Buku Kopassus untuk Indonesia; Rahasia Pasukan Komando

Menyamar Pedagang Durian hingga Sniper Ambon

Senin, 11 Januari 2010 – 07:11 WIB
Letkol Farid Makruf bersama Erastiani Asikin Natan sang egarapenulis buku 'Kopassus untuk Indonesia; Rahasia Pasukan Komando' Foto : Ridlwan/JAWA POS

Isi buku Kopassus untuk Indonesia yang diluncurkan Kopassus TNI-AD tak sembaranganBuku dengan desain gaul itu membuka rahasia dapur korps terbaik ketiga di dunia itu, termasuk operasi intelijen bawah tanah

BACA JUGA: Tjokorda Istri Rai Manik, Perempuan di Pusaran Orang Gila di RS Jiwa Bangli

Seperti apa?
    

RIDLWAN HABIB, Jakarta
    
WANITA itu bukan tentara
Gaya pakaiannya juga santai

BACA JUGA: Dinar-Dirham yang Mulai Populer sebagai Alat Pembayaran

Turun dari mobil New Honda City metalik, dia disambut hormat oleh prajurit Kopassus
"Mbak Esti ini sudah kami anggap bagian dari keluarga," kata Letkol Farid Makruf yang menyambut Esti di Markas Komando Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur Kamis lalu (7/1)

BACA JUGA: Reza Indragiri, Master Langka Bidang Psikologi Forensik



Siang itu suasana sekitar Kesatrian Kopassus agak lengangSebab, pada jam dinas, semua prajurit sibuk dengan tugas masing-masing"Sebelum mengenal mereka, saya benar-benar awam dengan dunia militer," kata Esti yang sengaja berkunjung ke Kopassus untuk menemui Jawa Pos.
Nama lengkapnya Erastiani Asikin NatanegaraBersama penulis lain, Iwan Santosa, mereka diberi kepercayaan penuh oleh Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus untuk menulis buku yang mulai beredar tiga minggu lalu itu

"Buku ini adalah buku resmi Kopassus pertama yang ditulis sipil dan untuk umum," kata Letkol Farid yang ikut berbincangFarid adalah alumnus Akmil 1991 yang juga menjadi salah satu narasumber bukuMantan kepala staf pribadi (Kaspri) Danjen Kopassus itu juga menjadi anggota tim penyusun buku bersama 16 orang lainnya

Menurut Farid, Kopassus sengaja meminta orang luar agar tulisannya objektif"Mbak Esti ini mulai nul puthulKita memang buka apa adanyaKalau mau ditulis jelek, ya tulis saja," kata perwira asal Pulau Madura itu

Isi buku setebal 345 halaman itu memang blak-blakanMisalnya, cerita seorang anggota Sandhi Yudha Kopassus yang bertugas sebagai intelijen Kopassus saat masa darurat militer di Aceh pada 2003Sersan Badri (nama samaran, Red) bertugas untuk masuk ke lingkaran utama Gerakan Aceh Merdeka

Untuk menyukseskan misinya, Badri harus menyamar sebagai pedagang durian dari MedanBerselang setahun, sendirian, Badri menembus akses untuk mendapat kepercayaan anggota GAM"Saat paling sulit, saat dia diminta pimpinan GAM melindungi istrinya dari kejaran pasukan TNISelama tiga bulan, Badri harus mencari tempat kos yang aman dari kejaran TNI yang sebenarnya temannya sendiri," katanya

Agar jaringan intelijen sempurna dan tidak bocor, Badri tidak pernah diketahui identitasnya sebagai anggota Kopassus kecuali oleh beberapa pimpinan operasiMeski menyamar sebagai pedagang durian, Badri menggunakan kesempatan itu untuk menyabot senjata-senjata GAM"Misalnya, alat pembidik pada senapan-senapan GAM sengaja digeser agar tembakan mereka melenceng atau tidak tepat sasaran," katanya.

Kisah lain yang juga sengaja dibuka Kopassus adalah tim Kopassus yang bertugas mengamankan kerusuhan Ambon pada Januari 2001Mereka bertugas di tengah-tengah kelompok Merah (Nasrani) dan kelompok Putih (muslim)Namun, ternyata, sumber kerusuhan adalah sniper (penembak jitu) gelap yang memprovokasi serangan

Narasumber dalam kisah itu adalah Wakil Asisten Intelijen Kopassus Letkol Nyoman Cantiasa yang saat itu masih berpangkat kaptenKebetulan Nyoman pernah menceritakan kisahnya secara singkat kepada Jawa Pos beberapa bulan lalu saat tak sengaja bertemu di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Dalam buku itu, dikisahkan bahwa Nyoman memerintahkan beberapa anggota tim untuk mencari asal sniper yang menembak di malam hariTernyata, para perusuh itu bersembunyi di Hotel Wijaya II AmbonMereka juga menyadap saluran HT pasukan NyomanBahkan, kata sandi Nyoman saat itu yakni Arjuna 2 juga diketahui

Berdasar penghitungan matang, Nyoman akhirnya memerintahkan tim dengan seizin Pangdam Pattimura (saat itu dijabat Mayjen MYasa) menyerbu Hotel WijayaTerjadi baku tembak selama dua jam sebelum seluruh sniper dilumpuhkanMereka berhasil menyita beragam senjata, seperti AK 101, AK 102, SKS, MK1, SS1 , M16, dan US Karabine 30 mm

Selain Aceh dan Ambon, Kopassus membuka kisah di balik operasi-operasi di Papua, Timor Leste (dulu Timor Timur), dan berbagai lokasi lain di IndonesiaTidak khawatir strategi Kopassus bocor ke tangan intelijen asing" Menurut Farid, kekhawatiran selalu ada"Tapi, ibarat memasak nasi gorengBumbunya tidak semua orang tahu, tapi hasilnya enakJadi, secara detail teknisnya masih kami tutupi," kata Farid yang sekarang menjabat kepala penerangan Kopassus itu

Tanpa bermaksud sombong, kata Farid, Kopassus mempunyai kemampuan intelijen dan antiteror yang bisa diandalkan"Rata-rata pembebasan sandera hanya butuh tiga menitDi Woyla dulu juga cukup tiga menit," katanya

Saat ditanya tentang operasi Densus 88 di Temanggung yang butuh waktu 17 jam untuk meringkus Ibrohim, otak peledakan Ritz-Carlton, Farid menggeleng"Kami tidak mau mengomentari keahlian orang lainCukuplah masyarakat yang menilai dengan bukuKalau memang Kopassus jelek, ya, silakan dianggap jelekApa pun itu kami bangga bertugas demi negaraItu kehormatan komando," kata perwira yang pernah dikirim ke Sierra Leone, Afrika, itu

Masih banyak kisah lain yang ditulis EstiMisalnya, proses perekrutan anggota Kopassus yang ketatSeorang prajurit yang bisa diterima Kopassus harus bisa berlari 12 menit dengan jarak tempuh minimal 2.800 meterLalu pull up 12 kali, push up 40 kali minimal dalam satu menit, sit up 40 kali minimal dalam satu menit, renang dasar 50 meter dan tidak takut ketinggian lebih dari 15 meter

Setelah itu mereka harus ikut seleksi psikologi dan jika lolos harus menjalani pendidikan komando selama tujuh bulanPelatihan itu sangat berat"Mereka punya istilah kaki tomat, yakni kaki yang melepuh karena harus long march dari Bandung ke Cilacap jalan kaki dengan jarak tempuh 500 kilometer selama 10 hari dengan beban perorangan 30 kg di pundak," kata Esti

Kisah-kisah kegalakan pelatih juga dideskripsikanMisalnya, galaknya Kapten Encun di Pusat Pendidikan Kopassus BatujajarEncun yang ahli melempar pisau komando itu sudah melatih spesialisasi komando 26 tahun"Semua pohon randu di Batujajar tidak ada yang selamatSemua dibabat habis untuk latihan lempar pisau," katanya. 

Kisah-kisah humanis anggota Kopassus saat bertugas di luar negeri juga dideskripsikanJuga saat korps baret merah itu menjadi garda depan penanggulangan bencana alamWanita alumnus Sastra Tiongkok, Universitas Indonesia itu mengaku hanya butuh tiga minggu untuk menyelesaikan bukunya

"Sehari saya wawancara delapan hingga 10 prajurit, mulai pangkat terbawah sampai jenderal," katanyaInteraksi tiga minggu itu telah mengubah pandangannya tentang Kopassus"Mereka orang-orang aneh yang mengidap adrenalin junkie, yakni orang yang bekerja sangat prima dalam kondisi stres dan dalam tekanan tinggi," katanya

Dia mencontohkan salah seorang bintara bernama Serka SumardiOrang itu istimewa karena sudah 14 kali ditugaskan di medan operasiSedangkan rata-rata prajurit yang lain hanya empat kaliSumardi pernah sekali ditugaskan sebagai anggota pasukan PBB di Bosnia

"Saat saya tanya apa yang paling enak dalam penugasan, dia menjawab saat dikirim ke Bosnia karena bisa merasakan enaknya landing (mendarat)Ternyata selama 14 kali terjun operasi, dia selalu dilempar ke udara dengan parasut dan belum pernah sekalipun naik pesawatIni ndeso, tapi jujur," kata Esti sambil melirik Farid.

Farid tertawa lepas"Kisah-kisah seperti itu kami harap bisa menarik minat anak muda bergabung ke KopassusKalau yang tua-tua, terus terang, kami capek meyakinkan mereka," katanya. (*/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Reza Indragiri, Master Langka Bidang Psikologi Forensik


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler