jpnn.com - JAKARTA - Peringatan HUT Kemerdekaan RI kemarin (17/8) diwarnai desingan peluru dari sejumlah anggota Satgas Tinombala yang saling baku tembak dengan dua anggota dari kelompok teroris Santoso.
Dalam penyergapan di pegunungan Padopi, Poso Pesisir, Sulawesi Tengah (Sulsel) itu, satu anggota teroris tersungkur dan kehilangan nyawa.
BACA JUGA: Arcandra: Apa Harus jadi Menteri?
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Agus Rianto, saat dihubungi Jawa Pos kemarin membenarkan aksi baku tembak tersebut.
Agus memastikan bahwa baku tembak yang terjadi pada pukul 08.30 WITA kemarin menyebabkan satu anggota dari pihak Santoso tewas. Sementara satu anggota lainnya berhasil melarikan diri.
BACA JUGA: Luhut : Kita Butuh Orang Seperti Arcandra
Agus menjelaskan, berdasarkan keterangan yang diperoleh dari lapangan, anggota kelompok Santoso yang tewas tertembak tersebut adalah seorang pria berkewarganegaraan Tiongkok. "Korban dari suku Uighur," kata Agus.
Agus mengaku bahwa dirinya belum dapat menyampaikan secara resmi identitas korban lebih detail, termasuk namanya. Dia menjelaskan bahwa hal tersebut dikarenakan pihaknya sedang mengidentifikasi jenazah untuk memastikan identitas korban, apakah sesuai dengan nama yang masuk di dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
BACA JUGA: Satgas Tinombala Dilempar Bom, Langsung Balas, Dor! Dor! Ibrohim Tewas
Agus menjelaskan bahwa dengan tewasnya seorang anggota dari kelompok Santoso dalam penyergapan Satgas Tinombala kemarin, maka jumlah kelompok teroris yang paling dicari tersebut semakin sedikit. Yakni yang tadinya tinggal 16 orang, kini menjadi hanya 15 orang.
Dia berharap, anggota kelompok Santoso tersebut yang tersisa dapat segera menyerahkan diri kepada aparat. Pasalnya, Satgas Tinombala yang berjumlah 3.000 personil telah mengepung tempat tinggal mereka.
Dari pengepungan tersebut, Kepolisian telah memperkirakan bahwa persenjataan serta kebutuhan hidup mereka seperti bahan makanan semakin menipis.
"Kami berharap mereka menyerah. Kami akan lakukan segala cara termasuk dengan pendekatan persuasif agar mereka mau turun gunung," ujar Agus.
Kontak senjata antara Satgas Tinombala dan kelompok teroris Poso itu dimulai dari informasi yang diterima satgas bahwa ada anggota teroris yang datang ke perkampungan. Satgas yang berada di Sektor 2 di dekat pantai Poso pun langsung menindaklanjuti dengan mengirim pasukan.
Jawa Pos yang datang ke markas Satgas Tinombala sektor 2 di Poso pada Selasa (16/8) pun sempat mendapatkan informasi tentang upaya yang dilakukan satgas itu. Sedikitnya 15 tim diturunkan untuk mencari di sekitar Tamanjeka dan Padopi. Satu tim itu terdiri atas 10 anggota.
”Yang turun 150 anggota. Mereka sedang patroli,” ujar Komandan Sektor 2 Satgas Tinombala AKBP Yopie Indra yang ditemui Selasa lalu.
Tim tersebut lantas membuat strategi khusus untuk mengepung lokasi yang diduga sebagai lokasi teroris. Ada anggota Brimob yang berjaga berbagai penjuru titik-titik yang telah ditentukan. Lantas, anggota dari tim Nanggala yang terdiri atas anggota Kopassus menjelajah di dalam wilayah yang ditandai itu.
Strategi tersebut tidak jauh berbeda pada saat penyergapan yang berhasil menewaskan Santoso pada pertengahan Juli lalu.
Wakil Komandan Sektor 2 Letkol (inf) Ahmad Fikri Musmar yang terlibat dalam penyergapan Santoso itu menuturkan mereka mengerahkan sedikitnya 42 tim yang turun menyergap Santoso. ”Medannya benar-benar. Ada tim yang menjaga dan menyisir,” imbuh dia.
Kepala Operasi Tinombala Kombespol Almas Kolopaking menuturkan saat ini satgas setidaknya punya 3 ribu pasukan. Sedangkan yang diburu ada 16 orang saja.
Tapi, jumlah 3 ribu pasukan itu memang telah disesuaikan dengan luas dan beratnya area yang menjadi lokasi pelarian. ”Wilayah yang dicari itu 1.200 km. Bayangkan kalau 3 ribu pasukan itu dijajar. Jarak satu yang dengan lainnya 400 meter,” ujar perwira asal Malang itu.
Di samping itu, Satgas juga bertugas untuk menghalau orang yang bisa saja ingin bergabung dengan teroris. Mereka akan menghalau dan memeriksa warga termasuk petani dan peladang yang hendak naik gunung.
Tapi, dia yakin kalau jumlah simpatisan Santoso itu berkurang drastis setelah Santoso tewas. ”Masyarakat sekarang jadi lebih terbuka pandangannya,” ujar dia. (dod/jun/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diancam Dipenggal Abu Sayyaf, Satu WNI Berhasil Kabur
Redaktur : Tim Redaksi