Satgas Tinombala Dilempar Bom, Langsung Balas, Dor! Dor! Ibrohim Tewas

Kamis, 18 Agustus 2016 – 05:54 WIB
Juru Bicara Operasi Tinombala, Hari Suprapto, Selasa (16/8), menunjukkan gambar dua buah bom lontong milik salah satu anggota Santoso yang menyerahkan diri. Foto: AGUNG SUMANDJAYA/RADAR SULTENG

jpnn.com - PALU – Meski Santoso alias Abu Wardah sudah ditembak mati, sisa-sisa anak buahnya masih punya nyali melakukan perlawanan. 

Pasukan dari Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala nyaris menjadi korban dari bom yang dilempar anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), bernama Ibrohim, dalam kontak senjata, tepat HUT Proklamasi kemarin.

BACA JUGA: Diancam Dipenggal Abu Sayyaf, Satu WNI Berhasil Kabur

Bom sendiri beruntung tidak meledak, sehingga aparat langsung membalas dengan menembak mati Ibrohim.

Sebelumnya, pasukan Satgas terlibat kontak tembak sekitar pukul 08.35 wita Rabu (17/8), di wilayah pegunungan Padopi, Poso Pesisir, Kabupaten Poso. Lokasi kontak tembak terbilang dekat dengan pemukiman penduduk. 

BACA JUGA: Keren, 10 Kapal Pelni Rayakan HUT RI ke-71 di Tengah Laut

Kontak tembak terjadi usai anggota Intelijen Satgas Operasi Tinombala melaporkan di satu titik di wilayah pegunungan Padopi terlihat dua orang tidak dikenal, yang diduga kelompok Santoso. 

“Saat baru mau melakukan pengecekan, pasukan Satgas langsung dilawan dengan lemparan bom jenis lontong oleh satu orang yang kami kenali sebagai DPO. Beruntung, bom tidak meledak,” tutur Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi, usai Upacara HUT Proklamasi di halaman Kantor Gubernur Sulteng.

BACA JUGA: Kekuatan TNI AL Untuk Mengatasi Segala Bentuk Ancaman

Satu DPO lainnya, langsung mengambil senjata milik Ibrohim, ketika melihat rekannya dilumpuhkan petugas. Rekan dari Ibrohim, yang tidak sempat dikenali petugas itu, kemudian melarikan diri dengan membawa senjata milik Ibrohim. “Senjatanya sepintas menurut anggota di lapangan, mirip M16,” sebut Kapolda.

Dengan tewasnya Ibrohim, kini tidak ada lagi WNA etnis Uighur yang menjadi kelompok MIT. Total DPO sendiri, kata Rudy kini tinggal berjumlah 14 orang. Keberadaan kedua DPO tersebut, yang sudah mendekat pemukiman warga, diduga karena sudah kehabisan logistik dan ingin mencari logistik di pemukiman warga.

“Anggota di lapangan masih terus melakukan pengejaran-pengejaran terhadap 14 DPO yang masih tersisa,” ungkapnya.

Ibrohim, diketahui bergabung bersama kelompok MIT pimpinan Santoso, sejak akhir 2014 lalu, bersama rekan-rekannya etnis Uighur yang sudah terlebih dahulu ditembak aparat. Dikatakan Kapolda, pihaknya hingga kini masih membuka diri kepada para DPO untuk menyerahkan diri tanpa harus ada yang menjadi korban. “Dari pada dikejar-kejar, akan jauh lebih baik jika serahkan diri,” kata Kapolda. 

Meski Santoso sudah mati, namun pola operasi Tinombala tetap sama. Bahkan, ditingkatkan lagi, untuk memburu seluruh DPO yang ada. Diperkirakan makanan maupun persenjataan kelompok ini pun semakin melemah. 

“Sekarang yang kami ketahui ada lima senjata api pabrikan yang mereka pegang, untuk senajata api rakitannya masih kita telusuri,” jelasnya. 

Jenazah Ibrohim hingga tadi malam masih berada di Kabupaten Poso, guna identifikasi. Rencananya jenazah bakal dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu, untuk identifikasi lebih lanjut. 

Tim Inafis Polda Sulteng juga langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) kemarin. (agg/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Susi: Saya Titipkan Kedaulatan dan Kesejahteraan NKRI Kepada Anda Semua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler