Bom Bunuh Diri Lagi di Kunduz, 28 Tewas

Selasa, 22 Februari 2011 – 15:23 WIB
KUNDUZ - Serangan mematikan dengan korban tewas puluhan orang kembali mengguncang AfghanistanSetidaknya 28 warga sipil tewas dan 32 orang lainnya luka-luka saat seorang pelaku bom bunuh diri beraksi di sebuah kantor pemerintah di Provinsi Kunduz, kemarin (21/2).

Ledakan terjadi di tengah antrean warga yang sedang menunggu proses pengurusan kartu identitas baru dan beberapa dokumen lainnya di kantor pemerintah distrik Imam Sahib.

"Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di area dan menewaskan serta melukai sekitar 50 orang

BACA JUGA: Marty: Pertemuan Hari Ini Bagian dari Proses

Kami langsung sibuk menolong mereka yang terluka dan mengumpulkan mayat-mayat korban," ujar Kepala Distrik Imam Sahib, Mohammad Ayob Haqyar seperti dilansir Agence France-Presse.

Sementara, Kepala Kepolisian Distrik, Abdul Qayum Ebrahimi menambahkan bahwa saat serangan terjadi polisi dan petugas sedang sibuk membagikan kartu identitas warga
"Hari ini ramai sekali (orang di kantor distrik)," terang Ebrahimi

BACA JUGA: Konsumsi Alkohol, Mubarak Divonis Denda

"Orang-orang berkumpul di depan kantor untuk mendapatkan KTP," tambahnya.

Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Zemerai Bashary membenarkan jumlah korban tewas seperti dilansir pemerintah distrik Imam Sahib
Pemerintah pusat juga menyebut insiden tersebut sebagai sebuah bencana

BACA JUGA: Teroris Mumbai Dihukum Mati

Namun yang jelas, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung-jawab atas serangan tersebut.

Afghanistan Utara sudah lebih stabil dari serangan militan Taliban, jika dibandingkan dengan wilayah SelatanNamun dalam beberapa bulan terakhir, stabilitas keamanan di Utara kembali meningkat, seperti di Provinsi KunduzBukannya melemah, pendukung gerakan pemberontak di Afghanistan terus meluas di seluruh wilayah Afghanistan.

Beberapa bulan terakhir, tingkat kerawanan yang mengancam kehidupan warga dan aparat pemerintahan di sejumlah provinsi di utara Afghanistan semakin memprihatinkanDi wilayah tersebut sejumlah jaringan pemberontak hidup dan aktif bergerakSelain Taliban dan Al Qaidah, sejumlah faksi militan lainnya, seperti Haqqani, Hizb-i-Islami dan Gerakan Islam Uzbekistan juga mempunyai visi serupa.

Pekan lalu, 19 orang, termasuk 15 di antaranya polisi dan seorang agen intelijen Afghanistan tewas dalam sebuah serangan bom bunuh diriPelaku menggunakan granat serta bom mobil menarget sejumlah kantor polisi di Kandahar.

Jumat (18/2), sembilan orang tewas akibat ledakan bom mobil dekat sebuah kantor polisi di Kota KhostKeesokan harinya, Sabtu (19/2) lima pelaku bom bunuh diri Taliban menyerang sebuah bank di JalalabadMereka menarget personel militer dan polisi yang sedang mengantre untuk mengambil gajiSerangan paling mematikan selama sebulan terakhir tersebut menewaskan 38 orang dan melukai lebih dari 70 lainnya.

Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahed mengklaim, militan Islam, yang sedang berjuang melawan pasukan internasional dan militer Afghanistan, selama hampir 10 tahun, bertanggung jawab atas serangan tersebutPenarikan pasukan internasional akan dilakukan dari beberapa provinsi yang dinilai cukup stabilPenarikan akan dimulai Juli tahun iniSaat ini, sekitar 140 ribu pasukan internasional di Afghanistan untuk memerangi Taliban.

Pihak Taliban sendiri menyatakan, penarikan tersebut merupakan kekalahan Amerika dan sekutunyaMereka tak ingin kehilangan banyak tentara lagi jika berlama-lama berada di Afghanistan.

Pasukan internasional menjadi sasaran kritik karena operasi militernya kerap menewaskan banyak warga sipil tak bersalah beberapa hari belakanganIsu tersebut menjadi sensitif karena terkesan kontraproduktif dengan upaya mereka melemahkan pemberontakan Taliban.

Otoritas Afghanistan, kemarin, menuduh serangan udara pasukan NATO menewaskan satu keluarga dengan enam orang di dalamnyaInsiden tersebut hanya berselang sehari setelah Presiden Hamid Karzai menyatakan 50 orang tak bersalah tewas akibat serangan udara lainnya(cak/dos/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menlu Kamboja dan Thailand Jumpai Dulu Menlu RI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler