YOKOHAMA - Para pemimpin ekonomi APEC (Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik) kemarin membuat rencana baru untuk menegaskan perdagangan bebas untuk mempercepat pertumbuhan di kawasan ituPemimpin Asia Pasifik yang berkumpul selama dua hari di Yokohama menegaskan kembali pentingnya Bogor Goals untuk menghalau sekat-sekat yang menghalangi perdagangan bebas.
Dalam deklarasi "Yokohama Vision, Bogor and Beyond?, disepakati adanya evaluasi tonggak pencapaian yang ditetapkan dalam Bogor Goals
BACA JUGA: Estimasi Biaya Jembatan Selat Sunda Rp 250 T
Yakni liberalisasi perdagangan dan investasi untuk negara maju pada 2010, dan pada 2020 bagi negara berkembangWakil Presiden Boediono yang memimpin delegasi di hari kedua atau sesi penutup APEC, mengatakan bahwa Indonesia sejak awal memang mengingatkan kembali mengenai relevansi Bogor Goals
BACA JUGA: Kontrak PLTU Tenanraya Diteken Akhir November
"Itu ternyata ditanggapi baik oleh banyak negara, dan dijadikan tema deklarasi," kata Wapres Boediono dalam jumpa pers di The Prince Park Tower Hotel, Tokyo, Jepang, usai menggadiri sesi penutupan KTT APEC di Yokohama, Minggu (14/11)Penegasan kembali liberalisasi perdagangan oleh para pemimpin APEC dilakukan di tengah banyaknya aksi proteksionisme yang dilakukan sejumlah negara
BACA JUGA: Tren Kasus Keberatan Pajak Menurun
Mereka melakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari upaya melemahkan mata uangnya sendiri untuk memberi insentif ekspor, hingga menerapkan hambatan-hambatan non tarifSejalan dengan pertemuan G20, para pemimpin ekonomi Asia Pasifik juga sepakat untuk menghindari devaluasi mata uang untuk mencegah risiko akibat global imbalances atau ketidakseimbangan duniaBoediono mengatakan, ada 3 pilar yang dilakukan untuk menghambat perdagangan antarnegara
Pertama adalah liberalisasi itu sendiriKedua, fasilitasi perdagangan yang harus diikuti semua anggotaSerta ketiga, pembangunan, dengan meningkatkan capacity building, terutama bagi negara berkembang"Ketiganya itu harus dilakukan bersama-sama, merupakan satu kesatuan," kata Boediono.
Dalam KTT APEC kemarin, Indonesia berhati-hati dalam menyikapi rencana area perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik sendiri (FTAAP)Menteri Perdagangan Mari Eka Pangestu mengatakan, perlu ada kesiapan dan kapasitas daya saing terutama negara berkembang dalma menerapkan hal tersebut"Kita tidak menolakHanya saja waktunya belum tepat," kata Mari
Indonesia berpandangan, area perdagangan bebas di Asia Pasifik baru bisa dilakukan dalam jangka yang lebih panjangDalam jangka pendek, Indonesia lebih mengharapkan APEC mengoptimalkan kerja sama ekonomi yang sudah berjalan di Asia Timur dan ASEAN
Dalam Deklarasi Yokohama Vision, pemimpin APEC berencana mengambil langkah konkrit menuju wilayah perdagangan bebas Asia PasifikCaranya, dilakukan dengan mengefektifkan kerjasama ASEAN plus 3 (Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan) dalam sebuah komunitas Asia Timur
Blok lainnya adalah Kemitraan Trans-Pasific Kemitraan yang sedang dinegosiasikan antara sembilan negaraFTAAP juga dilakukan melalui inisiatif sektoral di bidang seperti investasi, jasa, dan fasilitasi perdagangan
APEC merupakan forum yang diikuti oleh 21 kekuatan ekonomi maju dan berkembang di kawasan Asia Pasifik
Negara-negara APEC menguasai sekitar 50 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, dengan 40 persen populasi dan perdaganganKerjasama ekonomi kawasan itu diikuti oleh Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Tiongkok, Indonesia, dan JepangAnggota lainnya adalah Korea, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, Amerika Serikat, dan VietnamDua kekuatan ekonomi, yakni Hongkong dan Taiwan, juga menjadi anggota(sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tren Kasus Keberatan Pajak Turun
Redaktur : Tim Redaksi