Lahirnya Bayi-Bayi Baru dan Mulainya SPPD Berkuota

Jumat, 03 Juni 2011 – 08:05 WIB

Satu per satu PLTU program 10.000 MW mulai menghasilkan listrikJumat malam lalu (27 Mei 2011) satu unit PLTU Lontar (beberapa kilometer sebelah barat Bandara Cengkareng) sudah bisa menghasilkan listrik 216 MW dari kapasitasnya 300 MW.

Memang, seperti umumnya PLTU baru, setelah dua hari dicoba, pembangkit tersebut harus dihentikan dulu beberapa hari karena diketahui ada beberapa bagian yang harus dikoreksi

BACA JUGA: Perlu Revolusi Mental Tahap Kedua

Koreksi ini tidak serius karena hanya meliputi sensor temperatur di super heater, shoot blower yang temperaturnya terlalu tinggi dan cacat di anti-steam explotion
Tidak seperti di Suralaya-8, yang begitu dites, bagian yang penting gagal fungsi

BACA JUGA: Nuklir Tidak Habis Pikir

Meski bulan lalu juga berhasil start kembali, prosesnya sempat menjengkelkan
Sebab, alat yang tidak berfungsi itu harus diganti dengan cara mendatangkan alat baru dari luar negeri.

Yang lebih mengesalkan adalah PLTU di Paiton

BACA JUGA: Ke Iran setelah 30 Tahun Diembargo Amerika (3)

Begitu dicoba, trafo step-up-nya terbakarPenyelesaian PLTU ini harus mundur delapan bulan karena trafo 500 kv-nya harus dibuat lagi di pabriknya di Tiongkok

Dengan selesainya unit-1 PLTU Lontar, kini sudah delapan unit yang menghasilkan listrikTotal sudah sekitar 3.000 MW dari 10.000 MW yang direncanakanKalau saja tidak ada masalah trafo di Paiton, angka itu sudah mencapai 3.600 MWSampai akhir tahun ini masih tambah lagi beberapa unit, sehingga mencapai paling tidak 4.500 MW yang selesai.

Kita memang sudah sangat lama menunggu lahirnya bayi listrik di Lontar ituHamilnya sudah terlalu lamaTeman-teman PLN bekerja keras setahun terakhir ini untuk menjaga agar bayi PLTU Lontar tidak lahir cacat.

Sejak awal proyek ini memang mengalami hambatan besarBahkan, sejak pencarian tanahnya yang harus berpindah-pindahKetika kali pertama meninjau proyek ini (tidak lama setelah dilantik menjadi Dirut PLN), saya geleng-geleng kepalaApalagi waktu itu baru saja hujanMobilitas alat, barang, dan pekerja sangatlah lebayYang terlihat di sekitar proyek hanyalah kubangan dan lumpur"Ini proyek horor," kata saya dalam hati saat itu.

Di tengah-tengah horor itu teman-teman yang menangani proyek ini ternyata tidak kehilangan rasa humornya"Normalnya proyek PLTU itu dibangun dulu, baru kemudian dilakukan firing (pembakaran untuk menghasilkan uap)Tapi, PLTU Lontar ini firing dulu, baru dibangun," ujarnya.

Tentu saya tidak mengerti di mana lucunya kalimat ituSetelah diceritakan kejadiannya, barulah saya tertawaTernyata, sebelum proyek ini dimulai, penduduk sekitar sempat marah dan melakukan pembakaran yang menghebohkanSetelah peristiwa pembakaran itu diatasi, barulah proyek bisa dimulai kembali.

Sebenarnya permukiman penduduk cukup jauh dari proyek iniAreanya terpisahkan oleh persawahan sejauh kira-kira 2 kmUntuk bisa sampai ke proyek ini pun sulitnya bukan mainHarus menundukkan dulu jalan darurat yang berkubang dan berkubang

Sepintas proyek ini seperti dibangun di tengah persawahan.Ternyata PLTU Lontar juga dibangun di pinggir pantaiHanya, pantainya berada nun jauh di 2 km sanaBisa dibayangkan betapa horornya proyek iniBetapa sulitnya mengerjakannyaTermasuk betapa beratnya membangun water intake dan water outflow-nyaMaka, sejak awal pun saya memastikan bahwa pembangunannya akan lambat.

Yang bisa dilakukan hanyalah bagaimana agar bayi horor ini tidak lebih lama lagi ngendon di kandunganJuga bagaimana agar kualitas si bayi bisa lebih baik dibanding yang lahir setahun sebelumnyaSetidaknya, jangan seperti yang di Labuhan yang sampai setahun kemudian pun masih terkena asma.

Kalau benar yang selesai pada 2011 ini kualitasnya lebih baik, tentu itu sebuah prestasiBegitu ketat mengendalikan proyek sekarang iniSampai-sampai berbagai ancaman dikeluarkanDi PLTU Rembang saya sempat mengancam mengusir kontraktornyaDemikian juga di Suralaya-8, manajer proyek di sana benar-benar mengusir pimpinan proyek yang diangkat kontraktornya.

Henky Heru Basudewo, penanggung jawab proyek-proyek itu di Jawa, sampai menciptakan sistem baru agar bisa mengendalikan anak buahnya 24 jamHHB, begitu panggilannya, terus menguber para manajer proyek seperti menguber perampokBegitu ketatnya HHB mengendalikan para manajer, sampai-sampai muncul kesan seolah-olah mereka itu seperti terdakwaSeolah-olah keterlambatan proyek itu gara-gara merekaPadahal, mereka baru diterjunkan satu tahun lalu, justru ketika proyek-proyek itu sudah sangat terlambat.

Dengan selesainya proyek-proyek itu satu per satu, tekanan untuk pasokan listrik di Jawa sudah berkurangTiga bulan lalu pasokan listrik di Jawa kembali memburukYakni, ketika tiba-tiba air di waduk Saguling, Jabar, menurun drastikPLN tiba-tiba saja kehilangan 1.300 MW setiap hariSaat itu mestinya kondisi listrik di Jawa hancur-hancuranTapi, berkat kerja keras teman-teman PLN di distribusi, masyarakat tidak terlalu merasakan krisis ituKini, kalaupun waduk Saguling kehabisan air lagi, tekanan kekurangan listrik tidak terasa lagi.

Sistem pengendalian proyek itu bisa efektif karena BlackBerrySemua jajaran proyek harus menggunakan BlackBerry agar bisa berkelompok dalam grup BBMMaka, seluruh jajaran proyek dikelompokkan dalam grup BBMSaya dan Dirops Jawa-Bali dianggap kepala proyek juga, sehingga kami berdua dimasukkan ke dalamnya.

Di situlah sesama manajer proyek saling melapor, memberikan saran, jalan keluar, memberikan instruksi, memuji, sewot, ngedumel, dan meringisBahkan sekadar melucu, untuk melepas stresSetiap akhir pekan mereka bertukar leluconKadang leluconnya memakai bahasa Suroboyoan sehingga banyak manajer yang Batak protes tidak bisa ikut tertawa.

Dengan sistem BBM itu, praktis sesama manajer proyek terhubung selama 24 jamSejak pukul 05.00 sampai pukul 24.00BBM biasanya sudah "on" pada pukul 05.00Mulai saat itu siapa pun sudah boleh mulai mengajukan persoalan yang dihadapi hari ituSesekali saya ikut nimbrung.

Saya membayangkan, kalau semua unit di PLN membuat grup seperti itu, alangkah efektifnya organisasi iniJuga alangkah turunnya SPPD, biaya perjalanan dinasApalagi, SPPD memang harus turun pascapuasa SPPD sebulan penuh yang berakhir pada 31 Mei 2011 laluApalagi, kini diberlakukan "kuota SPPD'Kuota ini diterapkan dengan sistem terkomputer, sehingga begitu kuotanya habis tidak bisa di-klik lagi(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke Iran setelah 30 Tahun Diembargo Amerika (2)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler