BMKG: Terjadi 33 Kali Gempa Susulan Pascagempa Banten

Sabtu, 15 Januari 2022 – 14:13 WIB
Ilustrasi - Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Kadu Agung Timur, Lebak, Banten, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa

jpnn.com, JAKARTA - Gempa susulan masih terjadi pascagempa Banten, Jumat (15/1).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga Sabtu (15/1) pukul 12.00 WIB, terjadi 33 kali gempa susulan pascagempa Banten bermagnitudo 6,6, Jumat (14/1). 

BACA JUGA: Ternyata Ada Kejadian tak Biasa di Sukabumi Sebelum Gempa Banten, Lihat Tuh

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa susulan yang terjadi dengan magnitudo terbesar 5,7.  

“Magnitudo terkecil adalah 2,5," tegas Daryono melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Sabtu (15/1). 

BACA JUGA: Makhluk Berukuran Besar Ini Menampakkan Diri sebelum Gempa 6,7 SR Mengguncang Banten

Sebelumnya, gempa bermagnitudo 6,7 yang berpusat di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Banten, dengan kedalaman hiposenter 40 km, memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault) akibat adanya proses tekanan yang kuat.

Gempa ini bersifat destruktif atau merusak. 

BACA JUGA: Gempa Guncang Banten, Jumlah Rumah Rusak di Pandeglang Bertambah, Sebegini Jumlahnya

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, wilayah terdampak gempa mencakup 113 kelurahan dari 17 kecamatan, menyebabkan lebih dari 700 rumah dan 30 fasilitas umum rusak.

Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena magnitudonya yang masih di bawah ambang batas rata-rata gempa pembangkit tsunami yaitu 7,0 ditambah dengan kedalaman hiposenternya di 40 km.

Data monitoring muka laut tidak menunjukkan adanya catatan perubahan muka laut pascagempa. 

Hal ini yang menjadi bukti bahwa gempa yang terjadi tidak memicu tsunami.

Jenis gempa berupa gempa dangkal akibat adanya deformasi atau patahan batuan di dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi/menunjam ke bawah Selat Sunda-Banten.

 Para ahli menyebut jenis gempa ini sebagai intraslab earthquake. 

Ciri gempa intraslab mampu meradiasikan guncangan (ground motion) yang lebih besar dan lebih kuat dari gempa sekelasnya dari sumber lain. 

Wajar apabila gempa ini memiliki spektrum guncangan yang sangat luas dirasakan hingga Sumatera Selatan hingga Jawa Barat.

Guncangan gempa juga terasa sangat kuat di Jakarta disebabkan karena adanya efek tapak lokal (local site effect) lapisan tanah lunak dan tebal di wilayah ibu kota yang memicu terjadinya resonansi gelombang gempa, hingga guncangan tanah mengalami amplifikasi atau perbesaran di samping juga adanya fenomena vibrasi periode panjang (long period vibration) karena gempa kuat yang sumbernya relatif jauh.

Gempa Jumat sore tersebut, kata Daryono, jenisnya mirip dengan gempa selatan Jawa Timur magnitudo 6,1 pada 10 April 2021 lalu yang juga bersifat destruktif. Sama-sama gempa intraslab, yaitu gempa dengan sumber di dalam Lempeng Indo-Australia. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler