jpnn.com, SURABAYA - Pengedar narkoba jaringan lapas kini semakin berani menyasar pecandu ke lingkungan sekolah.
Pola tersebut ditemukan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya akhir November lalu.
BACA JUGA: BNN Gagalkan Penyelundupan Ganja Cair dan Ribuan Ekstasi
Hal itu terungkap setelah petugas mendapati ada empat siswa sebuah SMKN di kawasan Surabaya Selatan yang kecanduan sabu-sabu.
Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti menjelaskan, temuan tersebut merupakan pola baru yang digunakan bandar narkoba.
BACA JUGA: Belum Kapok, Residivis Tertangkap Lagi
Gunanya untuk memangkas alur distribusi metamfetamin yang dianggap terlalu panjang.
''Jadi dari lapas ke satu kurir ranjauan. Penerimanya ini sekarang merangkap pengedar yang menyasar pelajar,'' katanya.
BACA JUGA: Paman dan Ponakan Kompak Jual Sabu-sabu di Sergai
Sabu-sabu yang digunakan empat pelajar itu terbilang berkualitas cukup bagus. Data rehabilitasi BNNK menyebutkan, tidak ada campuran bahan lain yang ditemukan dalam urine para siswa laki-laki tersebut.
Polisi dengan dua melati di pundak itu menuturkan, empat bocah tersebut terbukti positif menggunakan sabu-sabu.
Sang pengedar yang memasok barang haram kepada pelajar itu bernama M. Dedik Akhriza.
Meskipun umurnya baru 20 tahun, dia sudah menjadi orang kepercayaan seorang narapidana narkotika yang sedang mendekam di Lapas Madiun.
''Dedik kami bekuk saat razia malam setelah tes urine di sekolah,'' kata Suparti.
Awal mulanya, jaringan tersebut terbongkar saat pihak sekolah meminta bantuan BNNK untuk merazia.
Sebab, ada beberapa siswa yang punya perilaku negatif. Misalnya, sering tidur di kelas hingga membolos.
Pada 16 November lalu sekitar pukul 13.00, ada dua pelajar yang terjaring razia. Yakni, BAS, 17, dan DIS, 15.
Setelah diinterogasi, rupanya mereka mengaku sudah menggunakan serbuk haram itu selama setahun terakhir.
Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos, mereka tak cuma mengonsumsi sabu-sabu, tapi juga alkohol, pil dobel L, dan ganja.
Temuan tersebut lantas dikembangkan. Kasi Berantas BNNK Surabaya Kompol Damar Bastian mengungkapkan, pihaknya langsung mengadakan razia tertutup di sebuah warung kopi di area Wonocolo.
Kedai itu ditengarai menjadi lokasi transaksi sekaligus perkenalan barang haram tersebut.
Seluruh pengunjung warung kopi itu, kata Damar, dites urine. Hasilnya, ada dua yang positif metamfetamin.
Salah satunya adalah tersangka Dedik. ''Ada sisa 0,35 gram sabu-sabu dan pipet kaca,'' jelasnya.
Pada 5 Desember lalu, razia kembali digelar di SMKN itu. Ada dua siswa laki-laki yang positif. Yakni, SAM, 16, dan ARI, 17.
Keduanya sudah cukup lama mengonsumsi pil dobel L dan sabu-sabu. Yakni, sekitar empat tahun menenggak pil dobel L dan setahun untuk sabu-sabu.
Pengejaran pelaku lain yang meracuni para pelajar tersebut terus berlanjut hingga pada 7 Desember lalu.
Petugas mendapati enam pemuda berusia 16-24 tahun sedang teler usai berpesta sabu-sabu di sebuah rumah di kawasan Jagir Sidomukti, Wonocolo. Barang yang mereka gunakan diketahui berasal dari jaringan Dedik.
Suparti mengapresiasi langkah sekolah yang proaktif memantau perilaku siswanya. SMKN itu dinilai patut dijadikan percontohan sebagai penindaklanjutan temuan dini pengguna narkoba.
''Langkahnya mantap. Begitu ada siswa mencurigakan, langsung dites urine. Kalau sekolah nggak melapor, mana tahu kami kalau jaringan lapas yang bermain,'' tandasnya. (mir/c22/eko/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Simpan 1 Kg Sabu-sabu, Martunis Dituntut 14 Tahun Penjara
Redaktur & Reporter : Natalia