Bupati Baru di Kolam Keruh

Minggu, 19 Juni 2011 – 02:49 WIB

BEGITU banyak bupati/walikota di Indonesia tapi jarang yang menonjolDi antara yang sedikit itu termasuk Walikota Solo, Bupati Sragen, Bupati Lamongan yang dulu (saya belum mengenal reputasi bupati yang sekarang), Bupati Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Walikota Ternate, Walikota Bau-bau di pulau Buton, Bupati Asahan, Bupati Berau di Kaltim dan Walikota Surabaya (baik yang Bambang DH maupun penggantinya)

BACA JUGA: Lahirnya Bayi-Bayi Baru dan Mulainya SPPD Berkuota

Masih ada beberapa lagi memang, tapi tidak akan seberapa.

Kini, dalam posisi sebagai Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero), saya lebih banyak lagi mengenal, bergaul dan berinteraksi dengan  bupati/walikota
Apalagi saya terus berkeliling Indonesia untuk melihat dan menyelesaikan problem kelistrikan Nusantara

BACA JUGA: Perlu Revolusi Mental Tahap Kedua



Dari situ saya mencatat bupati/walikota itu umumnya biasa-biasa saja: banyak berjanji di awalnya, lemah di tengahnya dan menyerah di akhirnya
Saya tidak tahu akan seperti apa Bupati Tuban yang baru terpilih, H

BACA JUGA: Nuklir Tidak Habis Pikir

Fathul Huda iniApakah juga akan menjadi bupati yang biasa-biasa saja atau akan menjadi bupati yang tergolong sedikit ituBahkan jangan-jangan akan jadi bupati yang sama mengecewakannya dengan yang dia gantikan.

Saya tahu dari para wartawan, bahwa Fathul Huda adalah orang yang awalnya tidak punya keinginan sama sekali untuk menjadi bupatiDia sudah mapan hidupnya dari bisnisnya yang besar.  Dia adalah pengusaha yang kaya-rayaDia juga bukan tipe orang yang gila jabatanDia adalah orang yang memilih mengabdikan hidupnya di dunia keagamaanJuga dunia sosialDunia kemasyarakatanSekolah-sekolah dia bangunJuga rumah sakitDia yang sudah sukses hidup di dunia sebenarnya hanya ingin lebih banyak memikirkan akheratKalau pun berorganisasi, ia adalah Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Tuban.

Tapi sejak enam tahun lalu begitu banyak orang yang menginginkannya jadi bupati TubanItu pun tidak dia responsBegitu banyak permintaan mencalonkan diri dia abaikanTahun lalu permintaan itu diulangiJuga dia abaikanMenjelang pendaftaran calon bupati malah dia pergi umroh ke MakkahBaru ketika, Gus Saladin (KH Sholachuddin, kyai terkemuka dari Tulungagung, putra KH Abdul Jalil Mustaqiem almarhum) meneleponnya dia tidak berkutikIni karena Gus Saladin dia anggap seorang mursyid yang tidak boleh ditolak permintaannyaKonon Gus Saladin lebih hebat dari bapaknya yang hebat itu

Begitu Gus Saladin menugaskannya menjadi bupati Tuban, dia sami'na waatha'naDia kembali ke tanah air mendahului jemaah lainnyaTepat di tanggal penutupan pendaftaran dia tiba di TubanTanpa banyak kampanye dengan mudah dia terpilih dengan angka lebih dari 50%.

Cerita itu saja sudah menarikSudah bertolak belakang dengan tokoh yang dia gantikan yang dikenal sangat ambisius akan jabatanTermasuk nekad mencalonkan diri lagi meski sudah dua kali menjadi bupati hanya untuk mengejar jabatan wakil bupati

Sebagai sesama orang swasta yang terjun ke pemerintahan, saya bisa membayangkan apa yang dipikirkan Fathul Huda menjelang pelantikannya 20 Juni besokMungkin sama dengan yang saya bayangkan ketika akan dilantik sebagai Dirut PLN: ingin banyak sekali berbuat dan melakukan perombakan di segala bidang

Tapi, sebentar lagi, setelah dilantik nanti Fahtul Huda akan terkena batunyaHatinya akan berontak: mengapa tidak boleh melakukan ini, mengapa sulit melakukan itu, mengapa jadinya begini, mengapa kok begitu, mengapa sulit mengganti si Malas, mengapa tidak boleh mengganti si Lamban, mengapa si Licik duduk di sana, mengapa si Banyak Cakap diberi peluang dan mengapa-mengapa lainnya.

Saya perkirakan Fathul Huda akan menghadapi situasi yang jauh lebih buruk dari yang saya hadapiDi PLN saya mendapat dukungan besar untuk melakukan perubahan besar-besaranMengapa? Karena orang-orang PLN itu relatif homogenMayoritas mereka adalah sarjana, bahkan sarjana tehnik yang berpikirnya logikMereka adalah para lulusan terbaik dari perguruan tinggi terkemuka di republik iniSebagai sarjana tehnik logika mereka sangat baikSesuatu yang logis pasti diterimaIde-ide baru yang secara logika masuk akal, langsung ditelanMereka memang sudah lama berada dalam situasi birokrasi yang ruwet, tapi dengan modal logika yang sehat, keruwetan itu cepat diurai.

Sedang Fathul Huda akan menghadapi masyarakat yang aneka-riaAda petani, pengusahaAda politisi ada agamawanPolitisinya dari berbagai kepentingan dan  agamawannya dari berbagai aliranAda oportunis, ada ekstremisAda yang  buta huruf, ada yang professorAda anak-anak, ada orang jompoYang lebih berat lagi Fathul Huda akan berhadapan dengan birokrasinya sendiri

Bukan saja menghadapi bahkan akan menjadi bagian dari birokrasi ituDi lautan birokrasi seperti itu Fathul Huda akan seperti benda kecil yang dimasukkan dalam kolam keruh birokrasiDi situlah tantangannyaFathul Huda bisa jadi kaporit yang meskipun kecil tapi bisa mencuci seluruh kolamAtau Fathul Huda hanya bisa jadi ikan lele yang justru hidup dari kolam keruh ituPilihan lain Fathul Huda yang cemerlang itu hanya akan jadi ikan hias yang tentu saja akan mati kehabisan udara segar.

Birokrasi itu "binatang" yang paling aneh di dunia: kalau diingatkan dia ganti mengingatkan (dengan menunjuk pasal-pasal dalam peraturan yang luar biasa banyaknya)Kalau ditegur dia mengadu ke backingnyaSeorang birokrat biasanya  punya backingKalau bukan atasannya yang gampang dijilat, tentulah politisiAtau bahkan dua-duanyaKalau dikerasi dia mogok secara diam-diam dengan cara menghambat program agar tidak berjalan lancarKalau dihalusi dia malasKalau dipecat dia menggugatDan kalau diberi persoalan dia menghindar.

Intinya: ide baru tidak gampang masuk ke birokrasiBirokrasi menyenangi banyak program tapi tidak mempersoalkan hasilnyaProyek tidak boleh hematKalau ada persoalan jangan dihadapi tapi lebih baik dihindariDan keputusan harus dibuat mengambangPokoknya birokrasi itu punya Tuhan sendiri: tuhannya adalah peraturanPeraturan yang merugikan sekalipun!

Fathul Huda tentu tahu semua ituSebagai pengusaha (dari perdagangan sampai batubara) dia tentu merasakan bagaimana ruwetnya menghadapi birokrasi selama iniTapi sebagai pengusaha pula Fathul Huda tentu banyak akalKini saya ingin tahu: seberapa banyak akal Fathul Huda yang bisa dipakai untuk mengatasi birokrasinya ituApalagi birokrasi di Tuban sudah begitu kuatnya di bawah bupati yang amat birokrat selama 10 tahun.

Yang jelas Fathul Huda sudah punya modal yang luar biasa: tidak takut tidak jadi bupati! Itulah modal nomor satu, nomor dua, nomor tiga, nomor empat dan nomor limaModal-modal lainnya hanyalah nomor-nomor berikutnyaTidak takut tidak jadi bupati adalah sapu jagat yang akan menyelesaikan banyak persoalanApalagi kalau Fathul Huda benar-benar bertekad untuk tidak mengambil gaji (he he gaji bupati tidak ada artinya dengan kekayaannya yang tidak terhitung itu), tidak menerima fasilitas, kendaraan dinas, HP dinas dan seterusnya seperti yang begitu sering dia ungkapkan.

Banyak akal, kaya-raya dan tidak takut tidak jadi bupatiIni adalah harapan baru bagi kemajuan Tuban yang kaya akan alamnyaPantai dangkalnya bisa dia jadikan water front yang indahPantai dalamnya bisa dia jadikan pelabuhan yang akan memakmurkanPelabuhan Surabaya sudah kehilangan masa depannyaTuban, kalau mau bisa mengambil alihnya!

PDI-Perjuangan sudah dikenal memilki banyak bupati/walikota yang hebat: Surabaya, Solo, SragenMuhammadiyah juga sudah punya MasfukKini PKB punya tiga yang menonjol: di Banyuwangi, Kebumen dan TubanAkankah tiga bupati ini  bisa membuktikan bahwa tokoh Nahdliyyin juga bisa jadi pimpinan daerah yang menonjol?
Tapi birokrasi akan dengan mudah menenggelamkan mimpi-mimpi mereka dan mimpi besar Fathul Huda di Tuban.

Di Tubanlah kita akan menyaksikan  pertunjukan  yang sangat menarik selama lima tahun ke depanPertunjukan kecerdikan lawan keruwetanFathul Huda bisa memenangkannya, dikalahkannya atau hanya akan jadi bagian dari pertunjukan itu sendiri: sebuah pertunjukan yang panjang dan melelahkan!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke Iran setelah 30 Tahun Diembargo Amerika (3)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler