Bukan Hanya untuk Umat Islam atau Warga Muhammadiyah

Minggu, 19 Maret 2017 – 00:53 WIB
TERAPUNG: Salah satu ruangan di Klinik Apung Said Tuhuleley yang diusahakan steril untuk perawatan pasien yang perlu tindakan medis. Foto: MULYADI ISMAIL DAGASULI/RAKYAT MALUKU/JPG

jpnn.com, AMBON - Presiden Joko Widodo meresmikan Klinik Apung Said Tuhuleley  pada 24 Februari 2017. Kini klinik itu makin sibuk menjalankan misi kemanusiaan.

Masyarakat di pulau-pulau terpencil di kawasan perairan Maluku pun bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat dan memadai.

BACA JUGA: Hamdalah, Bansos Nontunai Jangkau Wilayah Perbatasan

MULYADI ISMAIL DAGASULI, Ambon

Sehari setelah diresmikan Presiden Jokowi, Klinik Apung Said Tuhuleley langsung melakukan misi kemanusiaan ke Desa Kulur, Pulau Saparua, dan Desa Ori di Pulau Haruku.

BACA JUGA: Pak Jokowi Memang Luar Biasa

Keduanya berada di Kabupaten Maluku Tengah. Balai pengobatan milik Muhammadiyah tersebut memang diperuntukkan masyarakat di daerah-daerah terpencil di sekitar Laut Maluku.

Klinik itu melayani masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, suku, dan agama. Bukan hanya untuk warga Maluku, umat Islam, atau warga Muhammadiyah.

BACA JUGA: UUPA dan MoU Helsinki Harus Jadi Rujukan

’’Semua kami layani. Klinik apung ini memang untuk misi kemanusiaan di Maluku,’’ ujar Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Maluku H Latua kepada Rakyat Maluku (Jawa Pos Group) di Ambon, Selasa (14/3).

Sebagaimana diketahui, Klinik Apung Said Tuhuleley didatangkan dari Jakarta ke Ambon sebagai bagian dari pelaksanaan Tanwir Muhammadiyah di kota itu, 24–26 Februari lalu.

Setelah menempuh perjalanan lima hari dari ibu kota, klinik tersebut berlabuh di samping kawasan Islamic Center Ambon pada 22 Februari malam.

’’Perjalanan kami ternyata lebih cepat sehari dari jadwal. Semua berjalan lancar, tidak ada hambatan yang berarti. Gelombang laut seolah memberi jalan bagi lancarnya perjalanan kami,’’ ungkap Syafii Latuconsina yang memimpin perjalanan klinik apung.

Misi pertama, Klinik Apung Said Tuhulely membelah gelombang laut menuju Pulau Saparua dan Pulau Haruku.

Dua pulau di tengah laut itu memang jauh dari Ambon, ibu kota Maluku.

Dengan demikian, bisa dimaklumi bila kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di dua pulau tersebut selama ini kurang memadai.

’’Inilah langkah awal Klinik Apung Said Tuhuleley melakukan misi kemanusiaan untuk perawatan dan pengobatan bagi pasien nun jauh di Pulau Saparua dan Pulau Haruku. Mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik bagi Muhammadiyah dalam memberikan pelayanan kesehatan di Maluku,’’ kata Latua.

Mengapa yang dipilih kali pertama Desa Kulur, Pulau Saparua?

Menurut Latua, Desa Kulur dipilih semata-mata untuk mengenang dan menghormati nama kampung halaman Said Tuhuleley.

Said adalah tokoh Muhammadiyah yang banyak jasanya di bidang pengembangan pendidikan di lingkungan organisasi perserikatan itu.

Sebelum meninggal di Jogjakarta, 9 Juni 2015, Said Tuhuleley pernah menjabat ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah dan sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah yang mengelola seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah se-Indonesia.

Sejak hari pertama beroperasi pada 25 Februari 2017, Klinik Apung Said Tuhuleley sudah melayani ratusan pasien dengan berbagai keluhan penyakit.

Klinik itu beroperasi hampir seharian full. Mulai pukul 07.00 hingga 22.00.

Pada hari pertama, pasien ditangani para dokter dan perawat yang saat itu mengikuti Sidang Tanwir Muhammadiyah di Ambon.

Pengelola juga mendatangkan dokter dari Rumah Sakit Pondok Cempaka Putih Jakarta dan RSU Muhammadiyah Jakarta.

’’Begitu besarnya animo masyarakat yang ingin mendapatkan perawatan medis di klinik apung menunjukkan bahwa persoalan pelayanan kesehatan di Maluku perlu perhatian serius dari semua pihak. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama,’’ tutur Latua.

Klinik Apung Said Tuhuleley bekerja secara mobile melayani pasien di pulau-pulau kecil di Maluku. Bahkan hingga ke Papua.

Tim medis klinik apung akan blusukan ke kampung-kampung di pulau itu untuk menjemput bola.

Dengan begitu, masyarakat yang ingin periksa kesehatan tidak perlu jauh-jauh pergi ke Ambon lagi. Mereka bisa memanfaatkan klinik tersebut.

Pasien yang perlu penanganan khusus akan dirujuk ke Kota Ambon. Tim medis klinik apung dengan sukarela akan mendatangi pasien dan mengantarnya ke rumah sakit rujukan di rumah sakit terdekat.

’’Ini langkah ikhtiar kami agar klinik ini bisa berfungsi maksimal dalam melayani kesehatan masyarakat di Maluku,’’ ujar Latua.

Selain membawa pasien ke rumah sakit terdekat, di klinik apung juga disiapkan ruang pemeriksaan khusus dan ruang operasi.

Adapun tenaga medisnya terdiri atas dokter jaga, dokter spesialis, dan tenaga perawat. Mereka tim medis dari Muhammadiyah yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Pemprov Maluku.

’’Kalau tenaga perawat dan dokter dari Muhammadiyah di Maluku kurang, kami akan minta tenaga dokter dari PP Muhammadiyah untuk dikirim ke Maluku secara berkala,” tegas Latua.

Untuk biaya operasional dan penyediaan obat-obatan di klinik apung, Latua mengakui masih belum mendapat solusi yang efektif dan jangka panjang.

Selama ini masih mengandalkan anggaran dari Muhammadiyah. Ke depan disinergikan dengan pemerintah setempat.

Selain itu, pengelola klinik menerapkan pembiayaan subsidi silang. Caranya, saat sedang tidak beroperasi sebagai klinik apung, kapal akan disewakan sebagai kapal pesiar. Pendapatan dari penyewaan kapal itulah yang digunakan untuk biaya operasional klinik.

Untuk diketahui, Klinik Apung Said Tuhuleley memiliki kecepatan tempuh 30 knot per jam dengan daya 750 PK.

Kapal itu dinakhodai Mores Jogya dengan asisten Dirgantara Banda dan enam ABK (anak buah kapal) serta seorang teknisi mesin.

Menurut Koordinator Klinik Apung Said Tuhuleley Muhammad Rivai Tuhuleley, klinik tersebut diperuntukkan semua komunitas di Maluku.

Itulah bentuk syiar Muhammadiyah sebagai pelopor pemberdayaan kesehatan bagi semua komunitas di Bumi Raja-Raja tersebut.

’’Kami ingin menjalankan misi kemanusiaan almarhum Pak Said Tuhuleley sebagai tokoh pemberdayaan umat, khususnya bagi kaum mustadafin atau kaum lemah di Maluku,” papar Rivai yang tak lain adalah keponakan almarhum Said Tuhuleley.

Dia berharap klinik apung itu bisa menjadi pelopor pemberdayaan kesehatan di daerah-daerah terpencil, terluar, dan terdepan sebagaimana yang digaungkan presiden.

Untuk maksud tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan Gubernur Maluku Said Assagaff agar dapat mengoptimalkan kerja sama penanganan kesehatan masyarakat agar tidak tumpang tindih. (*/c10/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Misbakhun: Tax Amnesty Bukti Rakyat Percaya Jokowi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler