jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menghadiri pembukaan Tanwir ke-51 Muhammadiyah di Bengkulu, Jumat (15/2). Kepala negara yang beken disapa dengan panggilan Jokowi itu pula yang membuka tanwir organisasi kemasyarakatan Islam tersebut.
"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 2019 pagi hari ini saya nyatakan resmi dibuka," kata Jokowi dalam acara yang digelar di Balai Raya Semarak, Kota Bengkulu itu.
BACA JUGA: Membandingkan Jumlah Emak - Emak Pemilih Prabowo dengan Jokowi
Secara simbolis, pembukaan Tanwir Muhammadiyah dilakukan dengan pemukulan gendang tradisional Bengkulu. Jokowi memukul gendang yang lebih dikenal dengan sebutan dol itu bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir.
Jokowi dalam pidatonya mengucapkan terima kasih kepada Muhammadiyah yang telah ikut berjuang bagi Indonesia. Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia.
BACA JUGA: Digugat Kubu Prabowo, Kepala Daerah Makin Militan Dukung Jokowi
"Muhammadiyah juga melahirkan banyak pahlawan nasional mulai KH Ahmad Dahlan, Ibu Nyai Walidah Ahmad Dahlan, Ir Sukarno, Ibu Fatmawati, sampai Bapak Kasman Singodimedjo," sebutnya dalam tanwir bertema Beragama yang Mencerahkan itu.
Jokowi juga berterima kasih kepada Muhammadiyah yang memiliki banyak amal usaha. Mantan Wali Kota Surakarta itu mengaku pernah mengunjungi berbagai amal usaha Muhammadiyah baik sekolah, pesantren, hingga rumah sakit di berbagai kota di Indonesia.
BACA JUGA: Puisi Fadli Zon Bikin Ribuan Santri Pindah Dukung Jokowi
"Supaya juga bapak ibu ketahui, Ibu Iriana itu berkuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Cucu saya, Jan Ethes, itu lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, mungkin ada yang belum tahu," ujar Jokowi.
Pada kesempatan sama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir mengatakan, potensi terbesar umat beragama sebenarnya adalah mencintai kedamaian, toleransi, pembangunan dan persaudaraan. Untuk itu, Muhammadiyah berupaya mendorong potensi besar tersebut menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia.
"Kedua, dalam kehidupan sehari-hari kami mengamati masih dijumpai sebagian pemahaman dan pengalaman Islam yang kurang menunjukkan pencerahan sehingga menimbulkan masalah seperti sikap ekstrem dalam beragama," kata Haedar.
"Jadi, jangan dipakai logika sebaliknya. Apakah ada beragama yang tidak mencerahkan? Secara umum, seluruh agama dan umat beragama itu mencerahkan. Kita ingin memobilisasi potensi rohani ini menjadi kekuatan nasional," tutur Haedar kepada jurnalis selepas acara.(jpc/jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PIP Tingkatkan Angka Partisipasi Pendidikan Dasar dan Menengah
Redaktur : Tim Redaksi