Budayawan Kecam Pemerintah Sumbar yang Biarkan Rumah Singgah Bung Karno Dirobohkan

Kamis, 16 Februari 2023 – 13:54 WIB
Budayawan Sumatera Barat Edy Utama. Foto: Dokpri

jpnn.com, PADANG - Budayawan Edy Utama menyesali sikap pemerintah daerah di Sumatera Barat yang membiarkan rumah yang pernah didiami Proklamator RI Bung Karno dirobohkan.

Menurut dia, pemerintah tidak tahu dengan gagasan Labu nan Kamek atau labu yang enak. Pemerintah lebih sibuk dengan kemasan, tetapi nihil gagasan.

BACA JUGA: Erick Thohir Salat di Kamar Bung Karno Saat Tapak Tilas ke Bengkulu

Hal itu dikatakan Edy Utama merespon diruntuhkannya kediaman Ema Idham, sebuah bangunan cagar budaya di Kota Padang oleh pemiliknya, pekan lalu.

Pada 1942 lalu, rumah itu pernah ditempati Bung Karno dalam perjalanannya ke Sumatera Barat dari Bengkulu. Sebelum dimiliki Ema Idham, rumah ini merupakan kediaman Dr. Woworuntu yang didirikan pada 1930.

BACA JUGA: Peringati Bulan Bung Karno, PDIP Mau Gunakan Stadion GBK, Tetapi.. 

“Selama lima bulan lebih di Padang seusai perjalanan darat dari Bengkulu, Soekarno bermukim di rumah sahabat lamanya asal Manado, Woworunto yang kini kondisi rumahnya telah runtuh. Saat itu, Soekarno belum seorang presiden, masih seorang tokoh asal Pulau Jawa,” kata Edy, Kamis (16/2).

Dalam kurun waktu yang relatif singkat itu, kata Edy Utama, sejarah mencatat Soekarno diterima dengan baik oleh masyarakat Minang bahkan sampai bertemu dengan Syekh Abdullah Abbas di Padang Japang, Kabupaten Limapuluh Kota.

BACA JUGA: Hasto Ajak Kampus Jadi Medium yang Mengampanyekan Pemikiran Geopolitik Bung Karno

Soekarno sudah jadi orang yang disegani bala tentara Jepang pada saat itu.

Namun, kata Edy, sangat disayangkan pemerintah di Sumatera Barat tidak memanfaatkan rumah singgah Bung Karno itu sebagai tempat pariwisata.

“Dalam konteks hari ini bagi Sumatera Barat yang telah mencanangkan tahun kunjungan pariwisata 2023, sejarah keberterimaan orang Jawa yang diwakili dengan ketokohan Soekarno di tengah masyarakat Minang, merupakan sebuah peristiwa yang layak dikemas sebagai magnet kunjungan wisatawan nusantara terutama ke para Sukarnoisme,” kata Ketua Bidang Kebudayaan PDIP Sumatera Barat itu.

Edy kemudian mencontohkan Haul Bung Karno di Kota Blitar. Pada Juni setiap tahunnya, Kota Blitar dibanjiri puluhan ribu pengunjung yang akan menghadiri haul presiden pertama Republik Indonesia itu.

Hal serupa juga dilakukan Kota Bengkulu yang menjadikan rumah pengasingan Soekarno menjadi sebuah museum. Setiap tahunnya, museum ini jadi magnet wisatawan Sukarnoisme datang berkunjung ke Bengkulu.

“Di Kota Padang, Sumatera Barat, kediaman Soekarno dengan segala sejarah yang pernah melingkupinya, malah dibiarkan runtuh. Salah satu magnet wisata itu kini dibiarkan tak berbekas. Ini sebuah tragedi bagi sebuah daerah yang telah mencanangkan tahun kunjungan wisatawan,” ungkap Edy Utama.

Menurut Edy, populasi Sukarnoisme sangat banyak di Pulau Jawa. Dia juga menerangkan penduduk suku Jawa itu yang terbanyak di negara ini.

"Tentunya, mereka adalah pasar potensial kami dalam konteks industri pariwisata. Sayang, salah satu magnetnya dibuang begitu saja di Sumatera Barat,” tutup Edy. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bung Karno Merancang Koridor Strategis, Hutan Kalimantan Seharusnya Tak Boleh Disentuh


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler