BPS: Pengendalian Inflasi Harus Berpihak Pada Petani

Rabu, 17 Februari 2021 – 20:39 WIB
BPS menilai pengendalian inflasi harus memperhatikan petani. Ilustrai : Ricardo/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai kebijakan pengendalian inflasi sebaiknya menunjukkan keberpihakan pada petani, mengingat sektor pertanian masih menunjukkan kinerja yang bagus selama pandemi Covid-19.

Menurut Suhariyanto, pemerintah tidak seharusnya hanya berfokus pada konsumen dalam mengeluarkan kebijakan pengendalian inflasi, tetapi juga pada petani.

BACA JUGA: BPS: Akibat Pandemi Penduduk Miskin di DKI Jakarta Jadi 496.840 Jiwa

"Kami perlu juga kebijakan untuk mengendalikan inflasi dengan tetap memperhatikan keberpihakan kepada petani. Pada akhirnya, merekalah yang menyediakan pangan," kata Kecuk dalam webinar yang diselenggarakan INDEF secara virtual, Rabu (17/2).

BPS mencatat, sepanjang 2020, sektor pertanian berhasil tumbuh positif sebesar 1,75 persen, di saat yang bersamaan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,07 persen.

BACA JUGA: BPS Rilis Data Gini Ratio, Provinsi Ini Duduki Tingkat Tertinggi

Selain itu, pertanian merupakan satu dari tujuh sektor yang tumbuh positif, sedangkan 10 sektor lainnya mengalami kontraksi. Dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, kontribusi sektor pertanian menyumbang cukup besar, yakni 13,7 persen.

Kemudian, ekspor pertanian selama pandemi juga menunjukkan kinerja positif sebesar 14,03 persen. Di sisi lain total ekspor keseluruhan mengalami kontraksi 2,61 persen.

BACA JUGA: BPS Sebut Dampak Covid-19 Ungkit Angka Gini Ratio, Jadi 0,385

Namun demikian, sektor pertanian mengalami sejumlah persoalan, seperti meningkatnya pengangguran menyebabkan terjadinya pergeseran (shifting) tenaga kerja di sektor pertanian. Hal itu berpotensi meningkatkan beban dan menurunnya produktivitas di sektor pertanian.

Upah riil buruh tani juga menjadi persoalan yang dihadapi petani, karena upah riil hanya meningkat tipis sekali dari waktu ke waktu akibat inflasi.

"Daya beli buruh tani menjadi sangat rendah sekali. Akibatnya, buruh tani menjadi tidak menarik, banyak yang pindah ke buruh bangunan yang nominalnya lebih tinggi," pungkas dia.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
petani   BPS   inflasi   Indef   pertanian  

Terpopuler