Blockchain & Aset Kripto jadi Fondasi Perekonomian Baru di Era Digital

Sabtu, 04 Mei 2024 – 09:13 WIB
Teknologi Blockchain. Foto: Indodax

jpnn.com, BOGOR - Keberadaan teknologi blockchain telah mengubah infrastruktur industri secara global, terutama di tengah ketidakstabilan ekonomi yang sedang berlangsung.

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya mengatakan, pandemi COVID-19 menjadi momentum penting dalam mendorong percepatan era digitalisasi.

BACA JUGA: CEO INDODAX: Indonesia Berpeluang Besar untuk Mengembangkan Industri Kripto

“Selama masa pandemi COVID-19, terjadi peningkatan signifikan dalam pemanfaatan teknologi digital. Sistem internet juga telah bertransformasi menjadi Web3. Selain itu, kecepatan internet di Indonesia menduduki peringkat kedelapan di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, saat ini pemerintah aktif dalam menggalakkan untuk pengembangan ekonomi digital," ujar Tirta dalam acara INDODAX Goes to Campus IBI Kesatuan Bogor.

Tirta juga mengatakan, menurut data dari Google, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai USD146 miliar pada 2025, menjadikannya negara terbesar di kawasan Asia Tenggara.

BACA JUGA: Bebaskan Karyawan dari Jeratan Pinjol, Aplikasi Ayo Kasbon Bisa jadi Solusi

“Maka dari itu, pemerintah menjadikan perdagangan aset kripto sebagai salah satu strategi kunci untuk mempercepat, menciptakan, dan mendorong upaya pemgembangan ekonomi digital Indonesia pada tahun 2030,” ucap Tirta.

Sementara, CEO INDODAX, Oscar Darmawan menuturkan teknologi blockchain memiliki potensi untuk untuk mengubah paradigma dalam berbagai industri dengan memungkinkan transparansi, keamanan, dan efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

BACA JUGA: Triwulan I 2024, Bank Jatim Cetak Kinerja Moncer

"Dengan mengadopsi teknologi blockchain, industri akan menjadi lebih terintegrasi, memungkinkan manusia melakukan tugasnya dengan lebih mudah, cepat, dan transparan. Teknologi ini juga memiliki keunggulan dalam desentralisasi, sehingga lebih tahan terhadap serangan siber. Misalnya, jika satu server blockchain terkena serangan, sistem dapat beralih ke server lainnya," papar Oscar.

Salah satu contoh produk yang memanfaatkan teknologi blockchain adalah Bitcoin dan Ethereum.

Bitcoin merupakan mata uang kripto yang paling sederhana. Bitcoin juga sering disebut sebagai emas digital karena harganya ditentukan oleh permintaan dan penawaran.

Oleh karena itu, Bitcoin dianggap sebagai safe haven asset di tengah ketidakstabilan ekonomi global saat ini. Sementara Ethereum, awalnya tidak diciptakan sebagai mata uang, namun sebagai sistem operasi untuk aplikasi terdesentralisasi.

"Sebagai contoh, jika platform media sosial digerakkan dengan teknologi blockchain, platform media sosial bisa memberikan hak kepemilikan langsung kepada pengguna atas konten yang mereka hasilkan," jelas Oscar.

Bitcoin dan Ethereum kini juga sudah diakui sebagai komoditas global dengan diluncurkannya ETF Bitcoin dan Ethereum Spot di Amerika Serikat dan Hong Kong.

Rektor IBI Kesatuan, Profesor Bambang Pamungkas, menyatakan bahwa perkembangan teknologi blockchain dan aset kripto telah membawa inovasi disruptif di industri.

Tidak hanya itu, teknologi blockchain dan aset kripto juga diakui memiliki potensi besar sebagai aset berharga di masa depan.

“Meskipun terdapat banyak aspek positif dari teknologi blockchain dan aset kripto, tetap penting untuk menjaga kewaspadaan. Dalam berinvestasi di bidang ini, diperlukan pemahaman yang mendalam dan strategi yang matang,” seru Bambang.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler