Bupati Enthus Ngamuk di Rumah Sakit

Jumat, 31 Oktober 2014 – 08:32 WIB

jpnn.com - SLAWI – Bupati Tegal Enthus Susmono terpaksa ngamuk di RSUD dr Soeselo Slawi Kamis (30/10). Orang nomor satu di Kabupaten Tegal ini, marah-marah bukan tanpa alasan.

Namun, karena ada salah satu dokter spesialis anak berstatus PNS yang diduga menelantarkan pasiennya.

BACA JUGA: Diserempet Mobil, Balita Terlempar dari Motor

Kejadian itu bermula saat bupati melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) di rumah sakit daerah tersebut pada pukul 10.00. Di ruang tunggu poliklinik anak, tampak puluhan pasien yang tengah mengantre. Melihat itu, bupati bergegas mendatangi para pasien dan menanyakan kenapa belum diperiksa.

Para pasien pun mengaku jika dokternya belum datang. Dokter yang dimaksud yaitu dr Fajar Danu Aji SpA. Tanpa menunggu lama, bupati langsung mendatangi rumah praktik dr Fajar di sebelah utara Masjid Agung Slawi. Ternyata, dokter yang asli dari Semarang itu masih melayani pasien di rumah praktiknya.

BACA JUGA: Kurang Guru dan Bidan tapi Penerimaan CPNS Dihentikan

Di situ, bupati pura-pura menanyakan ke petugas rumah praktik keberadaan dr Fajar. Dan petugas itupun mengaku jika dr Fajar masih memeriksa pasien di ruangannya. Bupati lantas menunggu di ruang tunggu untuk bisa menemui dokter tersebut.

Namu ternyata, selang beberapa menit kemudian, keluarlah mobil dari garasi rumah tersebut. Sepertinya, dr Fajar menyelinap keluar dengan mobil yang dikendarai oleh supirnya.

BACA JUGA: Tunggu Tes CPNS Lima Tahun Lagi, Keburu Tua

Melihat itu, bupati pun bergegas mengikuti mobil tersebut hingga ke RSUD dr Soeselo. Sampainya di rumah sakit, bupati langsung ngamuk-ngamuk di depan dr Fajar.

Bupati bahkan sampai menuding wajah pria yang mengenakan baju putih itu. ”Kamu itu tidak ada sopan santunnya. Kamu itu digaji negara. Kenapa kamu masih buka praktik pada jam dinas. Kamu itu makan uang haram. Tau nggak kamu,” cetus bupati dengan intonasi tinggi.

Tidak hanya itu, bupati juga memberikan ultimatum terhadap dr Fajar. ”Kalau kamu ingin tetap jadi PNS, segera tutup rumah praktik kamu. Kalau mau buka praktik, silakan pada sore atau malam hari,” tegas bupati geram.

Mendapat ancaman begitu, dr Fajar lantas mengaku salah dihadapan bupati. Fajar berjanji, mulai besok dirinya tidak akan buka praktik pada jam dinas. ”Iya pak, saya salah. Besok saya tidak akan buka lagi,” kata Fajar dengan wajah tertunduk.

Bupati mengaku melakukan tindakan itu bukan semata-mata ingin mencari sensasi. Dia hanya ingin memberikan pelayanan terbaik terhadap warganya. Dia mengaku prihatin ketika sejumlah warganya tidak mendapatkan pelayanan maksimal di rumah sakit daerah.

Dia juga mengaku kasihan terhadap Direktur RSUD dr Soeselo Slawi yang sudah bekerja maksimal. Dia yakin, direktur itu tentunya sudah memberikan pembinaan dan teguran terhadap dokter tersebut. Namun sayangnya, dokter itu tidak mengindahkan teguran dari direktur. ”Saya kasihan sama Pak Joko (Direktur RSUD). Saya yakin, dia sudah bekerja maksimal,” ucapnya.

Sementara itu, ketika bupati keluar dari ruang kerja dr Fajar, tampak para orang tua pasien memberikan simpatik terhadap Bupati. Mereka mengaku senang jika para dokter tersebut diberikan warning demikian.

”Saya bangga dengan sikap Pak Bupati. Ini sebagai efek jera bagi dokter-dokter yang lain,” kata salah seorang tua pasien anak, Wati, 36.

Direktur RSUD dr Soeselo Slawi dr Widodo Joko Mulyono mengucapkan terima kasih atas tindakan bupati dalam memberikan pembinaan terhadap tenaga medisnya. Dia berujar, langkah bupati sangat tepat untuk memperbaiki kinerja para dokter-dokter tersebut.

”Ini langkah yang bagus. Dan kami akan tetap berusaha memperbaiki kekurangan kami (RSUD),” ucapnya.

Dokter Joko–sapaan akrab pria berkacamata ini–mengungkapkan, dr Fajar memang terlambat datang. Sejatinya, dr Fajar hadir di rumah sakit pada pukul 8.00 atau maksimal pukul 9.00 untuk memberikan pelayanan dan visit terhadap pasien. ”Hari ini (kemarin) dokter Fajar datang jam 10.45,” sambungnya.

Joko berjanji, Sabtu besok dirinya akan mengumpulkan para dokter untuk diberi pembinaan sekaligus komitmen kerja. Menurut Joko, selain dr Fajar, ada beberapa dokter lainnya yang kerap datang terlambat.

Namun ketika ditanya nama-nama dokter tersebut, dirinya enggan menyebutkan. ”Mereka nanti akan kami beri pembinaan dulu. Kalau tetap bandel, terpaksa diberi ultimatum,” tandasnya. (yer/fta)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Moratorium CPNS, Pemda Minta Diperbolehkan Rekrut Honorer


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler