Kepala badan intelijen Inggris, Sir Jeremy Fleming, mengatakan Presiden Vladimir Putin telah "sangat keliru menilai" soal kesulitan yang akan dihadapi dalam menyerang Ukraina.
Ia juga menyebut tentara Rusia menyabotase peralatan militer mereka sendiri karena moral yang memburuk.
BACA JUGA: APBN Australia Fokus Pada Biaya Hidup Sehari-hari, Semahal Apa Bahan Makanan di Australia?
Sir Jeremy menyampaikan penilaian tersebut saat berpidato di National Security College (NSC) di Canberra dalam kunjungannya ke Australia.
Menurutnya Pemerintah Rusia mulai menyadari telah membuat kesalahan perhitungan strategis, namun penasihat Presiden Rusia "takut" untuk menyampaikan yang sebenarnya tentang tingkat kekalahan mereka.
BACA JUGA: Australia Kembali Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan dan Salurkan Bantuan Tunai
"Jelas sekali [Putin] salah menilai perlawanan dari rakyat Ukraina," katanya.
"Dia meremehkan kekuatan koalisi dalam menghadapi tindakannya. Dia meremehkan konsekuensi ekonomi dari sanksi yang dijatuhkan," ujar Sir Jeremy.
BACA JUGA: Australia Akan Menerima 16.500 Pengungsi Tambahan Asal Afghanistan Selama Empat Tahun ke Depan
"Dia melebih-lebihkan kemampuan militernya sendiri akan mengamankan kemenangan yang cepat," jelasnya.
"Kita percaya para penasihat Putin takut untuk mengatakan yang sebenarnya," tambahnya.
Sir Jeremy mengklaim tentara Rusia "menolak untuk melaksanakan perintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan bahkan secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mereka sendiri".
Namun dia tidak menyebutkan informasinya berasal dari mana.
Sir Jeremy menilai Rusia tidak mengerahkan serangan 'cyber' besar-besaran di Ukraina untuk melumpuhkan negara itu dan mengatakan serangan semacam itu bukan bagian utama dari rencana Rusia.
Namun dia mengatakan masih ada "niat berkelanjutan dari Rusia untuk mengganggu sistem pemerintahan dan militer Ukraina".
Sir Jeremy juga memperingatkan negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat dan Australia mungkin menjadi sasaran berikutnya.
"Kita tentu telah melihat indikator yang menunjukkan bahwa aktor siber Rusia mencari target di negara-negara yang menentang tindakan mereka," katanya.
Dia juga menyampaikan penilaian yang blak-blakan tentang Tiongkok, dengan mengatakan Tiongkok memutuskan untuk mendukung Rusia saat ini sebagian karena berharap untuk merebut kembali Taiwan.
"[Presiden Tiongkok Xi Jinping] tidak secara terbuka mengutuk invasi ini, mungkin menghitung bahwa hal itu membantunya menentang AS," katanya.
"Dan dengan tujuan untuk merebut kembali Taiwan, Tiongkok tidak ingin melakukan apa pun yang dapat membatasi kemampuannya untuk bergerak di masa depan," katanya.
Namun Sir Jeremy mengatakan kemitraan itu memiliki risiko bagi kedua negara otoriter.
"Rusia memahami bahwa dalam jangka panjang, Tiongkok akan menjadi semakin kuat secara militer dan ekonomi. Beberapa kepentingan mereka berkonflik. Rusia bisa tersingkir," katanya.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News untuk ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejumlah Negara Uni Eropa Usir Puluhan Diplomat Rusia, Alasannya Mengejutkan