jpnn.com - jpnn.com - Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menilai, Perum Bulog lebih baik mengambil alih pabrik tebu milik negara daripada mengakuisisi swasta.
Ketua Umum DPN APTRI Soemitro Samadikoen menyatakan, biaya mengakuisisi pabrik gula BUMN tidak akan sebesar ketika membeli pabrik gula swasta.
BACA JUGA: APTRI: Bulog Gagal Stabilkan Harga Gula
’’Kebijakan itu tidak hanya merugikan negara, tapi juga petani,’’ katanya, Rabu (8/2).
Tahun lalu, Perum Bulog mengakuisisi PT Ghendis Multi Manis, pabrik gula di Blora, Jawa Tengah, yang sangat bergantung pada pasokan impor raw sugar.
BACA JUGA: Bulog Bidik Pengadaan Beras 3,7 Juta Ton
’’Mestinya prioritas Bulog membeli gula produksi tebu rakyat,’’ ungkapnya.
Saat ini, izin impor yang dimiliki Bulog untuk white sugar atau gula kristal putih seratus ribu ton.
BACA JUGA: Berharap Kualitas Raskin Meningkat
Sementara itu, izin impor raw sugar 267 ribu ton.
Izin impor raw sugar itu merupakan bagian dari total izin yang diberikan pada perusahaan gula BUMN sebanyak 381 ribu ton pada 2016.
Atas impor raw sugar tersebut, ada kompensasi rendemen 8,5 persen bagi petani tebu.
’’Sejak awal kami menentang impor tersebut karena stok gula tahun lalu mencukupi,’’ katanya.
Kemudian, adanya impor raw sugar juga dinilai tidak bisa mendukung stabilisasi harga gula nasional. H
arga eceran tertinggi (HET) dipatok Rp 12.500 per kilogram.
’’Kami menduga ada penumpukan gula impor di gudang,’’ tambahnya. (res/c15/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemkab Keok Akhirnya Bayar Raskin ke Bulog
Redaktur & Reporter : Ragil