jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, sosok ketum Partai Golkar yang akan ditentukan lewat Munas Desember mendatang sangat ditentukan oleh arah lirikan mata Presiden Jokowi.
Apakah lebih nyaman kepada Airlangga Hartarto atau Bambang Soesatyo. Mengingat dari sejarahnya, Partai Golkar lahir dari Rahim kekuasaan.
BACA JUGA: Jokowi Ogah Ikut Campur Munas Golkar
Dia juga yakin, para peserta Munas Golkar akan dengan mudah menyisir informasi siapa di antara dua figur tersebut yang lebih disukai Jokowi. Peserta munas dinilai pintar mengetahui siapa di antara Bamsoet dan Airlangga yang memberikan kenyamanan kepada Jokowi. Apalagi Jokowi di periode kedua pemerintahannya nanti butuh sosok ketum Golkar yang bisa mengamankan dia dalam lima tahun ke depan.
"Saya belum bisa memastikan, siapa yang paling disukai Jokowi. Namun, hasil Munas Golkar nanti sangat tergantung pada lirikan Jokowi. Di mana arah lirikan Jokowi terakhir, di situ peserta munas akan menjatuhkan pilihannya," ujar Burhanuddin usai talk show Polemik di Jakarta, Sabtu (13/7).
BACA JUGA: Sebaiknya Golkar Punya Kepastian soal Ketum Sebelum Jokowi Dilantik Lagi
Sejauh ini Burhanuddin belum bisa memastikan siapa kandidat ketum yang paling kuat. Masing-masing punya kekuatan sendiri-sendiri.
BACA JUGA: Politikus PDIP Resmi Jadi Plt Gubernur Kepri
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Bantah Pencopotan Ketua DPD Golkar Cirebon karena Dukung Bamsoet
Direktur eksekutif Indikator Politik Indonesia ini menegaskan, hasil Pemilu 2019 tidak bisa dijadikan tolok ukur kemenangan seorang kandidat ketum Golkar. Pengalaman Pemilu 2004, Akbar Tandjung bisa membawa Golkar menjadi pemenang dalam Pileg. Namun saat Munas Golkar 2005 yang terpilih jadi ketum adalah Jusuf Kalla. Lantaran saat itu JK menjadi incumbent wakil presiden.
"Jadi kesimpulannya, siapa figur yang paling dekat dengan titik sentral kekuasaan, itulah yang dipilih. Airlangga dekat dengan kekuasaan karena menjadi menteri perindustrian. Bamsoet juga dekat dengan kekuasaan karena menjadi ketua DPR RI," terangnya.
Sekarang, lanjutnya, tergantung masing-masing kandidat apakah bisa menjamin kenyamanan Jokowi selama memerintah di periode kedua. Sebab, Jokowi pasti ingin dalam lima tahun ke depan, semua programnya berjalan sesuai yang diharapkan.
BACA JUGA: Ini Sosok Penting di Balik Pertemuan Jokowi dan Prabowo
Lebih lanjut dikatakan, Jokowi akan semakin nyaman dengan berlabuh bersama kapal besar Golkar. Golkar juga akan lebih nyaman bila berada dalam lingkaran kekuasaan. Apalagi dalam empat kali pemilu (2004, 2009, 2014, 2019), Golkar tiga kali mengusung capres yang kalah.
Meski akhirnya loncat pagar bergabung dengan kekuasaan. Nanti 2019, Golkar baru berhasil mengusung capres yang menang. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Konon Presiden Jokowi Pengin Golkar Gelar Munas Sebelum Pembentukan Kabinet
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad