda saya instruksikan waspada seluruhnya di tempat. Terutama yang ada semua kelompok radikal.
Kemudian di semua wilayah provinsi dikumpulkan tokoh-tokoh agama. Untuk tingkat nasional, besok Kamis (23/7), besok saya mengumpulkan tokoh semua agama tingkat nasionalnya. Itu agar menginstruksikan ke jaringannya di bawah untuk menjaga toleransi umat beragama. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Malaysia Itu hanya Meniru Jaket dan Helm
Redaktur : Tim Redaksi