Bom Saudi Akhiri Ketenangan di Ibu Kota Yaman

Kamis, 07 Desember 2017 – 06:59 WIB
Ilustrasi. Foto: reuters

jpnn.com, ADEN - Ketenangan hanya bertahan sehari di Sanaa. Rabu (6/12) pagi, pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan dan membombardir ibu kota Yaman itu.

Padahal, sehari setelah kematian mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh pada Senin (4/12), Sanaa sempat agak tenang.

BACA JUGA: Putra Mantan Presiden Yaman Bersumpah Bakal Balas Dendam

Penduduk mulai keluar rumah dan beraktivitas seperti biasa dan toko-toko dibuka. Namun, kemarin mereka harus kembali mendekam ketakutan di dalam rumah.

Saluran televisi Al Masirah mengungkapkan, pasukan koalisi mengebom rumah mendiang mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang dikuasai pemberontak Houthi.

BACA JUGA: Babak Baru Perang Saudara Yaman, Situasi Bakal Makin Parah

Rumah milik keluarga Saleh lainnya yang dikuasai pemberontak yang didukung Iran tersebut juga ikut diserang.

Saudi berharap mereka bisa menggembosi kekuatan pasukan Houthi. Serangan udara juga dilakukan di kota-kota lain yang dikuasai kelompok pemberontak itu. Di antaranya Taiz, Haja, Midi, dan Saada.

BACA JUGA: Aliansi Bergeser, Pemberontak Serbu Rumah Eks Presiden

’’Ambulans dan tim medis tidak bisa mengakses korban luka. Orang-orang yang terjebak di pertempuran tidak bisa membeli makanan dan kebutuhan penting lainnya,’’ ujar salah seorang pejabat UNICEF Rajat Madhok sebagaimana dilansir The Guardian.

Kondisi berbahaya tersebut membuat para relawan tidak bisa pergi dan menyelamatkan nyawa orang-orang yang membutuhkan. Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa atas serangan pasukan koalisi itu. Houthi juga terus mengeratkan cengkeramannya di Sanaa.

Mereka menangkapi para pendukung Saleh. Sebagian dipenjara, sedangkan sebagian lainnya langsung ditembak mati. Perlawanan dari pasukan pendukung Saleh masih terjadi di Hada Street.

Berdasar video yang diunggah Ansar Allah, media centre milik Houthi, tampak puluhan prajurit pendukung Saleh telah mereka tahan.

Para jurnalis di Sanaa juga terkena imbasnya. Berdasar laporan Reporters Without Borders (RSF) yang dilansir Al Jazeera, pasukan Houthi menyerang kantor pusat saluran televisi Yemen Al Youm Sabtu (2/12). Saluran televisi tersebut memang berafiliasi dengan Partai Kongres Rakyat Umum yang dibentuk Saleh.

Kantor itu dikuasai Houthi dan 41 jurnalis serta staf di dalamnya ditahan hingga kemarin. Tiga penjaga keamanan di kantor media tersebut terluka dalam serangan itu.

Sumber RSF mengungkapkan bahwa para tahanan dipaksa memberikan kode akses saluran televisi tersebut. Hal itu membuat Houthi dengan leluasa bisa mengunggah berita versi mereka sendiri.

’’Kami mengecam tindak kekerasan terhadap jurnalis yang dilakukan Houthi. Hal tersebut merupakan pelanggaran berat pada Konvensi Jenewa,’’ tegas Kepala RSF Timur Tengah Alexandra El Khazen. Dia meminta Houthi agar segera membebaskan para jurnalis yang ditahan.

Saat ini setidaknya ada 13 jurnalis dan pekerja media yang ditahan Houthi dan Al Qaedah di Yaman. Akibatnya, negara yang luluh lantak akibat perang itu duduk di posisi 166 dari 189 negara yang Indeks Kebebasan Pers-nya rendah berdasar survei terbaru yang dilakukan RSF tahun ini.

Sementara itu, PBB menegaskan bahwa jutaan orang akan tewas karena kelaparan akut. Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismail Cheikh juga menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk menahan diri.

Banyak pihak yang waswas. Sebab, setelah kematian Saleh, perang sipil di Yaman akan jauh lebih buruk daripada sebelumnya.

Nasib Saleh berbalik gara-gara dia menawarkan diri untuk mengadakan dialog dengan pemerintah Saudi sekitar sepekan sebelum kematiannya.

Saleh ingin agar blokade Arab Saudi terhadap penduduk Yaman dihilangkan. Saudi setuju, tapi Houthi langsung menyebut Saleh sebagai pengkhianat dan menyerangnya. (sha/c22/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Trump Bakal Akui Jerusalem Ibu Kota Israel


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler