Tjokorda Istri Rai Manik, Perempuan di Pusaran Orang Gila di RS Jiwa Bangli

Pasien Datang Kondisi Parah, Masuk Instalasi Gelisah

Minggu, 10 Januari 2010 – 00:26 WIB

Sudah hampir dua tahun ini RS Jiwa Bangli sebagai satu-satunya RS Jiwa yang ada di Bali dipimpin oleh seorang wanitaDia adalah Tjokorda Istri Rai Manik

BACA JUGA: Dinar-Dirham yang Mulai Populer sebagai Alat Pembayaran

Berbagai upaya dia lakukan untuk lebih memanusiakan mereka yang mengalami gangguan jiwa


-------------------------------------
  CANDRA GUPTA, Bangli
------------------------------------
 

RUMAH Sakit Jiwa Bangli di Jl Kusumayuda, Banjar Kawan, berdiri di areal sekitar 7,8 hektare

BACA JUGA: Reza Indragiri, Master Langka Bidang Psikologi Forensik

Beberapa tanaman leci menambah rindang pemandangan rumah sakit tersebut

 
Siang itu, sekitar pukul 12.06, seorang pria berseragam RS Jiwa Bangli berjalan tergesa-gesa

BACA JUGA: Reza Indragiri, Master Langka Bidang Psikologi Forensik

Dia menuju ke arah kumpulan pedagang kaki lima yang berjejer di depan RS tersebut"Mau beli apa?" tanya penjual es di depan gerbang RS Jiwa Bangli"Minta rokokKalau nggak, ada uang seribu?" kata pria berseragam itu, yang belakangan diketahui bernama Wayan
 
Si penjual es menyodorkan sebungkus rokokDengan cepat, Wayan mengambil sebatang rokokSetelah itu, dia pergi, sambil tertawa cekikikanItulah ulah salah seorang penghuni di RS Jiwa BangliBeberapa pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kompleks RS itu sudah terbiasa dengan ulah para penghuni RS"Kami sudah terbiasa kokAsal nggak mengamuk dan mengganggu kami," kata Ahmad, penjual rujak
 
Di RS Jiwa Bangli, pasien seperti Wayan dikategorikan sudah hampir sembuh"Hingga kini, kami merawat sekitar 180 pasien dengan berbagai macam gangguan jiwaMulai yang paling ringan hingga paling berat," kata dr Tjokorda Istri Rai Manik, direktur RS Jiwa Bangli, kepada Radar Bali (Jawa Pos Group).
 
Sejak RS Jiwa Bangli berdiri, baru kali ini dipimpin perempuanBagi Rai Manik, bisa memimpin rumah sakit jiwa seperti RS Jiwa Bangli adalah kepuasan tersendiriTidak risi berada di tengah-tengah pasien tak waras? "Saya tidak bekerja sendiriKami dibantu 149 perawat dan 15 dokterLima orang di antara mereka spesialis," tutur perempuan paro baya yang sudah dua tahun mengabdi di RS Jiwa Bangli itu
 
Berada di tengah-tengah pasien gila bagi Rai Manik bukanlah sesuatu yang menyedihkanTapi, malah sebaliknyaRai Manik menceritakan, pasien yang dirawat di tempatnya bermacam-macam penyebab sakit merekaAda yang gila akibat kerusakan anggota tubuhMisalnya, otak dan keturunanAda juga yang menjadi tak waras karena kondisi rumah tangga, masalah lingkungan, maupun beban lain yang menyebabkan batin dan pikiran tegang.
 
Penyakit jiwa yang ditimbulkan, antara lain,  schizophrenia menyebabkan seseorang mengalami kemunduran kepribadian, mudah cemas, dan salah prasangkaKemudian, paranoia, penderita mengalami delusi yang menyebabkan seseorang merasa menderita
 
Terakhir, manicdepressiveBiasanya itu disebut gila kambuhanPenderita biasanya mengalami kegembiraan yang kemudian menjadi sedih dan kerap menyakiti diri sendiri"Kalau yang berat dan mengamuk, kami ada ruang isolasi," jelas perempuan asal Klungkung lulusan Universitas Udayana itu
 
Pasien yang datang dalam kondisi parah lebih dahulu dimasukkan ke instalasi rawat gelisah (IRG)"Ini semacam UGD (unit gawat darurat) rumah sakit," tuturnya.  
 
Jika kondisi pasien membaik, yang bersangkutan akan masuk tahap rehabilitasi seebelum bisa dipulangkan"Biasanya kami melihat dua atau tiga bulan," tandasnya
 
Untuk biaya operasional sehari-hari di RS tersebut, Pemprov Bali membantu sekitar Rp 1 miliar per tahuItu hanya untuk membantu makan tiga kali sehariDi dalamnya, selain lauk-pauk, ada buah-buahan pengganjal perut"Kami juga melayani JKBM di sini," ujar wanita dari keluarga satria itu.
 
JKBM yang dimaksud adalah Jaminan Kesehatan Bali Mandara, sebuah program kesehatan gratis yang ditelurkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika
 
Disinggung pengobatan yang diterapkan, adakah merujuk pengobatan holistis" Dalam arti, selain medis, apakah menerapkan nonmedis"Selama ini kami menerapkan medis saja digabung dengan keagamaanYang Hindu, Kajeng Kliwon, dan Purnama sembahyang bersamaAgama lainnya, kami mendatangkan rohaniwan atau pendetaItu bertujuan merangsang ingatan pasien," katanya
 
Selain itu, setiab Sabtu siang pasien diberikan waktu menyalurkan kreasi di rumah sakit seluas 7,8 hektareYang pintar menbaca puisi diberikan waktu untuk membaca puisi dan lainnyaSemua itu untuk rekreasi mereka," ungkapnya
 
Pasien yang sudah agak sembuh pun tidak menganggur di RS tersebutMereka diajari dan diminta untuk membuat berbagai keterampilanMisalnya, keterampilan membuat batakoKegiatan membuat batako dilaksanakan pukul 08.00"13.00"Ini bukan pekerjaanJadi tidak ada tuntutan target berapa batako harus bisa dihasilkanIni memang murni bertujuan merangsang ingatan mereka agar tidak melamun," tuturnya
 
Untuk lebih memotivasi para pasien, pegawai RS membeli batako hasil karya pasienSatu batako dihargai Rp 1.100Uang hasil penjualan digunakan kembali untuk kepentingan para pasienMisalnya, untuk membeli bahan-bahan berikut kopi dan makanan camilan"Jadi, semua kembali untuk pasienKami pihak RS tidak mengambil sepeser pun," ungkapnya.
 
Pasien perempuan juga diajari berbagai keterampilanMisalnya, membuat bantal hingga sarung, sprei, dupa, dan beragam kerajinan yang lainHarganya bervariasiMulai Rp 5.000 hingga belasan ribu rupiah

"Ini kalau dupa ada gunanya jugaKami meminta pasien untuk menghitung dan mengulang lagi jumlah hitungannyaItu juga berguna merangsang ingatan," kata Dewa Ayu Puspawati, staf rehabilitasi yang membina para pasien perempuan. (jpnn/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mooryati Soedibyo; Umur 82 Tahun dan Obsesinya tentang Jamu yang Tak Pernah Berhenti


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler