Bisnis Vending Machine Diyakini Cepat Balik Modal

Jumat, 10 Juni 2016 – 10:19 WIB
Lalu Athma Sasmita, pendiri perusahaan penyewaan dan operator VM PT Jatari Boreas Sabha (Jatari Vending). Foto Istimewa

jpnn.com - BISNIS Vending Machine diyakini bakal diterima pasar dengan baik pada 2018. Bisnis ini, menurut Lalu Athma Sasmita, pendiri perusahaan penyewaan dan operator VM PT Jatari Boreas Sabha (Jatari Vending) bakal cepat balik modal.  

 

Meski tak menyebutkan berapa harga satuan VM, Lalu mengatakan, bila investasi per mesin bisa balik modal dalam satu tahun, maka tergolong cepat.

BACA JUGA: Teroris Siapkan Tiga Bom Ngeri, Kena Cahaya Langsung Bluaaar!

“Bila target balik modal santai, normalnya akan butuh tiga tahun,” ujar Lalu beberapa hari lalu.

BACA JUGA: Bappenas Tak Setuju Kementerian LHK Beli Helikopter

Lalu mencontohkan, di Jatari Vending, pihaknya melakukan pemesanan mesin VM tiap 4-6 bulan sekali sebanyak 12-24 mesin dari Tiongkok. Alasan memilih mesin dari Tiongkok bukan Jepang adalah, harga yang bersahabat dan kualitas yang kini tak kalah dengan VM buatan Jepang.

Dalam setahun, setidaknya target pertumbuhan penambahan mesin VM di Jatari Vending adalah 100 unit dan untuk masuk ke pasar, Lalu sudah menyiapkan strategi khusus.

BACA JUGA: Cek Jadwalnya Di Sini

“Saya akan pastikan kualitas mesin (VM) bagus, layanan baik dan mesin yang tersebar banyak. Rumusnya adalah, bila banyak mesin tersebar, jarang terjadi masalah, maka keuntungan akan mengikuti,” ungkap pria kelahiran 1982 itu.

Selain itu, untuk makin gencar melakukan penetrasi ke pasar, Lalu juga rajin mengikuti pameran dan terus melakukan pengembangan mesin yang tahan banting. Hal ini diyakini mampu membangun kepercayaan konsumen, yang akhirnya membuat mereka mau menggunakan VM.

Inovasi lain yang dilakukan misalnya dalam hal instruksi penggunaan VM. Awalnya, instruksi ini berupa tulisan, namun belakangan Lalu mengubahnya menjadi gambar atau bahkan video.

“Konsumen Indonesia itu unik, mereka tak mau membaca, bila ingin menggunakan VM mereka akan lihat orang lain terlebih dahulu kemudian baru mencobanya, karenanya kita buat instruksi dalam gambar dan video,” katanya.

Tak hanya itu, untuk efisiensi stok ulang barang dalam VM, Lalu mulai menempatkan mesin miliknya lebih tersentralisasi. Tujuannya agar proses stok ulang bisa berlangsung sekali jalan alias untuk tujuan efisiensi.

Meski begitu, dia tak menolak bila ada tawaran sewa atau kerja sama yang lokasinya tidak berdekatan dengan titik-titik VM miliknya. Di mana di Jatari Vending terdapat dua jenis bisnis, yakni VM untuk keperluan sewa dan operator alias Jatari Vending akan mengoperasikan sendiri VM yang ia miliki.

“Saat ini kami punya lebih dari 120 mesin tersebar di Jabodetabek, Bandung dan Cirebon untuk keperluan sewa dan operator,” ungkapnya.

Soal penentuan harga, Lalu mengaku ini menjadi salah satu tantangan besar. Sebab, ia harus menghitung harga dan margin agar harga akhir tidak aneh dan bisa menyesuaikan dengan pecahan uang yang beredar saat ini.

Saat ini, mesin VM milik Jatari Vending 100 persen masih menggunakan uang kertas. Namun, ke depan ia berencana menambah fasilitas pembayaran mesin VM nya dengan uang elektronik.

“Ke depan uang elektronik akan sangat membantu, karena kita tak perlu lagi repot menghitung dan mengambil uang dan juga lebih fleksibel dalam menentukan harga produk. Kelemahannya, saat ini tiap bank punya uang elektronik masing-masing dan belum mau bersatu. Hal yang terjadi di pasar, tiap mesin VM biasanya hanya untuk satu bank saja,” pungkasnya. (bca/adv/chi)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... OSO: Menteri BUMN Belum Paham Kartel Daging


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler