Bukan Cerita Capt. Jack Sparrow, ini Kisah Nyata...

Kamis, 03 Maret 2016 – 12:47 WIB
Kapal Phinisi. Foto: Public Domain.

jpnn.com - PHINISI Nusantara sandar di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara. Kapal tradisional itu bersiap mengarungi Samudera Pasifik menuju Benua Amerika.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Pelaut-pelaut Gila dan Proyek Pelayaran Maut

Vancouver Expo 86 di tepi pantai Kanada resmi dimulai sejak 2 Mei 1986. Perhelatan akbar berkaliber internasional itu digelar hingga 12 Oktober 1986. 

Mengusung tajuk World In Motion, World In Touch, negara-negara menunjukkan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasinya.

BACA JUGA: Top! Pelaut Legendaris itu...

Media massa marak memberitakannya dari hari ke hari. 

Stand Uni Soviet membanggakan Vostok-1 yang berhasil diterbangkan Yuri Gagarin, pilot legendaris pertama yang mengorbit bumi. 

BACA JUGA: Mission Impossible...Mana Pelaut Indonesia?

Amerika membanggakan Apollo 11 dan astronotnya; Niel Armstrong dan Buzz Aldrin yang katanya pertama kali menginjak bulan.  

Dan yang ditunggu-tunggu, Phinisi Nusantara yang sedang berlayar dari Indonesia menuju Vancouver, Kanada, tempat perhelatan akbar itu sedang berlangsung.

Wartawan Canadian Broadcasting Corporation (CBC) Frank Koller sampai datang ke Bitung untuk ikut serta dalam ekspedisi Phinisi Nusantara. 

Ini pelayaran legendaris di abad 20, karena sudah lama tak dibuat-buat orang berlayar jauh dengan kapal layar semenjak teknologi mesin uap ditemukan pada akhir abad 18. 

Jadi, kisah ini lebih keren dibanding cerita Capt. Jack Sparrow dalam film Pirates of the Caribbean.

Pelabuhan Bitung, penghujung Juli 1986. 

Frank Koller diperkenankan ikut. Yang masih mengganjal di hati Capt. Gita Ardjakusuma, sang nakhoda Phinisi Nusantara justru keberadaan Phillipe Petianaud.

Sejak pelayaran uji coba Makassar-Jakarta, dan Jakarta-Bitung, pelaut Prancis yang dinilai sok tahu itu acapkali terlibat pertengkaran dengan pelaut Bugis, awak Phinisi Nusantara.

Capt. Gita sudah berkali-kali menyoal keberadaan Phillipe dalam ekspedisi itu kepada panitia.

Namun, panitia meyakinkan Capt. Gita bahwa Phillipe dengan tulus ikut serta dalam ekspedisi itu.

"Ya sudah. Tapi, kau jangan banyak omong lagi. Diam saja," begitu lebih kurang pungkas Capt. Gita kepada Phillipe di hadapan panitia, sebagaimana dikisahkannya kepada JPNN.com.

Dan panitia juga menasehati Phillipe. Dia pun berjanji mengubah perangainya.

Meski sama-sama bule, kata Capt. Gita, Phillipe berbeda dengan Koller, wartawan CBC yang ikut bergabung di Bitung.  

"Koller justru bersikap sangat baik terhadap para awak Phinisi Nusantara," kenangnya.

Antara Bitung dan Hawaii

Kapal Phinisi Nusantara berlayar. Sandaran selanjutnya Honolulu, Hawaii, di Benua Amerika. 

Almanak bertanggal 26 Juli 1986. Kapal tradisional itu laksana sabut kelapa di hamparan luasnya Samudera Pasifik. 

"Jarak Bitung-Honolulu mencapai 6050 nautical mile bukan pelayaran yang mudah dan sederhana," tulis Nina Pane dan Semy Hafid dalam buku Menyisir Badai.

Dinakhodai Capt. Gita Ardjakusuma, kapal layar itu merayap dipermainkan gelombang. Dan…badai pun datang. --bersambung (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Dia Pelayaran Paling Legendaris di Abad 20


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler