Buku jadi Alat Black Campaign

Ngaku Modern Kok Percaya Klenik

Rabu, 24 Juni 2009 – 19:15 WIB

JAKARTA -- Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPR, Marwan Djafar menilai buku karya Ridwan Saidi berjudul "Bencana Bersama SBY" adalah salah satu bentuk black campaign yang diarahkan pada pasangan capres/cawapres SBY-BoedionoBuku tersebut jelas-jelas ingin membentuk opini masyarakat bahwa segala macam bencana itu disebabkan oleh SBY sebagai presiden, namun tidak disertai fakta-fakta logis dan hanya berdasarkan klenik.

“Ini salah satu upaya dari lawan politik SBY untuk mempengaruhi rakyat pemilih agar tidak memilih pasangan SBY-Boediono

BACA JUGA: Capres Abaikan Perumahan Rakyat

Ini sangat tidak rasional, karena buku tersebut ditulis oleh sosok yang mengaku modern, tapi percaya klenik," ujar Marwan dalam diskusi “Politisasi Bencana: Klenik, Ilmiah atau Religius di press room DPR Jakarta, Rabu (24/6).

Untuk saat ini, lanjut Marwan, SBY adalah sosok politisi ulung yang belum bisa disaingin oleh calon-calon lainnya, sehingga langkah-langkah apapun untuk menjelekkan SBY termasuk menggunakan black campaign tidak akan berpangaruh pada pilihan masyarakat
Marwan mengaku amat menyayangkan seorang Ridwan Saidi selaku penulis buku "Bencana Bersama SBY"

BACA JUGA: Para Capres Tak Bervisi Desentralisasi

"Sebagai seorang Muslim, Ridwan telah kehilangan kemuliaan rasionalitas karena mempercayai bahwa musibah itu dikarenakan sosok SBY," tegasnya.

Menurut Marwan, berbagai bencana alam yang selama ini terjadi di Indonesia sesungguhnya masih bisa di nalar oleh akal sehat
Ini semua bermula dari ulah manusia dalam memberlakukan alam sekitarnya

BACA JUGA: Gusti Tuding Hakim MK Bodoh

Banjir, misalnya, jelas ini ulah manusia yang secara tamak melakukan pembalakan hutanFenomena ini sudah terjadi semenjak Pak Harto jadi presiden, kata Marwan"Capres SBY saat ini dalam posisi menerima limbah dan sudah berusaha secara maksimal untuk mengatasinya," tegas Marwan Jafar.

Di tempat yang sama, KH Nur Muhammad Iskandar SQ mengingatkan pentingnya bagi semua warga negara untuk mengambil hikmah dari semua bencana yang sudah terjadi"Lima tahun kita mengalami berbagai musibah, siapa tahu di lima tahun ke depan kita jauh akan lebih baikYang penting, hindarkan prilaku untuk saling menyalahkan," pinta KH Nur.

Sementara itu, para normal Permadi dengan menggunakan pendekatan Primbon yang menghubungkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran SBY (09-09-49) sebagai faktor pembawa malapetaka"Lahir tanggal 9, bulan 9 dan tahun 49, dalam Primbon ditemukan malapetaka," kata Permadi.

Sekarang kita lihat, berbagai goro-goro datang silih berganti dan anehnya semua orang melihatnya sebagai hal biasaPadahal itu adalah tanda-tanda dari proses akomulasi goro-goro dan sepanjang sejarah bangsa, kita ini baru punya dua pemimpin bangsa masing-masing Soekarno berkuasa 23 tahun dan Soeharto 32 tahun, imbuh Permadi(fas/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... MK: Sekitar 300 Gugatan Pemilu Kacau


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler