Buron ICC, Presiden Sudan Bebas Melenggang ke Tiongkok

Mampu Bertahan karena Strategi Minyak

Minggu, 03 Juli 2011 – 20:16 WIB
DEN HAAG - Selain Muammar Kadhafi, Saif al-Islam, dan Abdullah al-Senussi, ICC juga menarget sedikitnya tujuh tokoh lain dari AfrikaMereka adalah Bosco Ntaganda dari Kongo; Joseph Kony bersama Okot Odhiambo dan Dominico Ongwen dari Uganda Utara; Presiden Omar al-Bashir serta Ali Kishayb dan Ahmed Haroun dari Sudan

BACA JUGA: Kubu Yingluck Khawatir Dicurangi

Saat ini, 10 orang itu berstatus buron.

David Scheffer dari majalah dwi bulanan AS Foreign Policy menyatakan bahwa ICC membutuhkan proses yang sangat panjang untuk menyeret para buron ke meja hijau
Bahkan, untuk menangkap para buron saja, ICC butuh waktu yang lama

BACA JUGA: Maroko Gelar Referendum Pembatasan Monarki

Pasalnya, mahkamah internasional itu tak punya pasukan atau polisi khusus untuk menangkap para buron
ICC hanya mengandalkan militer atau kepolisian dari negara anggota demi menangkap buronnya

BACA JUGA: Wittstock Resmi Jadi Putri Monako

Itupun jika negara bersangkutan mau bekerja sama.

Contoh terbaru yang masih segar di ingatan publik adalah tertangkapnya Ratko Mladic di Beograd, Serbia, pada 26 Mei laluJagal Bosnia yang kini berusia 68 tahun itu berhasil dibekuk setelah buron selama lebih dari 15 tahunPada 31 Mei lalu, pemerintahan Presiden Serbia Boris Tadic mengekstradisi dia ke BelandaTetapi, sidang pertama Mladic atas keterlibatannya dalam pembantaian di Srebrenica, Bosnia, pada 1995 baru berlangsung pada 3 Juni lalu.

"Pengadilan internasional selalu butuh waktu panjangPara tokoh dunia yang menjadi buron biasanya tak tinggal diam atau langsung menyerahkan diriSebisa mungkin, mereka melawanBahkan, setelah tertangkap pun, mereka biasanya mengelak dari dakwaan," tutur Scheffer kemarin (2/7)Belum lagi, lanjut dia, jika pengacara internasional yang bertugas di ICC menggunakan keberpihakan mereka untuk membebaskan terdakwa yang bisa jadi berasal dari negara yang sama.

Kendati demikian, ICC tidak mandulSejak berdiri sekitar sembilan tahun lalu, lembaga itu sudah berhasil menyeret beberapa tokoh lalimDi antaranya, pemimpin negara-negara Balkan (Eropa), Rwanda, dan Sierra Leone (Afrika)Pemberangusan rezim Khmer Merah yang keji di Kamboja juga tak lepas dari peran aktif para pejabat ICCMeski begitu, saat ini kasus pembantaian Khmer Merah (rezim Pol Pot) yang populer dengan julukan Killing Fields (Ladang Pembantaian) itu disidangkan di dalam negeri dengan gaya persidangan Nuremberg.

Tetapi, tidak semua negara memiliki kemauan dan tekad besar seperti Kamboja untuk menyidangkan sendiri kasus genosida seperti yang dilakukan Pol Pot dan para kroninyaSerbia adalah contohnyaPemerintahan Tadic, konon, enggan menyidangkan Pembantaian Srebrenica atau kasus genosida lain yang melibatkan Slobodan Milosevic, Radovan Karadzic, atau MladicHal yang sama dialami Sierra LeoneDalam kasus seperti ini, peran ICC menjadi sangat pentingSebab, kejahatan harus tetap diadili.

Meski punya beberapa catatan bagus, selain proses yang panjang, ICC juga punya cacat lainSejak kali pertama berdiri, sistem peradilan ICC selalu bermasalahDalam kasus Bashir, misalnyaPresiden Sudan berusia 67 tahun yang menjadi buron ICC sejak 2009 tersebut bisa tetap nyaman melaksanakan tugas-tugas pemerintahanPekan ini, dia bahkan berkunjung ke Tiongkok dan tetap disambut dengan penuh hormat oleh Presiden Hu JintaoKeduanya bahkan membahas bisnis minyak.

"Bashir menjadi buron ICC karena didakwa kuat terlibat dalam genosida serta melakukan kejahatan perang dan pelanggaran kemanusiaan di DarfurTetapi, ICC tetap membiarkan dia melenggang," kritik Scheffer.

Bashir tidak sendirianSelain dia, ICC juga membiarkan Kony yang menjabat sebagai komandan tertinggi Lord"s Resistance Army (tentara pemberontak Uganda) bebasPadahal, dia terindikasi bersalah melakukan serangkaian pembunuhan dan pembantaian terhadap warga sipil.

"ICC sangat bergantung pada negara anggota dan bukan anggota untuk menangkap para buron," ungkap Fadi el-Abdallah, salah seorang juri ICC yang bertanggung jawab atas divisi informasi pada lembaga tersebut, kemarin.

Sayang, tak semua negara bersedia membantuMenurut dia, dalam kasus Bashir, Tiongkok bisa sangat berperanSebagai anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB, Tiongkok punya tanggung jawab untuk mendukung kinerja ICCApalagi, DK PBB pun menghendaki para penjahat perang di Darfur diadili.

Dalam kesempatan itu, Abdallah menyebut minyak sebagai strategi bertahan BashirTiongkok yang banyak memasok senjata untuk militer Sudan sangat bergantung pada minyak dari negara tersebutSebagai negara yang sangat ambisius menjadi raksasa ekonomi, Tiongkok jelas tidak mau kehilangan mitra baiknya hanya gara-gara ICCLebih-lebih, negara komunis itu memang tak terlalu peduli pada kasus pelanggaran HAM atau kemanusiaan.

"Presiden Bashir paham benar bahwa rezimnya tetap bisa bertahan dengan mengandalkan minyak," tegas Alhajj Hamad, pakar politik Afrika, kepada Los Angeles Times.

Tetapi, sejak Sudan Selatan berpisah, pemerintahan Bashir hanya mendapatkan keuntungan sekitar 37 persen dari minyakUntuk memenuhi kebutuhannya, Bashir pun rajin bernegosiasi dengan rekanan-rekanan asing agar tetap berbisnis dengan Sudan (Utara)Itulah yang membuat dia terbang ke Tiongkok awal pekan ini.

Jika Tiongkok mengabaikan imbauan ICC atas Bashir, Uni Afrika (AU) malah menolak bekerja sama dengan lembaga yang bermarkas di Den Haag tersebutDalam pertemuan di Equatorial Guinea, UA mendeklarasikan komitmen mereka untuk membiarkan ICC bekerja sendiri"Kami tidak akan menuruti perintah ICC lewat surat penangkapan (Kadhafi) itu," tegas organisasi Afrika itu dalam pernyataan tertulis(hep/dwi/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saudari Thaksin Banjir Dukungan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler