Bombardir Syria, PM Inggris Kangkangi Parlemen

Minggu, 15 April 2018 – 12:46 WIB
PM Inggris Theresa May saat mengumumkan permintaan pemilu dini, di Downing Street 10, London. Selasa (18/4). Foto: AFP

jpnn.com, LONDON - PM Inggris Theresa May begitu ngebet bergabung dengan Amerika Serikat dan Prancis menyerang Syria. Sampai-sampai dia melangkahi parlemen dan mengambil keputusan itu sendiri.

Keputusan tersebut diambil May dengan dalih kepentingan nasional. Inggris dan dunia Barat, kata dia, memiliki kewajiban untuk menghalangi Assad dan pemerintah lainnya menggunakan senjata kimia.

BACA JUGA: AS dan Sekutunya Bombardir Syria, Begini Reaksi Tiongkok

"Sementara aksi ini memang secara khusus dilancarkan untuk menghalangi rezim Syria, serangan juga akan jadi sinyal kepada pihak lain yang meyakini mereka punya kekebalan menggunakan senjata kimia," jelas May, seperti dikutip oleh Reuters.

Dia tekankan, Inggris dan sekutunya telah menggunakan seluruh cara diplomatis untuk menghentikan penggunaan senjata kimia, tapi berulang kali mendapat hambatan.

BACA JUGA: Tangan-Tangan Asing Bikin Syria Makin Keruh

"Jadi, tidak ada alternatif praktis lainnya ketimbang menggunakan kekuatan militer untuk menghalangi penggunaan senjata kimia oleh rezim Syria," kata May.

Inggris menggunakan empat jet tempur Royal Air Force dari pangkalan militer di Siprus dan meluncurkan rudal Storm Shadow ke sejumlah terget di Syria.

BACA JUGA: Inilah Senjata yang Dipakai Sekutu Membombardir Syria

Menteri Pertahanan Inggris menyatakan pihaknya telah melakukan analisis ilmiah agar serangan itu bisa menghancurkan penyimpanan senjata kimia, tapi tetap meminimalisir efeknya pada area di sekitar lokasi tersebut.

"Fasilitas yang menjadi target serangan berjarak cukup jauh dari konsentrasi massa sipil yang diketahui, sehingga bisa lebih jauh lagi mengurangi risiko," begitu pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Inggris.

Banyak politisi di Inggris, termasuk dari Partai Konservatif, telah meminta anggota parlemen dipanggil dari masa liburnya untuk memberikan persetujuan atas serangan militer.

"Sebagai perdana menteri, ini pertama kalinya saya harus mengambil keputusan untuk menempatkan pasukan bersenjata kami pada sebuah pertempuran -- dan ini bukan keputusan yang saya ambil dengan mudah," kata May.

Mantan PM Inggris David Cameron pernah kalah di dalam pemungutan suara di parlemen ketika akan mengambil keputusan menyerang Assad pada 2013 silam.

Ketika itu 30 anggota dari Partai Konservatif menentang dan banyak penduduk Inggris meyakini bahwa terlibat dalam konflik tersebut tidak akan membawa stabilitas pada Timur Tengah.

Jajak pendapat daring yang diluncurkan YouGov pekan ini mengindikasikan hanya seperlima dari para pemilih yang merasa Inggris perlu meluncurkan serangan

Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, yang dikenal memiliki sikap anti-perang, menyatakan Inggris seharusnya terus menekan PBB untuk menggelar penyelidikan independen, ketimbang menunggu instruksi Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (sam/rmol)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gempuran Amerika Tak Akan Hentikan Serangan Kimia di Syria


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler