Boleh Meniru asal Produksi Dilakukan di Koeln

Jumat, 03 Oktober 2014 – 19:15 WIB
Boleh Meniru asal Produksi Dilakukan di Koeln. Nanang Prianto/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Dulu emas, perak, dan sutra menjadi pelengkap penampilan untuk menunjukkan status sosial seseorang. Namun, beberapa tahun setelah Johann Maria Farina menciptakan Eau de Cologne, parfum menjadi item baru sebagai patokan apakah seseorang layak disebut kaya atau belum.

’’Aroma Eau de Cologne sangat khas, segar. Orang dengan mudah mengenalinya. Karena harganya yang sangat mahal, otomatis status penggunanya ikut terangkat,’’ jelas Tim Fleischer, generasi kedelapan Farina, yang kini bertugas mengurus museum Farina-Haus pada Minggu (28/9).

BACA JUGA: Pemakainya dari Napoleon hingga Lady Diana

Menurut dia, harga Eau de Cologne terbilang sangat mahal karena bahan yang digunakan adalah bahan-bahan alami yang tidak sembarangan. Fleischer menjelaskan, untuk menghasilkan 1 kg ekstrak wewangian melati, dibutuhkan 700 kg kuntum bunga melati. Untuk 1 kg ekstrak lavender, dibutuhkan 70 kg bunga lavender. Lalu, untuk mendapatkan ekstrak citrus, dibutuhkan 200 kg bunga citrus. ’’Semua ekstrak didapatkan dari penyulingan yang ketat,’’ jelasnya.

Apa yang dilakukan Farina pada 1709 dalam membuat Eau de Cologne, menurut Fleischer, terus dilakukan sampai saat ini. Artinya, resep dan metode yang digunakan untuk memproduksi saat ini sama dengan 305 tahun silam.

BACA JUGA: Mengunjungi Yunani, Negeri Para Dewa

Meski memproduksi dan menjual Eau de Cologne sejak 1709, perusahaan Farina baru didirikan pada 1732. Namanya Farina Gegenueber. Pendirinya saudara laki-laki Farina, Giovanni Battista. Perusahaan tersebut harus didirikan karena ketika itu permintaan Eau de Cologne sangat banyak. Rumah Farina di Jalan Obenmarspforten No 21 Koeln setiap hari didatangi utusan kerajaan atau orang kaya Eropa ketika itu.

Pemimpin pertama yang menjadi pelanggan setia Farina adalah Frederick William I, raja Prussia (kini Jerman). Dia menggunakan Eau de Cologne sejak 1730. Setelah itu, ketenaran Eau de Cologne dengan mudah merambah ke seluruh Eropa dan benua-benua lain.

BACA JUGA: Beli Hanya Rp 35 Ribu, Jual Lagi Sudah Ratusan Juta Rupiah

Pada 1766, Maria Farina meninggal. Meski demikian, Eau de Cologne tetap ngetop. Orang-orang hebat seperti komponis klasik Wolfgang Amadeus Mozart, Johann Wolfgang von Goethe, Ludwig van Beethoven, sampai Napoleon Bonaparte setiap hari menyiramkan Air dari Koeln itu ke tubuhnya.

Bisnis parfum yang begitu menggiurkan Farina Gegenueber membuat banyak pebisnis lain tertarik menjadi produsen Eau de Cologne. Di antara sekian banyak pengekor, Wilhelm Muehlens menjadi pesaing utama Farina Gegenueber.

Pada 1804, Muehlens membeli hak paten Franz Maria Farina yang mengaku sebagai keluarga Johann Maria Farina. Di Italia, keluarga besar Farina memang memiliki tradisi membuat parfum. Ada 25 produsen parfum yang membeli hak paten Franz Maria Farina. Lalu, muncullah banyak Eau de Cologne dengan kemasan yang hampir sama.

Untuk melindungi produknya, Farina Gegenueber total melayangkan gugatan lebih dari 1.200 kali ke pengadilan. Pada 1875, Farina Gegenueber mendapat hak paten dari pengadilan. Jerman harus berterima kasih kepada keluarga besar Farina karena tuntutan-tuntutannya mendorong mereka memiliki undang-undang hak cipta pada saat itu.

’’Pada 1881 kami akhirnya dinyatakan sebagai pemilik satu-satunya merek Farina pada produk Eau de Cologne,’’ tegas Fleischer. ’’Sejak saat itu, tidak boleh lagi ada produsen Cologne yang mengklaim sebagai keluarga Farina,’’ imbuhnya.

Muehlens tidak menyerah. Dia membangun pabrik sekaligus toko di Jalan Glockengasse No 4711. Dia kemudian menjual produk Eau de Cologne dengan merek 4711 seperti nomor alamat perusahaan itu.

Pengadilan tetap memperbolehkan Muehlens menggunakan nama Eau de Cologne alias Air dari Koeln karena memang memproduksi parfum di kota itu. Sampai saat ini hal tersebut masih berlaku. Eau de Cologne hanya boleh digunakan oleh perusahaan parfum yang proses produksinya dilakukan di Koeln.

Karena harganya lebih murah, 4711 berkembang pesat. Bahkan, sampai saat ini parfum 4711 lebih dikenal daripada Eau de Cologne produksi Farina-Haus. Termasuk di kalangan penggemar parfum premium di Indonesia. Merek parfum itu lebih hebat dalam menembus pasar dunia karena pernah dikelola Protect & Gamble Co, raksasa consumer good asal Amerika Serikat.

Pada era Perang Dunia II, 4711 bahkan menjadi langganan tentara Jerman. Yang paling banyak menggunakan adalah tentara yang bertugas di kapal selam jenis U-Boat. Mereka butuh pengharum yang kuat untuk mengurangi bau WC yang menyengat. Mengangkut hampir 30 tentara, kapal selam jenis itu hanya memiliki dua WC.

Salah satu bukti bahwa 4711 digunakan tentara yang bertugas di U-Boat didapatkan ketika satu bangkai kapal selam diangkat pada 1958 di perairan Kattegatt. Kapal selam itu tenggelam dalam perjalanan dari Jakarta menuju Norwegia pada 1944. Sebelumnya, tentara yang menjadi ABK (anak buah kapal) sempat beberapa hari tinggal di Jakarta. Artinya, setahun menjelang kemerdekaan 17 Agustus 1945, parfum Eau de Cologne 4711 diyakini sudah mengharumkan para pemakainya di Jakarta.

’’Botol itu sampai kini kami simpan di sini. Itu adalah bukti bahwa 4711 sudah menyebar ke seluruh dunia sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu,’’ kata Melani, manager store 4711.

Seperti halnya Farina-Haus, toko Eau de Cologne 4711 di Glockengasse memiliki museum. Namun, museum Farina-Haus lebih menarik karena koleksinya lebih lengkap disertai diorama proses pembuatan parfum.

Tetapi, ada yang tidak dimiliki Farina-Haus di Glockengasse 4711. Yaitu, pancuran yang mengucurkan Eau de Cologne. Pengunjung bisa sepuasnya menggunakan parfum, asalkan dipakai langsung ke tubuh.

Di tengah persaingan bisnis antara Eau de Cologne versi Farina dan Eau de Cologne 4711, kini muncul banyak Eau de Cologne yang lain. Meski seharusnya hanya boleh digunakan perusahaan parfum yang berproduksi di Koeln, banyak juga yang diproduksi di luar Jerman dan mengklaim produk mereka adalah Eau de Cologne orisinal.

Eau de Cologne versi Farina dan 4711 bisa bertahan karena sama-sama bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. Mereka mampu memberikan pengalaman istimewa kepada masing-masing pelanggan. Karena itu, Eau de Cologne alias Air dari Koeln alias Kölnisch Wasser yang benar-benar orisinal bisa terus bertahan setelah ratusan tahun. (*/c5/ari)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita di Balik Lukisan Raksasa Paviliun Permata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler