Brigadir Dedi, Polisi Ustaz Nyambi Pasarkan Jamur Mantan

Kamis, 26 Oktober 2017 – 00:12 WIB
Brigadir Dedi bersama istrinya di ruang produksi Jamur Mantan yang semula hanya sebagai contoh berwirausaha masyarakat Desa Suren Lor, Kecamatan Bendungan. Foto: AGUS MUHAIMIN/RADAR TRENGGALEK/JPNN.com

jpnn.com - Brigadir Dedi Mahendra Sukma, polisi yang berdinas di Polres Trenggalek, Jatim, juga dikenal sebagai seorang ustaz.

Pada level Polda Jatim pun, dia juga telah mengatongi predikat jawara pada lomba khotbah 2016 lalu.

BACA JUGA: 16 Bulan Rodrigo Duterte jadi Presiden, Aman tapi Mencekam

Kini, menjadi bhabinkamtibmas di Desa Surenlor, Kecamatan Bendungan, Trenggalek, dia mengajak masyarakat untuk meningkatkan ekonomi dengan berwirausaha.

AGUS MUHAIMIN

BACA JUGA: Silvy Tinggalkan Karir di Jakarta demi Jaga Ayah yang Sakit

“Dulu kemasannya tidak seperti ini, hanya pakai stiker belum sablon langsung,” kata Dedi didampingi Ike Galuh Candra, sang istri, di rumahnya, kemarin (25/10).

Sambil menunjukkan produk jamur goreng yang dikemas cantik di tangannya, Dedi menceritakan awal mula menjalankan usaha ini yang notabene hanya sebatas memberikan contoh kepada masyarakat.

BACA JUGA: Tengah Malam Menangis saat Dua Anaknya Minta Uang Kuliah

Satu tahun lalu, tepatnya ketika Dedi bertugas sebagai bhayangkara pembina kamtibmas (bhabinkamtibmas) di Desa Surenlor, Kecamatan Bendungan, dia melihat kondisi ekonomi masyarakat yang masih bisa dimaksimalkan.

Penduduk yang mayoritas menggeluti bidang pertanian dan peternakan tersebut diajaknya berwirausaha.

Kebetulan sekali, meskipun belum dikatakan andal dalam memasak, Dedi mengetahui teknis serta trik dalam beberapa menu masakan.

Misal, membuat jajanan ringan yang kemungkinan banyak diminati masyarakat, utamanya kawula muda.

Seperti ketela krispi, jamur krispi, serta beberapa produk lain yang ada kaitannya dengan penggunaan tepung khusus ini.

Dedi bisa melakukan hal itu bukan tanpa bantuan. Ia memiliki seorang rekan di kota tetangga yang kebetulan memproduksi tepung khusus untuk modal membuat produk-produk tersebut.

Jadi, dengan mudah saja panganan itu diciptakan. “Niat awalnya membantu masyarakat di sana,” katanya.

Sayang, selama ini karakter masyarakat daerah tersebut sedikit ogah diajak berhitung dan berspekulasi.

Alhasil, Dedi harus memberikan pengertian berkali-kali untuk menggugah semangat berwirausaha masyarakat.

Tidak cukup dengan itu, Dedi juga harus memberikan contoh cara berwirausaha sehingga dia pun membuat produk dengan brand Jamur Mantan, yang dia produksi bersama istrinya di rumah.

Dedi juga menjelaskan, alasan membuat brand Jamur Mantan karena memang jelas, pasar yang sengaja dibidik adalah kawula muda.

“Kami juga ajari mereka cara memasarkan produk, baik dengan online atau konsinyasi dengan minimarket,” jelasnya.

Dia mengakui, yang menjadi momok masyarakat untuk memulai usaha adalah masalah permodalan dan kekhawatiran jika produksi mereka tak laku.

Di sisi lain, biaya produksi memang menuntut ketersediaan anggaran yang cukup. Misalnya, untuk mempercantik produk dibutuhkan kemasan yang baik. Hal itu bisa didapatkan dengan alat dan biaya yang tak murah.

Namun, jika kembali melihat keadaan ekonomi warga, pihaknya pun tidak mau memaksakan diri, yakni dengan mengawali itu dengan modal terkecil untuk mendapatkan manfaaat atau laba sebesar mungkin.

“Satu tahun ini kami berjalan, profit ada, tapi semua dibelikan alat untuk memperbaiki produk,” katanya.

Sebelum ada keuntungan, produk jamurnya berbungkus foil aluminium dan stiker sehingga tampak kasar.

Kini, dengan adanya profit usaha, pihaknya sudah mampu membeli peralatan guna memperbaiki tampilan produk.

Rata-rata setiap hari, Dedi mampu memproduksi 30 pak Jamur Mantan. Itu tergantung kiriman bahan baku dari petani jamur.

Jika cuaca panas, biasanya panenan petani sedikit berkurang. Namun, jika cuaca sedang, produksi jamur pun sedikit melimpah.

Dedi tidak pernah berniat memproduksi bahan baku jamur sendiri walaupun hal itu sebenarnya bisa dilakukan.

Menurut dia, biarlah soal budidaya jamur itu dilakukan oleh masyarakat sekitar. Karena dengan itu, akan ada banyak pihak yang ikut dalam proses tersebut dan tentu sedikit meningkatkan kualitas ekonomi mereka. “Semakin banyak berdoa kan semakin baik hasilnya,” tuturnya.

Dedi hanya bertugas sebagai inisiator dan pemasaran, sedangkan urusan produksi diserahkan sepenuhnya kepada sang istri sehingga kegiatan tersebut tidak mengganggu tugas utamanya sebagai pelindung, pelayan, dan pengayom masyarakat.

Untuk sementara ini, jajanan berbahan dasar jamur tersebut telah masuk di beberapa toko lokal. Namun, juga sudah beredar di sejumlah toko online. (ed/and)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Kamar Hotel Tempat Presiden Jokowi Menginap, Tarif?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler