Budi Muliawan Dorong Mahasiswa Tingkatkan Kualitas Menghadapi Revolusi Industri 5.0

Diskusi Sarasehan Kehumasan MPR

Senin, 13 Desember 2021 – 01:48 WIB
Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR, Budi Muliawan, SH, MH saat diskusi ‘Peran Mahasiswa Dalam Menyambut Indonesia Emas 2045' di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Kota Semarang, Jawa Tengah. Foto: Humas MPR RI.

jpnn.com, JAKARTA - MPR Menyapa Sahabat Kebangsaan hadir di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Kota Semarang, Jawa Tengah. 

Kehadiran MPR di kampus tersebut untuk mengajak para mahasiswa membahas dan mendiskusikan tema, yakni ‘Peran Mahasiswa Dalam Menyambut Indonesia Emas 2045'.

BACA JUGA: MPR RI Respons Positif Rencana TNI Rekrut Santri

Acara yang digelar di Ruang Seminar, Gedung Kuliah Bersama (GKB) Unissula, Kota Semarang, Jumat (10/12) itu dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI Siti Fauziah, SE, MM.

Acara itu kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif oleh para narasumber, yakni Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR, Budi Muliawan, SH, MH dan Wakil Rektor III Unissula M. Qomaruddin, ST, M.Sc, Ph.D.

BACA JUGA: MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan, Mahasiswa Berperan Besar Tangkal Hoaks

Turut hadir dalam acara yang dilaksanakan secara fisik dan virtual itu, antara lain, Wakil Dekan I FH Unissula Dr. Widayati, SH, MH serta mahasiswa Unissula berbagai fakultas sebagai peserta.

Budi Muliawan mengatakan bahwa Indonesia di masa depan harus menjadi sebuah negara yang maju dan mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan RI, yakni Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur.  

BACA JUGA: Raih Penghargaan Anugerah Meritokrasi, MPR RI Tingkatkan Pembinaan ASN

Menurutnya, saat ini cita-cita besar itu makin terlihat jelas ketika pemerintah merancang sebuah gagasan luar biasa, yakni visi Indonesia Emas 2045 dengan jargon 'Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur'.

Dia melihat gagasan tersebut sangatlah tepat mengingat pada 2045 nanti Indonesia genap berusia 100 tahun. 

Menurut dia, Indonesia pada 2045 diprediksi telah memasuki bonus demografi. 

"Bonus demografi merupakan suatu kondisi yang mana penduduk yang masuk ke dalam usia produktif di rentang usia 15 sampai 64 tahun, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif," jelasnya.

Budi menjelaskan kondisi tersebut harus disikapi dengan bijak dan hati-hati.  

Sebab, ujar dia, bonus demografi yang awalnya diharapkan akan berdampak baik, bisa menimbulkan permasalahan tersendiri apabila banyaknya usia produktif tidak dikelola. Namun, sebaliknya, kalau dikelola dengan benar maka akan menjadi kekuatan yang mampu mempercepat pertumbuhan kemajuan bangsa. 

Lalu, di mana peran pemuda? 

Budi menjelaskan peran pemuda dan mahasiswa untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045 sangat besar.  

Sebab, pemuda dan mahasiswa yang saat ini baru berusia 18 tahun-23 tahun, pada 2045 akan berumur 42 tahun dan 47 tahun. 

“Usia yang sudah matang untuk mengisi bidang-bidang strategis dan membuat kebijakan," ujarnya.

Nah, dengan begitu pentingnya peran generasi milenial itu, Budi Muliawan mendorong para pemuda bangsa untuk sesegera mungkin bangkit meningkatkan kualitas diri dalam menyongsong dan mewujudkan Indonesia Emas 2045. 

Menurutnya, para pemuda mesti menyadari bahwa dalam rentang waktu hingga 2045, tentu saja mereka akan berhadapan dengan berbagai tantangan besar.  Salah satunya adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan persaingan di era modernisasi.

Menurutnya, persaingan ini bukan hanya antarmanusia saja, tetapi tidak menutup kemungkinan di masa depan manusia akan bersaing dengan artificial intelligence (AI) akibat pesat dan masifnya perkembangan teknologi.  

“Apa lagi, saat ini Indonesia sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0 dan akan menuju 5.0," paparnya.

Budi Muliawan menjelaskan revolusi industri adalah perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang.  

Dalam perkembangannya, dunia termasuk Indonesia sudah mengalami empat era revolusi industri.  

Pertama, Revolusi Industri 1.0. 

Ini adalah revolusi yang pertama, dan terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin uap.  

Penemuan ini membuat tahap produksi barang hingga pengiriman menjadi lebih efisien.

Kedua, Revolusi Industri 2.0. 

Revolusi ini terjadi di awal abad 20, ditandai dengan penemuan tenaga listrik yang menggantikan mesin uap.  

Tenaga listrik membuat produksi berjalan dengan lebih efisien dan menghemat biaya.  

Sebab, tenaga listrik jauh lebih murah dibandingkan uap.  

Ketiga, Revolusi Industri 3.0.  

Revolusi ini ditandai dengan terciptanya komputer dan robot.  

Dalam perkembangannya, teknologi komputer makin modern dengan terciptanya integrated chip (IC).  

Teknologi ini membuat sosok komputer yang awalnya besar, menjadi lebih kecil dan ringkas sehingga bisa dipasang di mesin-mesin industri.

Keempat, Revolusi Industri 4.0.  

Era revolusi ini ditandai dengan muncul atau terciptanya internet, teknologi digital dan informasi serta penggunaannya secara luas yang memengaruhi hampir seluruh bidang kehidupan masyarakat.  

"Sekarang kita sedang menuju era yang lebih tinggi lagi, yakni Era Revolusi 5.0, yang mana teknologi digital makin luar biasa canggihnya, seperti pengembangan dan penciptaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan," tambah Budi Muliawan.

Pada intinya, Budi Muliawan menekankan bahwa perkembangan iptek global sangat cepat dan tak terbendung. 

Jika generasi muda tidak mampu beradaptasi kemudian lengah dan tidak berupaya sedikitpun untuk meningkatkan kualitas diri, maka bangsa ini akan tertinggal dari persaingan global.

Sementara itu, M. Qomaruddin mengatakan bahwa visi Indonesia Emas 2045 sebenarnya sudah menjadi cita-cita para pendiri bangsa Indonesia.  

"100 tahun Indonesia merdeka adalah momen yang tepat untuk mewujudkannya,” katanya. 

Apa lagi, lanjut dia, pemahaman dan pengembangan iptek oleh bangsa Indonesia di era modernisasi ini sudah sedemikian maju. 

“Jadi, harapan kita bersama visi Indonesia Emas itu bisa terwujud," ujarnya.

Namun, lanjut Qomaruddin, hal itu tergantung para mahasiswanya atau generasi muda Indonesia secara umum.  

Mimpi Indonesia Emas akan makin  jauh apabila karena kemajuan teknologi yang makin hari kian mempermudah hidup, generasi muda menjadi terlena diperbudak teknologi dan tidak menjadikan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dirinya.

Hal itulah yang harus disadari para mahasiswa.  

Jangan sampai generasi milenial menjadi generasi rebahan, karena hal itu sangat berbahaya untuk keberlangsungan perwujudan visi Indonesia Emas 2045.

“Saya berharap mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat, untuk bersama-sama bersinergi serta bekerja keras agar Indonesia di masa depan muncul sebagai negara maju dan mampu bersaing dengan negara lain," pungkasnya. (*/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler