Bupati Nunukan: Seluruh Sekolah Harus Tampung Anak TKI

Selasa, 10 November 2015 – 08:22 WIB
SISWA TAPAL BATAS - Anak-anak TKI yang tinggal di Begosong, Sabah Malaysia ini setiap harinya harus melewati perbatasan Indonesia–Malaysia untuk bersekolah di Sekolah Tapal Batas, Sei Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Nunukan. Foto: IST

jpnn.com - NUNUKAN – Bupati Nunukan Drs H Basri MSi menginstruksikan kepada setiap sekolah untuk memberikan peluang kepada anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk menampung dan memberikan pendidikan yang layak seperti warga Nunukan umumnya.

“Sebagai  daerah perbatasan, Nunukan selalu menjadi tujuan para TKI untuk memberikan pendidikan kepada anaknya. Akibatnya, kapasitas sekolah menjadi penuh karena banyaknya anak TKI yang bersekolah di Nunukan,” kata Basri.

BACA JUGA: Pamit Buka Usaha Martabak Mesir di Jawa, Eeeh Tahunya Pengin Gabung ISIS

Dikatakan, sebagai solusi untuk memberikan pendidikan bagi anak TKI tersebut adalah dengan membuka kelas tambahan, agar semua anak didik yang mendaftar dapat tertampung.

Basri menyebutkan,  Ruang Kelas Belajar (RKB) yang dimiliki sekolah tidak mengalami kekurangan. Hanya saja, pendaftar selalu membanjiri sekolah-sekolah yang ada di Nunukan dan Pulau Sebatik yang berbatasan langsung dengan negeri jiran.

BACA JUGA: Kisah Suami yang Sering Pusing, Minum Obat Penguat Tapi Istri Terlambat Datang

Untuk mengakomodir membludaknya pendaftar dari para TKI itu, imbuh dia, pihaknya membuka kesempatan dan peluang bagi anak TKI bersekolah di Nunukan.

“Anak TKI itu sama seperti kita, mereka juga bagian bangsa Indonesia juga. Karena itu, kita tetap harus menampung semua dan menghitung kembali dengan penambahan RKB atau penambahan jam belajarnya,” ujar Basri.

BACA JUGA: Ditangkap Polisi Singapura, Diamankan Densus 88, Digarap Polres Pekanbaru

Bupati Basri juga meminta seluruh kepala sekolah di Nunukan agar tidak mempersulit masyarakat yang akan menempuh pendidikan. Walau prioritas sebagian sekolah berdasarkan usia calon anak didiknya, namun tetap tidak mengesampingkan anak para pahlawan devisa yang butuh pendidikan.

“Jangan sampai ada anak-anak yang tidak bersekolah, hanya gara-gara infrastruktur tidak ada. Kalau perlu buka kelas pagi dan sore, kalau perlu malam juga sekolah,” tegasnya.

Ia juga menilai, pendidikan yang ada di Nunukan sebagai daerah perbatasan tidak boleh disamakan seperti di Pulau Jawa. Sehingga, banyak aturan yang menyulitkan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya.

“Karena di sini masih terbatas, tidak seperti di Pulau Jawa dan kota-kota besar yang memiliki fasilitas lengkap,” imbuhnya.

Untuk itu, ia mengharapkan, pihak sekolah berimprovisasi agar anak-anak dapat bersekolah. Meski ia tidak menampik, jika jumlah pelajar di Nunukan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Selain itu, H. Basri menghimbau, agar orangtua tidak harus menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Sebab, sekolah swasta yang ada di Nunukan cukup bersaing dengan sekolah negeri lainnya yang mampu berprestasi.

“Kalau masalah bayarannya kan tidak seberapa. Itu juga investasi kepada anak, selain memperoleh ilmu pengetahuan dapat juga ilmu agama,” pungkasnya. (*/rls/fuz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Pengunjung WBL Terjun Bebas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler