SAYA tidak habis pikir: Tetangga terdekat Jepang ini sama sekali tidak terpengaruh oleh heboh pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) FukushimaKorea Selatan tetap bersemangat, bukan saja menjalankan PLTN yang sudah ada, melainkan juga terus membangun PLTN baru
BACA JUGA: Ke Iran setelah 30 Tahun Diembargo Amerika (3)
Gempa dan tsunami hebat yang menghancurkan PLTN Fukushima pada Maret lalu ternyata sebatas membuat Korsel lebih waspadaTidak ada satu pun PLTN di Korsel yang berjumlah 20 unit itu yang dihentikan operasinya
BACA JUGA: Ke Iran setelah 30 Tahun Diembargo Amerika (2)
Bahkan, yang sedang dibangun pun tetap dikebut penyelesaiannyaBACA JUGA: Ke Iran setelah 30 Tahun Diembargo Amerika (1)
Jarak ke negara itu, dari Tianjin, hanya satu jam penerbanganSaya ingin menyaksikan benarkah pemerintah Korsel tidak terpengaruh tekanan antinuklir yang dengan kejadian di Fukushima mendapat momentum yang tepat.Ternyata benarSaya dibawa ke pantai tenggara Korsel yang posisinya menghadap ke arah Fukuoka, JepangKorsel memiliki 20 PLTN dan semuanya di pantaiPraktis, sepanjang pantai timur dan selatan Korsel padat dengan PLTN
Di lokasi yang saya tinjau ini, misalnyaBukan hanya PLTN yang sudah ada sebanyak 4 unit tetap beroperasi, bahkan akan ditambah lagi dua unit baruDua unit baru ini saya lihat sedang giat-giatnya diselesaikanTerlihat begitu banyak pekerja di kedua proyek ituKorsel yang dikenal disiplin pada jadwal proyek itu memang ingin menyelesaikan dua proyek PLTN itu satu bulan lebih cepat dari jadwal seharusnya: akhir tahun ini juga.
Dua unit yang sedang dalam penyelesaian itu salah satunya dibangun grup SamsungRupanya, Samsung pun sudah merambah ke bidang pembangunan PLTNIni bukan kunjungan saya yang pertama ke PLTNTahun lalu saya ke PLTN Genka di Kyushu, JepangNamun, baru kali ini saya melihat proyek PLTN yang sedang dikerjakanInilah kesempatan baik bagi saya untuk melihat "jantung?-nya PLTN yang tidak mungkin bisa dilihat lagi setelah proyek itu selesai.
Kebetulan tahap pembangunan PLTN oleh Samsung ini sudah mencapai titik menjelang akhirBangunan fisik reaktornya sudah jadi, namun masih bisa dimasuki untuk melihat dalamnyaBagian-bagian yang berada di bawah air sudah dipasangTapi, karena airnya sangat jernih, bagian tersebut masih bisa dilihat samar-samarReaktornya sendiri yang kelak diisi uranium itu belum dipasang, tapi sudah siap di sebelah "kolam" ituTinggal mengangkat dan memasukkannya ke kolam, disatukan dengan bagian bawahnya yang sudah berada di dalam air.
Peralatan-peralatan lain juga sudah dipasang, tapi masih bisa ditinjau dari jarak dekat: proses steam, turbin, generator, dan ruang kontrolBerada di dalam kubah besar bangunan PLTN yang sudah jadi, kita bisa melihat tebal dan berlapis-lapisnya material yang sangat khusus untuk dinding kubah ituKita juga bisa melihat sistem pendingin yang berlapis-lapis yang sudah tidak akan seperti Fukushima yang memang masih menggunakan teknologi 40 tahun lalu itu.
Ketergantungan Korsel akan PLTN memang tidak bisa dihindari lagiSudah terlalu besar peran PLTN untuk pasokan listrik di Korsel: sudah 30%(30 persennya lagi PLTU batubara dan sisanya PLTG)Kalau PLTN di Korsel dihentikan, ekonomi negara gingseng yang lagi ingin mengalahkan Jepang itu bisa langsung ambruk
Apalagi Korsel telanjur mengandalkan PLTN bukan hanya untuk kecukupan pasokannya, tapi juga untuk menjaga keandalan listriknya, efisiensinya, dan murahnya harga listrik.
Soal murah ini saya hampir-hampir tidak percayaSebab, ketika di Jepang tahun lalu saya mendapat keterangan harga listrik dari PLTN masih USD 17 cent/kWhRasanya saya tidak salah mendengar saat ituRasanya saya juga sudah mengulangi beberapa kali pertanyaan saya itu dan jawabnya sama: USD 17 cent/kWh(Baru setelah di PLN saya tahu bahwa dalam menulis kWh, huruf W-nya harus besar karena berasal dari nama orang yang menemukan listrik, James Watt).
Tapi, di Korsel ini saya mendapat penjelasan yang sangat mengejutkanHarga listrik dari PLTN hanya USD 3,9 cent/kWhUntuk rupiah sekarang, ini hanya sekitar Rp 350/kWhBandingkan dengan harga listrik dari PLTU batubara yang kini sudah mencapai Rp 600/kWhAtau bandingkan dengan harga listrik yang diproduksi dengan minyak solar di Tambak Lorok (Semarang) atau di Muara Tawar, Tanjung Priok dan Muara Karang (semuanya di sekitar Jakarta) yang saat ini mencapai Rp 3.000/kWhPraktis, 10 kali lipat lebih mahal daripada listrik nuklir KorselApalagi, kalau dibandingkan dengan produksi listrik di pulau-pulau luar Jawa yang mencapai Rp 3.500/kWh.
Saya sungguh mengira salah dengarLebih lima kali saya mengulangi pertanyaan saya ituKhawatir masih salah dengar, saya minta dituliskan di atas kertasMula-mula saya yang menuliskannyaDia pun membenarkanLalu saya minta dia sendiri yang menulisTernyata sama: USD 3,9 cent/kWh.
Saya masih takut teperdayaKetika mengunjungi PLTA (pembangkit listrik tenaga air) pumped storage di Yang Yang, tiga jam naik mobil dari Seoul, saya bertanya ke pejabat tinggi Kepco (PLN-nya Korsel)Ini berarti saya bertanya ke pihak pembeliSaya ingin membandingkan keterangan pihak PLTN (penjual listrik) dengan keterangan Kepco sebagai pihak pembeli (untuk disalurkan ke masyarakat)
Pertanyaan saya: berapakah Kepco membeli listrik dari pembangkit-pembangkit nuklir? Jawabnya: USD 3,9 cent/kWh
Bahkan, pejabat tinggi "PLN Korsel" itu menuliskan daftar harga listrik yang dia beli dari berbagai jenis pembangkitNuklir 3,9 cent, PLTU batubara: 6,0 cent, PLTA: 13,8 cent, PLTA pumped storage: 20,1 cent
PLTA pumped storage menjadi paling mahal karena sifatnya yang khususInilah pembangkit listrik yang menggunakan air, tapi hanya dijalankan lima jam sehari, yang disebut waktu beban puncakKalau di Indonesia, beban puncak itu terjadi antara pukul 6 sore sampai 10 malam, ketika semua orang menyalakan listrik di rumah masing-masing
Pada jam-jam seperti itu semua air di waduk yang di atas sana ditumpahkan ke turbin untuk menghasilkan listrikSetelah pukul 10 malam, ketika rumah-rumah mulai mematikan listrik, operasi dihentikanAir yang sudah diterjunkan ke waduk bawah tadi dipompa lagi ke atas dimasukkan ke waduk atasBegitulah terus-menerus sepanjang hariAirnya diputar dengan cara yang amat mahal
Untuk kali pertama PLN akan membangun proyek seperti ini di Cisokan, dekat BandungSetelah diadakan penelitian, untuk seluruh Jawa hanya satu tempat ini yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik sistem khusus ini
Setelah mendapat keyakinan harga tadi, barulah saya mengerti mengapa industri di Korsel bisa mendapat harga listrik lebih murah dari IndonesiaPadahal, di Tiongkok saja, yang harga-harga barangnya lebih murah, listrik untuk industrinya lebih mahal dari Indonesia.
Dari sini juga saya tahu bahwa mati lampu di Korsel menjadi yang terbaik di duniaSetahun hanya mati lampu 3 menitSalah satunya karena pasokan listriknya sangat andal(Indonesia: 2009 mati lampu 150 kali; 2010 turun jadi 50 kali; 2011 ini ditargetkan hanya 9 kali rata-rata per pelanggan per tahun).
Dari sini pula saya bisa maklum mengapa pemerintah Uni Emirat Arab tidak membatalkan proyek nuklirnyaSamsung juga yang akan mengerjakan empat unit PLTN di Uni Emirat Arab, masing-masing 1.400 MW itu"Kami terus bekerja di sana," ujar pejabat tinggi Samsung yang menemani saya.
Tapi, tidakkah rakyat Korsel takut akan terjadi seperti di Fukushima? Itu yang membuat saya bertanya-tanyaKalaupun pemerintahnya tidak terpengaruh, apakah rakyatnya juga tidak takut" Saya pun mencari kesempatan untuk menanyakan hal itu kepada orang biasa di keramaian Kota SeoulAda yang pekerjaannya sopir, ada juga yang pegawai kantor swasta
Pertanyaan yang saya ajukan sama: apakah tidak takut dengan listrik nuklir? Jawabnya mirip-mirip: ada juga ketakutan itu, tapi tidak seberapa besarLalu saya bertanya lagi: seandainya rasa takut itu dibuat skala antara 1 (tidak takut sama sekali) sampai 100 (sangat takut), di skala berapakah ketakutan Anda itu? Jawab mereka juga miri-mirip: di antara skala 15 sampai 20Wallahualam.
Dahlan Iskan
CEO PLN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Puasa Sebulan Tanpa Lebaran
Redaktur : Tim Redaksi