Bung Karno: Zonder Mengerti Urusan Wanita, Tak Akan Bisa Menyusun Negara

Kamis, 29 Oktober 2015 – 15:55 WIB
Buku Sarinah. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - AKIBAT perang, sejak 4 Januari 1946 ibukota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. 

"Sesudah saya berpindah kediaman dari Jakarta ke Yogyakarta, maka di Yogya itu tiap-tiap dua pekan sekali saya mengadakan kursus wanita," tulis Bung Karno dalam Sarinah--Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia.

BACA JUGA: Ketika Sumpah Pemuda Diikrarkan Bung Karno Sedang Apa?

Banyak kalangan yang tak habis pikir ketika Bung Karno membuka kursus itu. Situasi sedang genting-gentingnya, doi malah bikin kursus begituan. 

Bung Karno bergeming. Kursus wanita jalan terus. Bagi dia, soal wanita adalah soal yang amat penting, soal wanita adalah soal masyarakat. "Sayangnya, soal wanita belum pernah dipelajari sungguh-sungguh oleh pergerakan kita," ungkapnya.

BACA JUGA: MENCEKAM...Dalam Suasana Seperti ini Sumpah Pemuda Dilahirkan

Adalah Mualif Nasution, sekretaris pribadi Bung Karno yang diberi tugas menyelenggarakan kursus tersebut. Mulai dari memastikan tempat, peserta dan keperluan lainnya. 

Materi kursus yang disampaikan Bung Karno dihadapan para wanita itu disalin pula oleh Mualif. Setelah cukup banyak, materi itu disuntingnya untuk diterbitkan jadi sebuah buku. 

BACA JUGA: Niat Meliput Kongres, WR Supratman Malah Jadi Bintang Sumpah Pemuda

Begitu memeriksa materi buku yang segera naik cetak itu, betapa senangnya hati Bung Karno. "Sudah lama saya bermaksud menulis buku tentang soal itu, tetapi selalu maksud saya itu terhalang oleh beberapa sebab," kenangnya.   

Maka setelah dilengkapi lagi sedikit banyak oleh Bung Karno, pada 1947 buku itu dicetak oleh Oesaha Penerbitan Goentoer, Jogjakarta. Buku setebal bantal itu diberi judul Sarinah.

Mbok Sarinah

Saja menamakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saja kepada pengasoeh saja ketika saja misih kanak-kanak. Pengasoeh saja itu bernama Sarinah. Ia saja poenja mbok. Ia membantoe iboe saja, dan dari dia saja menerima banjak rasa tjinta dan rasa kasih. Dari dia saja banjak mendapat banjak peladjaran mentjintai orang ketjil. Dia sendiri poen orang ketjil. Tetapi boedinja selaloe besar!

Begitu ditulis langsung oleh Bung Karno dalam pengantar buku Sarinah pada 3 November 1947. 

Menurut Si Bung, setelah membaca buku ini, orang-orang yang tidak mengerti kenapa dirinya membuka kursus wanita akan mengerti, tujuan kursus tersebut.

Alasan utamanya, "sebab kita tidak dapat menyusun negara, dan tidak dapat menyusun masyarakat, zonder mengerti soal wanita. Itulah sebabnya saya, setiba saya di Yogyakarta, segera mengadakan kursus-kursus wanita itu," ungkapnya. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bahan Pengawet Jasad Firaun Ternyata dari Sumatera


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler